EvoGreen, Inovasi 2 Mahasiswa ITS untuk Tangani Polusi Udara di Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tingkat polusi udara di Indonesia yang diakibatkan oleh banyaknya kendaraan bermotor masih terhitung cukup tinggi. Melihat kondisi tersebut, tim mahasiswa ITS menggagas inovasi EvoGreen untuk membantu mengurangi tingginya polusi udara.
Mereka adalah Hartandi Wisnumukti dan I Made Ayu Nandini dari Departemen Teknik Elektro ITS angkatan 2018. Tergabung dalam sebuah tim, keduanya merancang alat pengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dengan menggunakan alga yang diberi nama EvoGreen.
Menurut Hartandi Wisnumukti, inovasi EvoGreen ini diangkat dari buruknya kualitas udara di Indonesia yang tiga kali di bawah standar WHO yakni sebesar PM 2,5. Kondisi ini menjadikan Indonesia berada pada peringkat ke-9 dalam indeks polusi udara.
Sehingga urgensi Indonesia saat ini adalah menciptakan cara baru untuk membersihkan polusi udara yang ada. “Ini sejalan dengan tujuan kami membuat EvoGreen yakni untuk mengurangi polusi udara,” katanya melalui siaran pers, Rabu (28/4).
Mahasiswa yang akrab disapa Tandi tersebut menjelaskan, EvoGreen adalah Schneider Electric Homes Bio Reactor guna menangkap CO2 untuk menciptakan udara yang lebih bersih. Bioreaktor ini dibuat dengan maksud tertentu yakni membuat habitat buatan untuk alga hidup.
Menurutnya, Alga dipilih sebab telah terbukti dapat menangkap CO2 lebih baik daripada tumbuhan biasa. “Selain itu alga juga lebih fleksibel dalam hal perawatannya,” jelasnya.
Tandi mengatakan, EvoGreen bekerja dengan menyedot udara kotor dari lingkungan yang kemudian akan disimpan di tangki kotor. Setelahnya, campuran alga dan udara kotor tadi akan dipompa ke rangkaian pipa bening agar alga tersebut dapat melakukan proses fotosintesis dan mengubah CO2 menjadi O2.
“Sehingga proses panjang ini akan menghasilkan oksigen yang dapat dilepaskan kembali ke udara,” terangnya.
EvoGreen ini bekerja bukan sebagai air purifier biasa namun sebagai pengonversi karbon dioksida menjadi oksigen. Sehingga alat ini bukan hanya berpengaruh pada manusia, tetapi juga kepada lingkungan sekitar. Selain itu, dengan dilakukan proses lebih lanjut, alga yang telah digunakan pun dapat dijadikan biomassa.
Menurut Tandi, EvoGreen ini dapat menyerap 10 kali lebih efisien daripada pohon dan dapat dipasang di rumah, sehingga semua orang dapat berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon.
Selain itu, EvoGreen juga diintegrasikan secara digital dengan AVEVA (perangkat rumah pintar) yang membuat pengguna bisa mendapatkan data secara real time melalui aplikasi tersebut. “Konsep terbaru inilah yang nampaknya memikat para juri saat kami mengikuti kompetisi,” tandasnya
Berdasarkan inovasinya tersebut, tim ini telah berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi Schneider Go Green 2021, awal April lalu. Dalam ajang yang diselenggarakan oleh Schneider Electric tersebut, tim ini berhasil mengalahkan 121 proposal lainnya se-Indonesia. “Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi karya kami,” tuturnya bangga.
Alumnus SMAN 3 Madiun ini berharap bahwa EvoGreen buatan timnya ke depan dapat direalisasikan di Indonesia. Sebab alat rancangannya ini sudah sampai tahap prototyping pada technology readiness level-nya dan juga sudah berkoordinasi dengan pihak Schneider Electric terkait desain prototipenya.
Mereka adalah Hartandi Wisnumukti dan I Made Ayu Nandini dari Departemen Teknik Elektro ITS angkatan 2018. Tergabung dalam sebuah tim, keduanya merancang alat pengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2) dengan menggunakan alga yang diberi nama EvoGreen.
Menurut Hartandi Wisnumukti, inovasi EvoGreen ini diangkat dari buruknya kualitas udara di Indonesia yang tiga kali di bawah standar WHO yakni sebesar PM 2,5. Kondisi ini menjadikan Indonesia berada pada peringkat ke-9 dalam indeks polusi udara.
Sehingga urgensi Indonesia saat ini adalah menciptakan cara baru untuk membersihkan polusi udara yang ada. “Ini sejalan dengan tujuan kami membuat EvoGreen yakni untuk mengurangi polusi udara,” katanya melalui siaran pers, Rabu (28/4).
Mahasiswa yang akrab disapa Tandi tersebut menjelaskan, EvoGreen adalah Schneider Electric Homes Bio Reactor guna menangkap CO2 untuk menciptakan udara yang lebih bersih. Bioreaktor ini dibuat dengan maksud tertentu yakni membuat habitat buatan untuk alga hidup.
Menurutnya, Alga dipilih sebab telah terbukti dapat menangkap CO2 lebih baik daripada tumbuhan biasa. “Selain itu alga juga lebih fleksibel dalam hal perawatannya,” jelasnya.
Tandi mengatakan, EvoGreen bekerja dengan menyedot udara kotor dari lingkungan yang kemudian akan disimpan di tangki kotor. Setelahnya, campuran alga dan udara kotor tadi akan dipompa ke rangkaian pipa bening agar alga tersebut dapat melakukan proses fotosintesis dan mengubah CO2 menjadi O2.
“Sehingga proses panjang ini akan menghasilkan oksigen yang dapat dilepaskan kembali ke udara,” terangnya.
EvoGreen ini bekerja bukan sebagai air purifier biasa namun sebagai pengonversi karbon dioksida menjadi oksigen. Sehingga alat ini bukan hanya berpengaruh pada manusia, tetapi juga kepada lingkungan sekitar. Selain itu, dengan dilakukan proses lebih lanjut, alga yang telah digunakan pun dapat dijadikan biomassa.
Menurut Tandi, EvoGreen ini dapat menyerap 10 kali lebih efisien daripada pohon dan dapat dipasang di rumah, sehingga semua orang dapat berkontribusi dalam mengurangi jejak karbon.
Selain itu, EvoGreen juga diintegrasikan secara digital dengan AVEVA (perangkat rumah pintar) yang membuat pengguna bisa mendapatkan data secara real time melalui aplikasi tersebut. “Konsep terbaru inilah yang nampaknya memikat para juri saat kami mengikuti kompetisi,” tandasnya
Berdasarkan inovasinya tersebut, tim ini telah berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi Schneider Go Green 2021, awal April lalu. Dalam ajang yang diselenggarakan oleh Schneider Electric tersebut, tim ini berhasil mengalahkan 121 proposal lainnya se-Indonesia. “Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa bagi karya kami,” tuturnya bangga.
Alumnus SMAN 3 Madiun ini berharap bahwa EvoGreen buatan timnya ke depan dapat direalisasikan di Indonesia. Sebab alat rancangannya ini sudah sampai tahap prototyping pada technology readiness level-nya dan juga sudah berkoordinasi dengan pihak Schneider Electric terkait desain prototipenya.
(mpw)