Ini Bukti Kapal Nusantara Mampu Jelajahi Dunia Sebelum Kedatangan Bangsa Eropa
loading...
A
A
A
DEPOK - Dosen Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) Ali Akbar mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “The Lambur Shipwreck: Archaeological excavation in Tanjung Jabung Timur, Jambi, Indonesia” pada kegiatan seminar “Watercraft of the Islamicate World” pada Selasa (27/4), yang diselenggarakan secara virtual. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai negara di dunia, dan Ali Akbar merupakan satu-satunya pembicara yang mewakili Indonesia.
Dalam presentasinya, Ali memaparkan hasil penelitian terkait penemuan perahu kuno di Desa Lambur, Jabung Timur, Provinsi Jambi. “Penemuan kapal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mampu membuat kapal besar yang mampu menjelajah sangat jauh di lautan lepas, bahkan sebelum kedatangan bangsa Eropa,” kata Ali, Rabu (28/4/2021).
Bangsa Eropa dikenal sebagai penjelajah dunia pada sekitar abad ke-14 Masehi, namun dengan adanya penemuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia juga mampu berlayar ke Persia pada sekitar abad ke-10 Masehi. Berdasarkan riset, diketahui panjang perahu kuno tersebut adalah 24 meter dengan lebar 5,5 meter dan dibuat pada awal abad ke-16 Masehi. Sebagai perbandingan, pada akhir abad ke-16, tepatnya tahun 1596, Cornelis de Houtman, pelaut Belanda yang pertama mendarat di Indonesia, membawa empat kapal berukuran panjang 24 meter yang mampu mengarungi samudra dari Eropa sampai ke Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi perahu kuno di Jambi ini dapat menyamai kemampuan kapal-kapal Eropa tersebut.
Penyusunan papan-papan perahu kuno tersebut menggunakan teknik papan ikat dan kuping pengikat (sewn plank and lashed-lug technique). Teknik ini merupakan ciri khas teknik pembuatan kapal masyarakat Asia Tenggara atau Austronesia dan diterapkan mulai dari sekitar abad ke 1 Masehi. Perahu kuno dengan teknik ini antara lain ditemukan di Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Perahu ini diyakini merupakan sisa peradaban Kerajaan Zabaj (Sabak) yang terletak di antara India dan Cina serta berada di garis ekuator. Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim berbudaya Islam yang terkenal dengan kemampuan penjelajahan kapal-kapal mereka. Berdasarkan catatan kuno, perahu-Zabaj juga telah sanggup berlayar ke Persia yakni ke Pelabuhan Siraf di Iran.
Penelitian ini merupakan hasil kerja sama antara UI dengan Pemerintah Daerah Tanjung Jabung Timur dengan tujuan peningkatan kualitas pariwisata di lokasi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi. “Situs tersebut terletak di lokasi transmigrasi yang terbilang cukup sepi. Diharapkan berdasarkan penelitian ini, pengolahan pariwisata daerah tersebut dapat dilakukan dan situs ini dapat menjadi media pembelajaran bagi bagi masyarakat umum,” ujar Ali.
Seminar “Watercraft of the Islamicate World” merupakan kegiatan yang digelar oleh The Centre for Islamic Archaeology of the Institute of Arab & Islamic Studies (IAIS) University of Exeter. Universitas di Inggris ini merupakan salah satu universitas terkemuka dunia yang memiliki ranking 164 menurut QS World University Rankings pada tahun 2020.
Dalam presentasinya, Ali memaparkan hasil penelitian terkait penemuan perahu kuno di Desa Lambur, Jabung Timur, Provinsi Jambi. “Penemuan kapal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia telah mampu membuat kapal besar yang mampu menjelajah sangat jauh di lautan lepas, bahkan sebelum kedatangan bangsa Eropa,” kata Ali, Rabu (28/4/2021).
Bangsa Eropa dikenal sebagai penjelajah dunia pada sekitar abad ke-14 Masehi, namun dengan adanya penemuan ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia juga mampu berlayar ke Persia pada sekitar abad ke-10 Masehi. Berdasarkan riset, diketahui panjang perahu kuno tersebut adalah 24 meter dengan lebar 5,5 meter dan dibuat pada awal abad ke-16 Masehi. Sebagai perbandingan, pada akhir abad ke-16, tepatnya tahun 1596, Cornelis de Houtman, pelaut Belanda yang pertama mendarat di Indonesia, membawa empat kapal berukuran panjang 24 meter yang mampu mengarungi samudra dari Eropa sampai ke Nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi perahu kuno di Jambi ini dapat menyamai kemampuan kapal-kapal Eropa tersebut.
Penyusunan papan-papan perahu kuno tersebut menggunakan teknik papan ikat dan kuping pengikat (sewn plank and lashed-lug technique). Teknik ini merupakan ciri khas teknik pembuatan kapal masyarakat Asia Tenggara atau Austronesia dan diterapkan mulai dari sekitar abad ke 1 Masehi. Perahu kuno dengan teknik ini antara lain ditemukan di Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Indonesia. Perahu ini diyakini merupakan sisa peradaban Kerajaan Zabaj (Sabak) yang terletak di antara India dan Cina serta berada di garis ekuator. Kerajaan ini merupakan kerajaan maritim berbudaya Islam yang terkenal dengan kemampuan penjelajahan kapal-kapal mereka. Berdasarkan catatan kuno, perahu-Zabaj juga telah sanggup berlayar ke Persia yakni ke Pelabuhan Siraf di Iran.
Penelitian ini merupakan hasil kerja sama antara UI dengan Pemerintah Daerah Tanjung Jabung Timur dengan tujuan peningkatan kualitas pariwisata di lokasi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jambi. “Situs tersebut terletak di lokasi transmigrasi yang terbilang cukup sepi. Diharapkan berdasarkan penelitian ini, pengolahan pariwisata daerah tersebut dapat dilakukan dan situs ini dapat menjadi media pembelajaran bagi bagi masyarakat umum,” ujar Ali.
Seminar “Watercraft of the Islamicate World” merupakan kegiatan yang digelar oleh The Centre for Islamic Archaeology of the Institute of Arab & Islamic Studies (IAIS) University of Exeter. Universitas di Inggris ini merupakan salah satu universitas terkemuka dunia yang memiliki ranking 164 menurut QS World University Rankings pada tahun 2020.
(mpw)