Kisah Althaf, Mahasiswa Disabilitas Ini Raih Gelar Magister di UI
loading...
A
A
A
DEPOK - Muhammad Erwin Althaf menuntaskan perkuliahannya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI). Keterbatasan pendengaran sejak lahir yang dimiliki Althaf tidak mengurungkan niat untuk mencapai cita-citanya, yakni membangun sistem usaha terpadu yang mandiri dalam perencanaan, pengelolaan, dan penggunaan sumber daya keuangan.
Althaf berhasil meraih gelar magister dengan judul tesis "Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar pada Indeks Kompas 100 Tahun 2018 dan 2020".
Sebagai kampus yang inklusif, UI memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk mengikuti pendidikan.
Menurut Kemendikbudristek, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki keterbatasan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Program ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
UI menjalankan dan mendukung pendidikan inklusif dengan membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada penyandang disabilitas untuk belajar di UI. Dukungan ini terlihat dari fasilitas yang disediakan saat ujian masuk, pembangunan infrastruktur yang ramah bagi para disabilitas (ruang kelas, jalur khusus, dan toilet).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan yang ideal bagi mahasiswa berkebutuhan khusus serta memberikan jaminan agar mereka memperoleh hak pendidikan yang sama seperti mahasiswa lain.
Dosen Pembimbing Zuliani Dalimunthe mengaku baru menyadari kalau Althaf adalah mahasiswa berkebutuhan khusus. Dia mengaku membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan gaya komunikasi masing-masing.
Untungnya, Althaf adalah mahasiswa yang tangguh sehingga proses bimbingan dapat berjalan lancar. Meskipun begitu, dirinya tetap menerapkan standar baku untuk sebuah penelitian.
"Alhamdulillah, Althaf meresponsnya secara positif. Saya pujikan hal yang baik buat Althaf dan saya yakin Althaf bisa meraih apa yang dicita-citakan," kata Zuliani, Selasa (1/3/2022).
Gaya komunikasi Althaf memang sedikit berbeda dari mahasiswa lain. Selama proses perkuliahan, Althaf memanfaatkan fitur chat untuk berkomunikasi. Ia membuat materi presentasi dan menjawab pertanyaan dosen melalui pesan singkat, sementara teman-temannya melakukan presentasi materi.
Begitu pula saat ia menjalani sidang tesis. Althaf menjawab pertanyaan dosen penguji melalui fitur chat dan Zuliani membantu menjelaskan metode penelitian yang digunakan.
Menurut Dwi Nastiti Danarsari, salah seorang penguji dalam sidang tesis, Althaf menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam menjelaskan dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sehingga ia dapat lulus dengan baik.
"Selamat Althaf atas kelulusannya, semoga sukses selalu dan tetap menginspirasi," katanya.
Dalam pendidikan inklusif, pengajar memiliki tanggung jawab penuh terhadap mereka yang berkebutuhan khusus. Namun, pendidikan inklusif juga tidak akan berhasil tanpa dukungan dan partisipasi orang tua dan masyarakat.
Edi Sumarwanto, orang tua Althaf, menyatakan dukungan penuh atas pendidikan anaknya. "Saya melihat FEB UI luar biasa telah menjadi tempat belajar bagi semua orang. Tidak ada diskriminasi meskipun anak kami berkebutuhan khusus," kata Edi.
Bagi Althaf, butuh perjuangan panjang untuk menyelesaikan perkuliahannya, terlebih karena pendidikan sebelumnya dari non-ekonomi. Berkat dukungan teman-teman dan para dosen, Althaf berhasil menyelesaikan pendidikannya dalam tiga semester.
Ia yakin kesuksesan dapat dicapai dengan konsisten, fokus, dan disiplin. "Alhamdulillah saya dinyatakan lulus sidang tesis. Januari 2022, saya telah menyelesaikan revisi naskah tesis tepat waktu dan mendapat tanda tangan lembar pengesahan, sehingga memenuhi syarat daftar yudisium/wisuda," kata Althaf.
Althaf berhasil meraih gelar magister dengan judul tesis "Pengaruh CSR terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan yang Terdaftar pada Indeks Kompas 100 Tahun 2018 dan 2020".
Sebagai kampus yang inklusif, UI memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk mengikuti pendidikan.
Menurut Kemendikbudristek, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki keterbatasan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Program ini diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2020 tentang Akomodasi yang Layak untuk Peserta Didik Penyandang Disabilitas.
UI menjalankan dan mendukung pendidikan inklusif dengan membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada penyandang disabilitas untuk belajar di UI. Dukungan ini terlihat dari fasilitas yang disediakan saat ujian masuk, pembangunan infrastruktur yang ramah bagi para disabilitas (ruang kelas, jalur khusus, dan toilet).
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan yang ideal bagi mahasiswa berkebutuhan khusus serta memberikan jaminan agar mereka memperoleh hak pendidikan yang sama seperti mahasiswa lain.
Dosen Pembimbing Zuliani Dalimunthe mengaku baru menyadari kalau Althaf adalah mahasiswa berkebutuhan khusus. Dia mengaku membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan gaya komunikasi masing-masing.
Untungnya, Althaf adalah mahasiswa yang tangguh sehingga proses bimbingan dapat berjalan lancar. Meskipun begitu, dirinya tetap menerapkan standar baku untuk sebuah penelitian.
"Alhamdulillah, Althaf meresponsnya secara positif. Saya pujikan hal yang baik buat Althaf dan saya yakin Althaf bisa meraih apa yang dicita-citakan," kata Zuliani, Selasa (1/3/2022).
Gaya komunikasi Althaf memang sedikit berbeda dari mahasiswa lain. Selama proses perkuliahan, Althaf memanfaatkan fitur chat untuk berkomunikasi. Ia membuat materi presentasi dan menjawab pertanyaan dosen melalui pesan singkat, sementara teman-temannya melakukan presentasi materi.
Begitu pula saat ia menjalani sidang tesis. Althaf menjawab pertanyaan dosen penguji melalui fitur chat dan Zuliani membantu menjelaskan metode penelitian yang digunakan.
Menurut Dwi Nastiti Danarsari, salah seorang penguji dalam sidang tesis, Althaf menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam menjelaskan dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan sehingga ia dapat lulus dengan baik.
"Selamat Althaf atas kelulusannya, semoga sukses selalu dan tetap menginspirasi," katanya.
Dalam pendidikan inklusif, pengajar memiliki tanggung jawab penuh terhadap mereka yang berkebutuhan khusus. Namun, pendidikan inklusif juga tidak akan berhasil tanpa dukungan dan partisipasi orang tua dan masyarakat.
Edi Sumarwanto, orang tua Althaf, menyatakan dukungan penuh atas pendidikan anaknya. "Saya melihat FEB UI luar biasa telah menjadi tempat belajar bagi semua orang. Tidak ada diskriminasi meskipun anak kami berkebutuhan khusus," kata Edi.
Bagi Althaf, butuh perjuangan panjang untuk menyelesaikan perkuliahannya, terlebih karena pendidikan sebelumnya dari non-ekonomi. Berkat dukungan teman-teman dan para dosen, Althaf berhasil menyelesaikan pendidikannya dalam tiga semester.
Ia yakin kesuksesan dapat dicapai dengan konsisten, fokus, dan disiplin. "Alhamdulillah saya dinyatakan lulus sidang tesis. Januari 2022, saya telah menyelesaikan revisi naskah tesis tepat waktu dan mendapat tanda tangan lembar pengesahan, sehingga memenuhi syarat daftar yudisium/wisuda," kata Althaf.
(mpw)