12 Kampus Sepakat Optimalkan Perkuliahan Daring di Indonesia, Ini Langkah ITS
loading...
A
A
A
SURABAYA - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mendukung upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pembelajaran daring di Indonesia dalam rangka mewujudkan Merdeka Belajar untuk semua. Bersama 11 perguruan tinggi negeri (PTN) dan swasta (PTS) lainnya, mereka melakukan penandatanganan kerja sama dengan Universitas Terbuka (UT) secara hybrid, Kamis (6/5/2021).
MoU ini juga dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Prof Ir Nizam. Perjanjian kerja sama antara UT dan perguruan tinggi mitra ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan pembelajaran daring secara bersama-sama melalui platform Indonesia Cyber Education (ICE) Institute. “ICE Institute merupakan galeri pembelajaran daring di Indonesia,” kata Kepala ICE Institute Paulina Pannen.
ICE Institute sendiri berperan dalam penyediaan dan pemanfaatan mata kuliah daring yang sudah terkurasi dalam rangka merdeka belajar untuk semua. Setiap perguruan tinggi mitra diminta berkontribusi 10 mata kuliah untuk ditawarkan secara gratis selama tiga tahun lewat platform ICE Institute. “Saat ini sudah ada 120 mata kuliah daring yang akan segera diintegrasikan,” kata Paulina.
Melalui kerja sama ini, ICE dapat memfasilitasi perguruan tinggi untuk menyediakan layanan mata kuliah daring ke berbagai pengguna serta memfasilitasi pengguna untuk memilih berbagai mata kuliah daring yang diminatinya secara mudah dan cepat. “Melalui program ini diharapkan Indonesia dapat mewujudkan merdeka belajar untuk semua dan kedepannya akan lebih banyak menggandeng perguruan tinggi lain,” jelasnya.
Dirjen Dikti juga memberikan dukungannya dalam pengembangan ICE Institute. Ia berharap dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih pendidikan bisa diakses oleh seluruh rakyat Indonesia dan akan tercipta kolaborasi antar mahasiswa maupun dosen lintas daerah. "Tanpa sinergi dan gotong royong akan sangat sulit menciptakan sumber daya manusia unggul untuk kemajuan bangsa," kata Nizam.
Sementara itu, Rektor UT Ojat Darojat mengatakan, ICE Institute ini merupakan salah satu program strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) yang penyelenggaraanya di bawah koordinasi UT. “Program ini merupakan solusi untuk melakukan pemerataan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Menurut Ojat, hadirnya ICE dapat membuka kesempatan belajar untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berdomisili di perkotaan hingga di daerah terpencil. “Tidak menutup kemungkinan bahwa program ini ke depannya akan menggandeng mitra-mitra yang ada di luar negeri,” katanya.
MoU ini juga dihadiri Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Prof Ir Nizam. Perjanjian kerja sama antara UT dan perguruan tinggi mitra ini secara umum bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan pembelajaran daring secara bersama-sama melalui platform Indonesia Cyber Education (ICE) Institute. “ICE Institute merupakan galeri pembelajaran daring di Indonesia,” kata Kepala ICE Institute Paulina Pannen.
ICE Institute sendiri berperan dalam penyediaan dan pemanfaatan mata kuliah daring yang sudah terkurasi dalam rangka merdeka belajar untuk semua. Setiap perguruan tinggi mitra diminta berkontribusi 10 mata kuliah untuk ditawarkan secara gratis selama tiga tahun lewat platform ICE Institute. “Saat ini sudah ada 120 mata kuliah daring yang akan segera diintegrasikan,” kata Paulina.
Melalui kerja sama ini, ICE dapat memfasilitasi perguruan tinggi untuk menyediakan layanan mata kuliah daring ke berbagai pengguna serta memfasilitasi pengguna untuk memilih berbagai mata kuliah daring yang diminatinya secara mudah dan cepat. “Melalui program ini diharapkan Indonesia dapat mewujudkan merdeka belajar untuk semua dan kedepannya akan lebih banyak menggandeng perguruan tinggi lain,” jelasnya.
Dirjen Dikti juga memberikan dukungannya dalam pengembangan ICE Institute. Ia berharap dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih pendidikan bisa diakses oleh seluruh rakyat Indonesia dan akan tercipta kolaborasi antar mahasiswa maupun dosen lintas daerah. "Tanpa sinergi dan gotong royong akan sangat sulit menciptakan sumber daya manusia unggul untuk kemajuan bangsa," kata Nizam.
Sementara itu, Rektor UT Ojat Darojat mengatakan, ICE Institute ini merupakan salah satu program strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) yang penyelenggaraanya di bawah koordinasi UT. “Program ini merupakan solusi untuk melakukan pemerataan akses pendidikan bagi seluruh masyarakat Indonesia,” jelasnya.
Menurut Ojat, hadirnya ICE dapat membuka kesempatan belajar untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia yang berdomisili di perkotaan hingga di daerah terpencil. “Tidak menutup kemungkinan bahwa program ini ke depannya akan menggandeng mitra-mitra yang ada di luar negeri,” katanya.
(mpw)