Kisah Perjuangan 2 Mahasiswa UMM Raih Beasiswa IISMA Kemendikbudristek
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sembari menikmati udara pagi dari benua biru, dua mahasiswa awardee program Indonesian International Student Mobility Awards ( IISMA ) oleh Kemendikbudristek menemani UMMFolks pada Jumat (31/12) lalu. Keduanya berbagi cerita tentang program yang sedang mereka jalani.
Mereka adalah Widad Saniyya dan Afiya Dianar Najla, dua dari sebelas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) yang berhasil lolos pada program pertukaran pelajar tersebut.
Tidak pernah terbayangkan oleh dua mahasiswa ini bahwa mereka akan mengenyam pendidikan semester tujuh di kampus luar negeri yang bermitra dengan pemerintah Indonesia. Diakui oleh Afiya, ia tidak pernah mengira dirinya bisa lolos IISMA karena singkatnya waktu pendaftaran dan banyaknya berkas yang harus dipersiapkan.
“Lolosnya yang tidak pernah nyangka, karena waktu itu proses pendaftarannya sangat singkat. Ditambah saya kan belum ada sertifikat bahasa, jadi itu yang paling bikin bingung,” jelas mahasiswa Psikologi ini.
Selaras dengan Afiya, Widad juga mengatakan bahwa ia tidak menyangka bisa berhasil menjadi awardee program ini. Bahkan mahasiswa Ilmu Hukum ini tidak pernah berpikir untuk mendaftarkan diri pada program IISMA.
“Sama seperti Afiya ya, aku juga gak pernah mengira kalau akan lolos karena aku baru pulang dari Italia untuk program Erasmus. Inginnya ya menegrjaka skripsi terus wisuda dan lulus,” imbuh mahasiswi asal Tangerang Selatan tersebut.
Selain cerita proses sertifikasi bahasa, dua mahasiswa ini juga mengobrol banyak terkait perjuangan menulis esai untuk melamar program pertukaran pelajar ini. Menurut mereka, menulis esai bukanlah perkara mudah karena penulis harus mengenali diri dan tahu tujuan sebenarnya mengapa mengikuti program tersebut.
“Butuh waktu seminggu untuk meyakinkan diri terkait motivasi. Apakah cuma kepengen-kepengen saja atau benar-benar mau belajar. Untungnya, esai pada program ini tinggal menjawab pertanyaan saja. Jadi tidak begitu bingung cari topik,” kisah Afiya.
Program IISMA juga memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memilih kampus sendiri. Mahasiswa dapat menyesuaikan kebutuhannya dan dapat mengukur kemampuan sekaligus kesiapannya sendiri. “Di IISMA kita diberi kesempatan memilih kampus sendiri, jadi bisa lebih nyaman menyesuaikan berdasarkan kebutuhan kita,” papar Widad.
Tak hanya itu, Afiya juga mendorong mahasiswa lain untuk segera memulai belajar bahasa asing. Utamanya bahasa Inggris yang kini menjadi penting, tidak hanya saat mendaftar tapi juga saat menyenyam perkuliahan di luar negeri. Mereka juga ingin agar semua mahasiswa yakin dan percaya pada diri sendiri. Sesulit apapun persyaratan program beasiswa, pasti ada jalannya selama terus emangat dan tidak menyerah.
“Ketika kamu sudah mulai meragukan diri sendiri, itu sebenarnya adalah penghambat terbesar yang dihadapi. Jangan merasa ragu karena lebih baik gagal karena sudah mencoba daripada gagal tanpa mencoba sama sekali,” ujar Widad yang diamini oleh Afiya.
Mereka adalah Widad Saniyya dan Afiya Dianar Najla, dua dari sebelas mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ) yang berhasil lolos pada program pertukaran pelajar tersebut.
Tidak pernah terbayangkan oleh dua mahasiswa ini bahwa mereka akan mengenyam pendidikan semester tujuh di kampus luar negeri yang bermitra dengan pemerintah Indonesia. Diakui oleh Afiya, ia tidak pernah mengira dirinya bisa lolos IISMA karena singkatnya waktu pendaftaran dan banyaknya berkas yang harus dipersiapkan.
“Lolosnya yang tidak pernah nyangka, karena waktu itu proses pendaftarannya sangat singkat. Ditambah saya kan belum ada sertifikat bahasa, jadi itu yang paling bikin bingung,” jelas mahasiswa Psikologi ini.
Selaras dengan Afiya, Widad juga mengatakan bahwa ia tidak menyangka bisa berhasil menjadi awardee program ini. Bahkan mahasiswa Ilmu Hukum ini tidak pernah berpikir untuk mendaftarkan diri pada program IISMA.
“Sama seperti Afiya ya, aku juga gak pernah mengira kalau akan lolos karena aku baru pulang dari Italia untuk program Erasmus. Inginnya ya menegrjaka skripsi terus wisuda dan lulus,” imbuh mahasiswi asal Tangerang Selatan tersebut.
Selain cerita proses sertifikasi bahasa, dua mahasiswa ini juga mengobrol banyak terkait perjuangan menulis esai untuk melamar program pertukaran pelajar ini. Menurut mereka, menulis esai bukanlah perkara mudah karena penulis harus mengenali diri dan tahu tujuan sebenarnya mengapa mengikuti program tersebut.
“Butuh waktu seminggu untuk meyakinkan diri terkait motivasi. Apakah cuma kepengen-kepengen saja atau benar-benar mau belajar. Untungnya, esai pada program ini tinggal menjawab pertanyaan saja. Jadi tidak begitu bingung cari topik,” kisah Afiya.
Program IISMA juga memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk memilih kampus sendiri. Mahasiswa dapat menyesuaikan kebutuhannya dan dapat mengukur kemampuan sekaligus kesiapannya sendiri. “Di IISMA kita diberi kesempatan memilih kampus sendiri, jadi bisa lebih nyaman menyesuaikan berdasarkan kebutuhan kita,” papar Widad.
Tak hanya itu, Afiya juga mendorong mahasiswa lain untuk segera memulai belajar bahasa asing. Utamanya bahasa Inggris yang kini menjadi penting, tidak hanya saat mendaftar tapi juga saat menyenyam perkuliahan di luar negeri. Mereka juga ingin agar semua mahasiswa yakin dan percaya pada diri sendiri. Sesulit apapun persyaratan program beasiswa, pasti ada jalannya selama terus emangat dan tidak menyerah.
“Ketika kamu sudah mulai meragukan diri sendiri, itu sebenarnya adalah penghambat terbesar yang dihadapi. Jangan merasa ragu karena lebih baik gagal karena sudah mencoba daripada gagal tanpa mencoba sama sekali,” ujar Widad yang diamini oleh Afiya.
(mpw)