Tanamkan Revolusi Mental, PGM Dorong Guru Madrasah Lebih Profesional

Kamis, 14 Oktober 2021 - 16:15 WIB
loading...
Tanamkan Revolusi Mental, PGM Dorong Guru Madrasah Lebih Profesional
Ketua PGM Jabar Hasbullah menjelaskan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) bisa menjadi hal yang wajib untuk dilakukan agar Indonesia Maju ini bisa terealisasi. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Madrasah menjadi mitra strategis Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Madrasah berperan penting dalam menumbuhkan revolusi mental untuk mewujudkan Indonesia Maju sebagaimana dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menanggapi hal tersebut, Ketua Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) Jawa Barat (Jabar) Hasbullah menjelaskan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) bisa menjadi hal yang wajib untuk dilakukan agar Indonesia Maju ini bisa terealisasi.

“Maka, program-program seperti modernisasi agama yang dilakukan Kementerian Agama (Kemedag) ini harus didukung. Mental yang berkaitan dengan mengubah pola pikir lebih maju. Yang paling sederhada saja dengan menerima keberagaman, sadar akan kemajemukan Indonesia, dan tidak memaksakan satu pemahaman terhadap pemahaman lain adalah bentuk revolusi mental,” ujar pria yang akrab disapa Kang Has itu, Selasa (12/10/2021).

Tak hanya itu atas dukungan GNRM, lanjut dia, PGM melakukan berbagai terobosan untuk merubah pola pikir guru madrasah agar lebih produktif dan positif. Yakni dengan menanamkan penguatan karakter dan meningkatkan profesionalisme guru.

“Kita melakukan langkah-langkah konkret, seperti mendorong guru agar lebih profesional yang di dalamnya juga ada hak dan kewajiban. Mendorong guru lebih fokus menjalankan aktivitas dengan memenuhi hak-hak kesejahteraan mereka,” tegasnya lagi.

Kang Has juga melakukan penguatan literasi bagi para guru yang tergabung di PGM. Tujuannya, agar lebih memahami kondisi faktual, penguatan karakter agar guru madrasah bisa menganalisa apapun bentuk yang bisa dikembangkan di lingkungan madrasah tempat para guru mengabdikan diri.

“Kita tahu bahwa perkembangan dunia digital sangat pesat. Teknologi komunikasi ini sangat memengaruhi karakter masyarakat. Penguatan literasi menjadi ‘penyaring’ bagi para guru dan siswa agar bisa mengambil hal-hal positif yang sifatnya membangun ke arah yang lebih baik,” imbuhnya.

Di dalam nilai-nilai GNRM, kata Kang Has, nilai gotong royong yang menjadi warisan leluhur ini paling mudah diaplikasikan sebagai bentuk revolusi mental. “Itu juga selalu kami aplikasikan di dalam berorganisasi. Kita sebagai keluarga, harus saling menolong satu sama lain. Sebagai contoh, ada rekan kami yang kesulitan secara finansial karena sakit, maka kita harus hadir untuk membantu meringankan beban saudara kita,” tandasnya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi mengatakan madrasah atau sekolah agama bisa menjadi sarana dalam melaksanakan revolusi mental.

Deputi Didik menjelaskan pemerintah akan menggandeng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk melaksanakan revolusi mental di madrasah. Menurutnya, PBNU telah memiliki banyak best practices model dalam pelaksanaan revolusi mental.

Hal itu disampaikan Didik saat menjadi pembicara kunci pada Workshop Pemimpin Agama Pelopor dan Penggerak GNRM di Provinsi Sumsel, yang turud dihadiri oleh Gubernur Sumsel Herman Deru, jajaran PBNU dan PWNU Sumsel yang diselenggarakan oleh PBNU secara daring, pada Jumat (8/10).

"Saya sangat setuju dengan apa yang dilakukan PBNU yaitu gerakan revolusi mental melalui madrasah," ujarnya.

Lebih lanjut, Didik menerangkan revolusi mental bertujuan untuk membangun karakter, serta menanamkan nilai-nilai etos kerja, gotong royong, dan integritas. Untuk membangun karakter dan menanamkan nilai-nilai tersebut perlu dilakukan sejak dini.

Didik menyebut madrasah merupakan tempat mendidik anak-anak sejak dini. Mulai dari pendidikan usia dini (PAUD) sampai pendidikan menengah anak diajarkan berinteraksi, bersosialisasi, berdiskusi, berintegritas, bergotong royong, dan bertoleransi.

Menurut Didik, revolusi mental sejak madrasah akan melahirkan generasi masa depan yang bedikari, berkepribadian luhur, memiliki produktivitas, kreativitas, dan kemampuan yang mumpuni menghadapi bonus demografi.

"Tentu ini akan terwujud dengan dukungan semua pihak. Ini menjadi suatu pertanda revolusi mental sudah menjadi bagian kita semua. Dan ini harapan besar dari pemerintah pada saat kabinet ini berakhir, hal-hal tonggak untuk mencapai Indonesia Emas 2045 bisa semua dicapai," pungkas Didik.
(kri)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1399 seconds (0.1#10.140)