Rancang Robot Penyelam, Tim Robotika ITS Sabet 6 Penghargaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tim robotika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) , Banyubramanta, kembali melahirkan inovasi untuk robot Remotely Operated Vehicle (ROV). Underwater robot yang dirancang Banyubramanta ini berhasil mendulang enam kategori penghargaan sekaligus lewat ajang nasional Underwater Robot Challenge - Wonderfull Indonesia Robot Challange (WIRC) 2021.
Pada robot Sea Wasp memiliki spesifikasi dimensi yang lebih besar dibandingkan robot Glaucus Atlanticus. Software desain 3D yang digunakan pun berbeda, Sea Wasp menggunakan Solid Works, sedangkan Glaucus Atlanticus menggunakan Autodesk Inventor. "Intinya, kedua subtim mengusung konsep robot bawah air dengan desain frame, sirkuit PCB, dan dimensi robot yang berbeda," katanya melalui siaran pers, Sabtu (18/9/2021).
Afrizal mengungkapkan, secara keseluruhan sebenarnya robot mini ROV yang dirancang memiliki kesamaan cara kerja. Kedua robot dapat dikontrol menggunakan remote wireless dengan sistem penggerak motor dan baling-baling (propeller).
Secara teknis, sinyal dari remote pengguna akan diterima oleh receiver dan diolah oleh mikrokontroler, logika pemrograman, serta komponen elektronika yang di dalamnya terdapat Arduino, Voltage Regulator, Integrated Circuit (IC), motor driver, dan baterai.
Lalu mikrokontroler akan memerintahkan motor driver untuk menggerakkan motor. Sehingga robot dapat bergerak sesuai yang diinginkan pengguna, seperti arah maju, mundur, belok kanan, belok kiri, bahkan berputar. "Selain itu, kemampuan yang dimiliki robot dapat dijalankan di bawah air hingga kedalaman 30-50 sentimeter," tutur mahasiswa asal Pasuruan ini.
Karena tuntutan mobilitas yang ada, lanjutnya, kedua robot dirancang dengan desain yang kedap air untuk melindungi komponen elektronikanya. Dalam hal ini, tim memanfaatkan tempat makan plastik sebagai body dari robot. Selanjutnya, terdapat 3D print untuk frame body yang berfungsi sebagai tempat motor penggerak robot yang terletak di bagian luar body.
"Pada bagian depan robot juga dilengkapi sebuah motor pump DC yang berguna untuk keperluan misi pada ajang WIRC, yakni mengambil dan memindahkan kelereng sebagai objek bawah airnya," papar mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini.
Afrizal berujar, keunikan robot yang diusung oleh tim Banyubramanta ini terdapat pada kemampuan menghisap objek bawah air. Selain menuntaskan misi perlombaan, kedua robot ini juga dapat digunakan sebagai prototipe robot pengisap sampah bawah air, melihat masih banyak sampah di dalam air laut yang dapat merusak ekosistem laut.
Tak hanya itu, robot ini menggunakan desain 3D print sendiri untuk frame pada badan robot, motor pump DC yang dirakit sendiri dengan komponen pendukungnya, juga desain elektronika yang simple agar mempermudah penggantian komponen apabila terjadi troubleshoot.
"Robot jenis ini sudah pernah ada sebelumnya, namun di ITS sendiri belum ada robot mini ROV yang dikompetisikan keluar kampus sehingga tim kami berinisiatif untuk membuatnya," kata pemuda kelahiran 15 Maret 2000 ini.
Robot yang mengambil filosofi dari hewan-hewan lincah dan berbahaya di lautan ini akan terus dikembangkan serta dievaluasi dari kekurangannya. Untuk menjadi lebih baik, Afrizal mengatakan akan mengembangkan riset tentang tempat komponen kedap air dari bahan fiber atau sejenisnya, juga menggunakan komponen-komponen elektronika yang jauh lebih baik agar dapat bertahan lebih lama di dalam air.
Berlaga pada ajang yang berskala nasional pada awal September lalu, robot Sea Wasp berhasil menyabet semua kategori, yakni kategori Running ROV, People Choice, Most Popular Video, Most Education Value, Community Awareness, dan Community Building. Untuk subtim 2 robot Glaucus Atlanticus mendapatkan penghargaan pada kategori Community Awareness. "Ini merupakan peningkatan dari tahun lalu yang hanya membawa pulang satu penghargaan," kata Afrizal.
