Ini Dampak Serius Jika Sekolah Tetap Menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menyebut Indonesia sudah hampir 1 tahun tidak melaksanakan sekolah tatap muka . Mendikbud pun khawatir kondisi ini akan berdampak negatif kepada siswa dan juga orang tua.
Menurut Mendikbud, penutupan sekolah di Indonesia ini sudah berlangsung relatif lama. Disisi lain, ujar Nadiem, penutupan sekolah ini pun bukan cuma akan berdampak ke pembelajaran. Melainkan juga berdampak negatif kepada kesehatan dan perkembangan kesehatan dan mental anak-anak.
"Orang tua juga sulit mendapat kesempatan ekonomi dari luar karena mereka juga harus mengurus anak di rumah. Jadi dampaknya banyak sekali," katanya pada Keputusan Bersama Mendikbud, Menag, Menkes dan Mendagri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 secara daring, Selasa (30/3/2021).
Mendikbud menerangkan, anak putus sekolah lalu penurunan capaian pembelajaran apalagi di daerah yang akses dan kualitas belum baik ini menjadi trend yang mengkhawatirkan dari penutupan sekolah.
Selain itu, katanya, banyak orang tua yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar sehingga menarik anaknya keluar dari sekolah. Juga ada isu kekerasan domestik yang terjadi di keluarga yang tidak terdeteksi.
"Jadi resiko dari sisi bukan hanya pembelajaran, resiko dari masa depan murid itu dan resiko psikososial atau kesehatan mental dan emosional daripada anak-anak. Ini semuanya sangat rentan. Jadi kita harus mengambil tindakan tegas untuk menghindari agar ini tidak menjadi satu dampak yang permanen," katanya.
Menurut Mendikbud, penutupan sekolah di Indonesia ini sudah berlangsung relatif lama. Disisi lain, ujar Nadiem, penutupan sekolah ini pun bukan cuma akan berdampak ke pembelajaran. Melainkan juga berdampak negatif kepada kesehatan dan perkembangan kesehatan dan mental anak-anak.
"Orang tua juga sulit mendapat kesempatan ekonomi dari luar karena mereka juga harus mengurus anak di rumah. Jadi dampaknya banyak sekali," katanya pada Keputusan Bersama Mendikbud, Menag, Menkes dan Mendagri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 secara daring, Selasa (30/3/2021).
Mendikbud menerangkan, anak putus sekolah lalu penurunan capaian pembelajaran apalagi di daerah yang akses dan kualitas belum baik ini menjadi trend yang mengkhawatirkan dari penutupan sekolah.
Selain itu, katanya, banyak orang tua yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses belajar sehingga menarik anaknya keluar dari sekolah. Juga ada isu kekerasan domestik yang terjadi di keluarga yang tidak terdeteksi.
"Jadi resiko dari sisi bukan hanya pembelajaran, resiko dari masa depan murid itu dan resiko psikososial atau kesehatan mental dan emosional daripada anak-anak. Ini semuanya sangat rentan. Jadi kita harus mengambil tindakan tegas untuk menghindari agar ini tidak menjadi satu dampak yang permanen," katanya.
(mpw)