Kemenag Dorong Guru Madrasah Kuasai Konten Pembelajaran Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) terus melakukan upaya penguatan literasi digital bagi Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) madrasah. Sesditjen Pendidikan Islam Rahmat Mulyana Sapdi mengatakan agenda penguatan literasi digital penting agar GTK madrasah dapat mengembangkan kultur pembelajaran digital melalui aspek implementatif.
"Pelatihan ini menyentuh aspek implementatif, peserta akan dilatih membuat konten pembelajaran digital yang kreatif dan menarik berbasis video maupun produk pembelajaran visual lainnya. Ini merupakan salah satu komponen dari literasi digital,” ucap Rahmat saat memberikan arahan pada agenda Pelatihan Penguatan Literasi Digital bagi Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah di Kabupaten Kudus, Kamis (4/11/2021).
Melalui ikhtiar ini, Rahmat berharap madrasah menjadi lebih unggul baik dari segi kompetensi maupun adaptasi dalam menggunakan konsep pembelajaran digital. “Ini merupakan peran kita ke depan untuk menguasai konten pembelajaran. Selain itu, aspek pedagogis, metodologis juga penguasaan teknologi harus ditingkatkan dalam rangka membangun budaya digital dalam pembelajaran,” tandasnya.
Pembina Yayasan Nusantara Satu, Nusron Wahid, mengatakan bahwa Covid 19 telah mengubah cara pandang dan model pendidikan yang semula bersifat manual menjadi digital. “Hampir semua proses pembelajaran menggunakan perspektif media digital. Oleh karenanya, kita membutuhkan transformasi baik dari segi kurikulum, konten, maupun model pembelajaran,” ungkapnya.
Nusron menganggap dunia digital hari ini tidak hanya melahirkan revolusi di bidang pendidikan saja, tetapi di hampir seluruh kehidupan.“Saat ini misalnya, media cetak seperti koran sudah hampir mati, dan kemudian digantikan koran digital. Begitupun pendidikan, dari dunia paper bergeser menjadi dunia konten atau software. Saat ini software juga telah bergeser dari dunia baca menjadi dunia visual atau gambar,” tambahnya.
Pria yang juga merupakan Anggota DPR ini menganggap perkembangan revolusi digital saat ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru madrasah. Konten pembelajaran digital tidak hanya berkutat di mata pelajaran umum, tetapi juga materi keagamaan yang saat ini didominasi oleh konten audio-visual di YouTube. Ini tentunya perlu diimbangi.
Selain madrasah formal, lanjut Nusron, digitalisasi nantinya akan mengisi konten pembelajaran di madrasah diniyah. Ini tugas berikutnya, bagaimana pembelajaran kitab kuning dapat dikemas sekaligus diformulasi menjadi konten pembelajaran yang berbasis digital agar mudah diterima peserta didik.
Nusron juga menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan program ini. Menurutnya, transformasi pembelajaran di madrasah adalah sebuah keniscayaan. "Apa yang kita lakukan hari ini adalah ikhtiar membangun peradaban futuristik melalui madrasah yang mandiri dan berprestasi," tandasnya.
“Ini adalah langkah positif yang diinisiasi oleh Kementerian Agama dalam rangka melakukan penguatan literasi digital di madrasah. Karena ini sudah sunnatullah, tidak boleh dan tidak bisa kita menghindar dari dunia digital. Madrasah harus melakukan transformasi dan beradaptasi dengan pembelajaran digital baik pada sisi konten pembelajaran, metode pembelajaran maupun alat pembelajaran,” tutupnya.
"Pelatihan ini menyentuh aspek implementatif, peserta akan dilatih membuat konten pembelajaran digital yang kreatif dan menarik berbasis video maupun produk pembelajaran visual lainnya. Ini merupakan salah satu komponen dari literasi digital,” ucap Rahmat saat memberikan arahan pada agenda Pelatihan Penguatan Literasi Digital bagi Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah di Kabupaten Kudus, Kamis (4/11/2021).
Melalui ikhtiar ini, Rahmat berharap madrasah menjadi lebih unggul baik dari segi kompetensi maupun adaptasi dalam menggunakan konsep pembelajaran digital. “Ini merupakan peran kita ke depan untuk menguasai konten pembelajaran. Selain itu, aspek pedagogis, metodologis juga penguasaan teknologi harus ditingkatkan dalam rangka membangun budaya digital dalam pembelajaran,” tandasnya.
Pembina Yayasan Nusantara Satu, Nusron Wahid, mengatakan bahwa Covid 19 telah mengubah cara pandang dan model pendidikan yang semula bersifat manual menjadi digital. “Hampir semua proses pembelajaran menggunakan perspektif media digital. Oleh karenanya, kita membutuhkan transformasi baik dari segi kurikulum, konten, maupun model pembelajaran,” ungkapnya.
Nusron menganggap dunia digital hari ini tidak hanya melahirkan revolusi di bidang pendidikan saja, tetapi di hampir seluruh kehidupan.“Saat ini misalnya, media cetak seperti koran sudah hampir mati, dan kemudian digantikan koran digital. Begitupun pendidikan, dari dunia paper bergeser menjadi dunia konten atau software. Saat ini software juga telah bergeser dari dunia baca menjadi dunia visual atau gambar,” tambahnya.
Pria yang juga merupakan Anggota DPR ini menganggap perkembangan revolusi digital saat ini merupakan tantangan tersendiri bagi guru madrasah. Konten pembelajaran digital tidak hanya berkutat di mata pelajaran umum, tetapi juga materi keagamaan yang saat ini didominasi oleh konten audio-visual di YouTube. Ini tentunya perlu diimbangi.
Selain madrasah formal, lanjut Nusron, digitalisasi nantinya akan mengisi konten pembelajaran di madrasah diniyah. Ini tugas berikutnya, bagaimana pembelajaran kitab kuning dapat dikemas sekaligus diformulasi menjadi konten pembelajaran yang berbasis digital agar mudah diterima peserta didik.
Nusron juga menyampaikan apresiasi terhadap penyelenggaraan program ini. Menurutnya, transformasi pembelajaran di madrasah adalah sebuah keniscayaan. "Apa yang kita lakukan hari ini adalah ikhtiar membangun peradaban futuristik melalui madrasah yang mandiri dan berprestasi," tandasnya.
“Ini adalah langkah positif yang diinisiasi oleh Kementerian Agama dalam rangka melakukan penguatan literasi digital di madrasah. Karena ini sudah sunnatullah, tidak boleh dan tidak bisa kita menghindar dari dunia digital. Madrasah harus melakukan transformasi dan beradaptasi dengan pembelajaran digital baik pada sisi konten pembelajaran, metode pembelajaran maupun alat pembelajaran,” tutupnya.
(mpw)