Mahasiswa ITS Buat Inovasi Agar Laut Bebas Mikroplastik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Limbah di laut semakin berbahaya karena pencemaran limbah plastic yang terdegradasi menjadi mikroplastik. Berangkat dari kondisi ini mahasiswa ITS pun membuat inovasi filter air tercemar mikroplastik berbasis Bulk Acoustic Wave (BAW).
Berdasarkan Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik dibuang ke laut Indonesia setiap tahunnya.
Sampah plastik tersebut akan terdegradasi menjadi mikroplastik dan berpotensi mengontaminasi biota laut. “Belum ada teknologi yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam penanganan dan pengurangan mikroplastik,” ungkap Ketua Tim Arkilaus Bellinus Felle melalui siaran pers, Sabtu (4/12/2021).
Billy menjelaskan, filter karya timnya tersebut memanfaatkan gelombang akustik yang bersumber dari pengeras suara atau speaker. Gelombang akustik inilah yang akan mendorong partikel-partikel mikroplastik, sehingga dapat terseparasi dari air laut.
“Karena ukurannya sangat kecil sehingga dibutuhkan metode khusus dalam penyaringan partikel mikroplastik,” jelasnya.
Alat ini mampu menyaring semua jenis dan bentuk mikroplastik yang terkandung dalam air laut maupun air tawar. Dengan memanfaatkan teknologi gelombang akustik, alat ini tidak lagi memerlukan saringan mekanis sehingga tak perlu membersihkan filter secara berkala dan pemakaian lebih tahan lama.
“Inovasi ini mewujudkan poin 14 SDGs (Sustainable Development Goals) tentang menjaga ekosistem laut,” ucap salah satu wisudawan ITS pada Oktober lalu ini.
Cara kerja alat ini diawali dengan memompa air hingga mengalir masuk ke dalam alat melalui pipa akrilik. Air laut akan dialirkan melewati 2 speaker full range yang mengapit pipa akrilik di tengah. Speaker tersebut akan menimbulkan gaya dorong yang disebut dengan acoustophoretic force.
Berdasarkan Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik dibuang ke laut Indonesia setiap tahunnya.
Sampah plastik tersebut akan terdegradasi menjadi mikroplastik dan berpotensi mengontaminasi biota laut. “Belum ada teknologi yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam penanganan dan pengurangan mikroplastik,” ungkap Ketua Tim Arkilaus Bellinus Felle melalui siaran pers, Sabtu (4/12/2021).
Billy menjelaskan, filter karya timnya tersebut memanfaatkan gelombang akustik yang bersumber dari pengeras suara atau speaker. Gelombang akustik inilah yang akan mendorong partikel-partikel mikroplastik, sehingga dapat terseparasi dari air laut.
“Karena ukurannya sangat kecil sehingga dibutuhkan metode khusus dalam penyaringan partikel mikroplastik,” jelasnya.
Alat ini mampu menyaring semua jenis dan bentuk mikroplastik yang terkandung dalam air laut maupun air tawar. Dengan memanfaatkan teknologi gelombang akustik, alat ini tidak lagi memerlukan saringan mekanis sehingga tak perlu membersihkan filter secara berkala dan pemakaian lebih tahan lama.
“Inovasi ini mewujudkan poin 14 SDGs (Sustainable Development Goals) tentang menjaga ekosistem laut,” ucap salah satu wisudawan ITS pada Oktober lalu ini.
Cara kerja alat ini diawali dengan memompa air hingga mengalir masuk ke dalam alat melalui pipa akrilik. Air laut akan dialirkan melewati 2 speaker full range yang mengapit pipa akrilik di tengah. Speaker tersebut akan menimbulkan gaya dorong yang disebut dengan acoustophoretic force.