Trobosan Baru PJJ, Unusa Hadirkan Laboratorium Virtual Reality dan Microteaching

Sabtu, 06 Februari 2021 - 12:09 WIB
loading...
Trobosan Baru PJJ, Unusa...
Mahasiswa praktikum dengan Virtual Reality di Unusa Surabaya, Jumat (5/2/2021). Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Pandemi Covid-19 tiada ujung mendorong dunia pendidikan untuk terus berinovasi. Terutama menjawab kegelisahan praktikum yang harus dilalukan jarak jauh.

Melengkapi model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau daring, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) membuat terobosan baru. Yakni dengan menghadirkan dua laboratorium yang dapat digunakan untuk semua fakultas dan prodi. Dua laboratorium itu yaknk Lab. Virtual Reality dan Lab. Microteaching.

Baca juga: Menuju Kampus Terbaik di Indonesia, UNJ Raih Akreditasi Unggul


Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis), Prof Mohammad Nuh, DEA, menuturkan bahwa kedua Laboratorium ini disiapkan untuk menjawab kegelisahan para dosen dan mahasiswa. Terkait dengan mata kuliah yang mensyaratkan dan mewajibkan adanya praktikum.

"Karena hampir semua program studi ada praktikum, maka dua laboratorium ini dapat dimanfaatkan untuk semua fakultas dan program studi,” katanya saat peresmian di Unusa Surabaya, Jumat (05/2).

Hadir dalam persemian tersebut Ketua LLDikti Wilayah 7 Jatim, Prof. Suprapto DEA, sedang Dirjen Dikti Prof. Nizam dan Prof. Mohammad Nasir sebagai Ketua LPTNU Pusat, hadir secara daring.

Baca juga: Keren, Dosen ITS Ciptakan Robot Hybrid Bantu Dokter dalam Operasi Tulang


Seperti diketahui, dimasa Pandemi Covid-19, protokol kesehatan membatasi kontak langsung dan meminimalisir kerumunan yang menyebabkan kegiatan praktikum menjadi kendala. Di sisi lain, kegiatan praktikum pada beberapa materi perkuliahan, menjadi prasyarat mutlak dalam menentukan kelulusan mahasiswa.
Trobosan Baru PJJ, Unusa Hadirkan Laboratorium Virtual Reality dan Microteaching

"Akankah dengan kondisi seperti ini mengorban kualitas pembelajaran, yang bermuara pada keluaran lembaga pendidikan yang tak berkualitas? “Tentu tidak. Unusa menyiapkan semuanya itu melalui dua laboratorium ini yang tidak hanya untuk praktikum melalui virtual reality, tapi juga menyiapkan bahan ajar pada laboratorium microteaching,” tegas Nuh.

Nuh menjelaskan, selain bisa dimanfaatkan secara bersama-sama, Lab ini sekaligus bisa disetup sebagai Production House (PH) untuk menyiapkan materi pembelajaran daring.

Baca juga: FT UI Buka Prodi Magister Multidisiplin Perencanaan Wilayah dan Kota


“Sepengetahuan saya dan informasi dari vendor, teknologi dan perangkat yang disediakan di lab microteaching ini baru Unusa yang menggunakannya di Indonesia. Kami ingin mengenalkan sekaligus mengajak mahasiswa memanfaatkan teknologi terkini,” katanya.

Keunggulan lab microteaching yang pertama di Indonesia digunakan di lingkungan lembaga pendidikan adalah karena memiliki interactive board sebagai pengganti white board. Interactive board adalah sebuah perangkan layaknya TV berukuran 50 sampai 80 inch dengan kemampuan touch screen.

Dinamakan interactive board karena pengguna bisa langsung berinteraksi dengan apa yang ditampilkan di papan tersebut seperti, presentasi, video, dan lain lain. Selain itu agar mempermudah tenaga pengajar dalam menjelaskan suatu materi di lengkapi pula dengan teknologi bernama lightboard.

Baca juga: Cari Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru ITB, Cek Link di Sini


Cara kerja teknologi ini cukup sederhana. Mirip dengan papan tulis pada umumnya. Namun alih-alih menggunakan papan, light board menggunakan kaca, sehingga tembus pandang.

Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie menambahkan, pihaknya sangat berterima kasih atas upaya pihak yayasan yang ikut memikirkan terhadap kebutuhan mendesak di tengah keterbatasan proses pembelajaran daring terkait dengan pelaksanaan praktikum.

“Kini praktikum tidak lagi menjadi kendala. Melalui lab virtual reality mahasiswa bisa melakukan praktikum secara virtual. Sementara di lab microteaching, mahasiswa bisa melakukan praktik mengajar yang sesungguhnya, sedang dosen bisa mensetup lab-nya untuk PH menyiapkan materi perkuliahan untuk daring dengan lebih baik,” katanya.

Ia menegaskan, Unusa berusaha untuk bisa beradaptasi dengan kondisi ke kinian, tapi juga dibarengi dengan tindakan kreatif.

“Rasanya menghadapi Pandemi Covid-19, pengelola lembaga pendidikan tak hanya dituntut mampu beradaptasi tapi juga kreatif dan inovatif. Kehadiran Lab virtual reality adalah contoh kecil dalam memberikan jawaban terhadap model pembelajaran konvensional dalam hal praktikum, yang mewajibkan peserta didik hadir dalam satu laboratoroium untuk melakukan berbagai macam percobaan,” kata Jazidie.

Unusa, lanjutnya, mencoba menembus kebuntuan model pembelajaran konvensional, dalam hal ini praktikum di laboratorium dengan memanfaatkan teknologi virtual reality (VR). Sebagai perguruan tinggi swasta yang memiliki program studi dominan di bidang kesehatan, dimana praktikum menjadi prasyarat mutlak, Unusa terpikir untuk membuat terobosan dalam pembelajaran terkait dengan praktika mahasiswa.

Menurut Jazidie, memang ada cukup banyak pilihan yang hendak dilakukan. Tapi pilihan terakhir jatuh pada pemanfaatan teknologi VR. Beberapa pertimbangannya antara lain, melalui pemanfaatan VR ini mahasiswa sekaligus dituntut untuk melek terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sehingga mahasiswa memiliki digital literacy yang memadai.

“Kini di Lab VR sedikitnya sudah memiliki tujuh paket modul praktikum untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan serta mahasiswa kebidanan. Ke depan paket modul praktikum ini akan terus ditambah, dan karena didesain sendiri oleh Unusa, maka modul-mudul ini sekaligus akan dipatenkan,” tandasnya.
(mpw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1796 seconds (0.1#10.140)