Eli, Anak Petani yang Menjadi Sarjana Kedokteran dengan Beasiswa di Unej

Kamis, 25 Februari 2021 - 18:30 WIB
loading...
Eli, Anak Petani yang Menjadi Sarjana Kedokteran dengan Beasiswa di Unej
Febri Fatma Lailatul Laeli, mahasiswa peraih gelar sarjana kedokteran di Universitas Jember (Unej) berfoto bersama kedua orang tuanya. Foto/Dok/Humas Unej
A A A
JAKARTA - Beasiswa Bidikmisi atau yang kini dikenal dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah telah banyak memberi akses kepada anak dari kalangan tidak mampu untuk meraih cita-citanya. Salah satunya adalah Febri Fatma Lailatul Laeli yang meskipun anak dari keluarga petani namun telah berhasil meraih gelar sarjana kedokteran di Universitas Jember (Unej).

Eli, begitu panggilan akrabnya merasa bersyukur telah meyandang gelar Sarjana Kedokteran. “Alhamdulillah, tahapan perkuliahan di Fakultas Kedokteran telah saya lalui dengan baik, tinggal mengikuti pendidikan profesi. Semoga juga diberi kelancaran agar cita-cita saya menjadi dokter dapat terwujud,” ujar Eli dikutip dari laman resmi Universitas Jember di unej.ac.id, Kamis (25/2).



Eli adalah putri kedua dari pasangan Suyono yang seorang petani, dan Surip ibu rumah tangga yang tinggal di Desa Kesilir, Wuluhan, Jember. Untuk kehidupan sehari-hari, ayahnya menyewa lahan seluas kurang lebih 180 m2 untuk ditanami padi di musim hujan.

Ayahnya juga menanam jagung ditanam di musim kemarau, terkadang juga mengadu keberuntungan dengan menanam tembakau. Jika sedang tak mampu menyewa lahan, Suyono menjadi buruh tani.

Prestasinya yang moncer selama bersekolah di SMAN Ambulu Jember membuatnya dipercaya mendapatkan beasiswa Bidikmisi pada 2016 saat masuk ke Universitas Jember melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).



Eli langganan menempati peringkat pertama secara paralel di sekolahnya. Kala mengikuti SBMPTN, Eli mantap memilih Universitas Jember sebagai pilihan, dengan Fakultas Kedokteran sebagai pilihan pertama, disusul Fakultas Kedokteran Gigi sebagai pilihan selanjutnya.

Eli mengaku bercita-cita menjadi dokter sejak kecil karena menurutnya profesi di bidang kesehatan itu mulia karena tugasnya menolong orang. Awalnya dia mengaku ragu karena masalah biaya. Namun ketika keinginanya itu diutarakan ke orang tuanya malah ayahnya sangat mendukung dan bahkan mencari informasi biaya kuliah kemana-mana.

“Maklum kemampuan kami terbatas sehingga harus benar-benar berhitung. Dukungan orang tua dan beasiswa Bidikmisi membuat saya yakin bisa kuliah,” tutur Eli.



Mendapatkan amanah beasiswa Bidikmisi membuat Eli bersungguh-sungguh menjalani kuliah. Membaca catatan kuliah dan buku yang direkomendasikan oleh dosen menjadi kewajibannya sehari-hari, selain berdiskusi dengan sesama kawan di kampus.

“Biasanya saya belajar di dini hari menjelang sholat shubuh agar lebih konsentrasi, berusaha belajar sungguh-sungguh supaya harapan orang tua agar saya jadi dokter terwujud, apalagi belum ada warga desa kami yang jadi dokter,” ujarnya.

Meski sibuk kuliah namun Eli tetap bisa membantu orang tuanya. Eli tidak malu ikut memanen padi atau jagung ketika dia berkesempatan pulang kerumahnya. Dia pun ikut memetik tembakau sampai menyiapkan tembakau untuk dikeringkan. Kalaupun belum masuk masa panen dia ikut membersihkan rumput dan gulma di sawah.

Eli yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak ini pun juga meraih beberapa prestasi. Seperti juara pertama literatur review bidang kedokteran yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang

Eli juga meraih juara 3 karya ilmiah poster bidang kedokteran yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, keduanya di tahun 2018. Lebih istimewa lagi, Eli berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran dalam jangka waktu 4 tahun 1 bulan dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sangat memuaskan, yakni 3,71.

Eli juga bersyukur dapat kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang fokus pada Agromedis, yakni aplikasi ilmu kedokteran yang berfokus pada kesehatan masyarakat pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan.

“Kebetulan saya berasal dari keluarga petani, sehingga tahu permasalahan kesehatan yang dihadapi petani, termasuk belum tumbuhnya kesadaran di kalangan petani untuk menggunakan pelindung dalam bekerja di lahan,” ujarnya.

Di akhir pembicaraan, Eli berpesan kepada adik kelasnya yang berasal dari keluarga kurang mampu untuk tidak putus asa dalam usaha meraih cita-cita. Sebab jika ada kemauan pasti akan ada jalan, seperti juga yang sudah dijalaninya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1983 seconds (0.1#10.140)