Mahasiswa angkatan 2018 ini mengharapkan agar tim Banyubramanta senantiasa mengembangkan riset robot setiap tahunnya, entah dalam segi teknikal dan segi teknologi yang digunakan. "Semoga ke depannya kami dapat menjuarai semua lomba yang diikuti dan membawa nama baik kampus ITS di hadapan nasional dan internasional," tutupnya.
Pada robot Sea Wasp memiliki spesifikasi dimensi yang lebih besar dibandingkan robot Glaucus Atlanticus. Software desain 3D yang digunakan pun berbeda, Sea Wasp menggunakan Solid Works, sedangkan Glaucus Atlanticus menggunakan Autodesk Inventor. "Intinya, kedua subtim mengusung konsep robot bawah air dengan desain frame, sirkuit PCB, dan dimensi robot yang berbeda," katanya melalui siaran pers, Sabtu (18/9/2021).
Afrizal mengungkapkan, secara keseluruhan sebenarnya robot mini ROV yang dirancang memiliki kesamaan cara kerja. Kedua robot dapat dikontrol menggunakan remote wireless dengan sistem penggerak motor dan baling-baling (propeller).
Secara teknis, sinyal dari remote pengguna akan diterima oleh receiver dan diolah oleh mikrokontroler, logika pemrograman, serta komponen elektronika yang di dalamnya terdapat Arduino, Voltage Regulator, Integrated Circuit (IC), motor driver, dan baterai.
Lalu mikrokontroler akan memerintahkan motor driver untuk menggerakkan motor. Sehingga robot dapat bergerak sesuai yang diinginkan pengguna, seperti arah maju, mundur, belok kanan, belok kiri, bahkan berputar. "Selain itu, kemampuan yang dimiliki robot dapat dijalankan di bawah air hingga kedalaman 30-50 sentimeter," tutur mahasiswa asal Pasuruan ini.
Karena tuntutan mobilitas yang ada, lanjutnya, kedua robot dirancang dengan desain yang kedap air untuk melindungi komponen elektronikanya. Dalam hal ini, tim memanfaatkan tempat makan plastik sebagai body dari robot. Selanjutnya, terdapat 3D print untuk frame body yang berfungsi sebagai tempat motor penggerak robot yang terletak di bagian luar body.
"Pada bagian depan robot juga dilengkapi sebuah motor pump DC yang berguna untuk keperluan misi pada ajang WIRC, yakni mengambil dan memindahkan kelereng sebagai objek bawah airnya," papar mahasiswa Departemen Teknik Elektro ini.
Afrizal berujar, keunikan robot yang diusung oleh tim Banyubramanta ini terdapat pada kemampuan menghisap objek bawah air. Selain menuntaskan misi perlombaan, kedua robot ini juga dapat digunakan sebagai prototipe robot pengisap sampah bawah air, melihat masih banyak sampah di dalam air laut yang dapat merusak ekosistem laut.
Tak hanya itu, robot ini menggunakan desain 3D print sendiri untuk frame pada badan robot, motor pump DC yang dirakit sendiri dengan komponen pendukungnya, juga desain elektronika yang simple agar mempermudah penggantian komponen apabila terjadi troubleshoot.
"Robot jenis ini sudah pernah ada sebelumnya, namun di ITS sendiri belum ada robot mini ROV yang dikompetisikan keluar kampus sehingga tim kami berinisiatif untuk membuatnya," kata pemuda kelahiran 15 Maret 2000 ini.
Robot yang mengambil filosofi dari hewan-hewan lincah dan berbahaya di lautan ini akan terus dikembangkan serta dievaluasi dari kekurangannya. Untuk menjadi lebih baik, Afrizal mengatakan akan mengembangkan riset tentang tempat komponen kedap air dari bahan fiber atau sejenisnya, juga menggunakan komponen-komponen elektronika yang jauh lebih baik agar dapat bertahan lebih lama di dalam air.
Berlaga pada ajang yang berskala nasional pada awal September lalu, robot Sea Wasp berhasil menyabet semua kategori, yakni kategori Running ROV, People Choice, Most Popular Video, Most Education Value, Community Awareness, dan Community Building. Untuk subtim 2 robot Glaucus Atlanticus mendapatkan penghargaan pada kategori Community Awareness. "Ini merupakan peningkatan dari tahun lalu yang hanya membawa pulang satu penghargaan," kata Afrizal.
Mahasiswa angkatan 2018 ini mengharapkan agar tim Banyubramanta senantiasa mengembangkan riset robot setiap tahunnya, entah dalam segi teknikal dan segi teknologi yang digunakan. "Semoga ke depannya kami dapat menjuarai semua lomba yang diikuti dan membawa nama baik kampus ITS di hadapan nasional dan internasional," tutupnya.
(poe)