Kisah Anis, Mahasiswi UNS yang Berhasil Masuk University of Edinburgh dengan IISMA
loading...
A
A
A
Baca juga: Tips Menulis Esai yang Baik untuk Lolos Beasiswa LPDP
Terutama yang cukup sulit di bagian esai. Sebisa mungkin, ujarnya, calon pendaftar sudah mengetahui tujuan secara personal ikut IISMA lalu hubungkan dengan tujuan IISMA sendiri. Harus ada benang merah, ujarnya, mengapa kalian adalah kandidat yang cocok menjadi awardee IISMA.
“Bisa juga dalam esai kalian tuliskan contoh kasus yang pernah dialami, apa saja tantangannya, dan bagaimana kalian mengatasi hal itu. Atau menuliskan bagaimana IISMA bisa mendukung kompetisi pasca kampus kamu. Pada intinya craft your essay well,” tips dari Anis.
Anis melanjutkan, karena sudah ada awardee IISMA batch 1, jadi bisa belajar dari para awardee IISMA sebelumnya. Cari mentor atau seseorang yang bisa menjadi panutan. Tanyakan kepada mereka terkait aplikasi kita. Sebab, katanya, input mereka sangat berharga dan bisa buat refleksi kembali. Juga tak lupa terus asah kemampuan bahasa Inggris baik aktif maupun pasif.
“Bagi yang masih ragu atau takut mendaftar IISMA, kuncinya coba dulu aja. Karena menurut aku, kalau nggak pernah coba kemungkinan kita berhasil 0%. Sedangkan ketika berani mencoba, kita akan memiliki kesempatan berhasil 50% dan kesempatan gagal 50%. Dan gapapa banget ketika yang didapatkan kesempatan gagal. Karena kegagalan akan selalu ada. Intinya adalah hal yang bisa dipelajari selama prosesnya, entah nanti hasilnya berhasil atau gagal,” ucapnya.
“Aku sendiri pun pernah mengalami penolakan, yang sudah aku rencanakan harus dibatalkan, atau rencana tidak sesuai dengan yang aku harapkan, dan itu gapapa banget. Pelajaran itu yang membantuku mempersiapkan hal lain lebih baik ke depannya. Lakukan yang terbaik dan let God do the best,” ucapnya memberi semangat.
Sementara itu, selama menempuh 1 semester di UoE, banyak hal yang Anis pelajari. Ia belajar banyak akan penerapan keseimbangan, antara kerja atau belajar tetapi tetap menikmati hidup. Kemudian lingkungan belajar di UoE yang melatih mahasiswa untuk mandiri.
“Di sini sistemnya nggak disuapin. Sebelum pembelajaran, dosen atau guru memberikan bahan bacaan, kemudian di kelas kita tinggal diskusi. Menurutku ini salah satu cara agar mahasiswanya bisa keep up sama bahan pembelajarannya. Karena belajar bukan cuma untuk ujian, tetapi juga belajar untuk mengerti,” katanya.
“Ujian di UoE juga nggak semerta-merta ngetes pengetahuan yang sudah kita baca. Terkadang ujian dilaksanakan dalam bentuk esai, dan itu mengajarkanku untuk bagaimana menginput beberapa pendapat ahli yang ditemui,” pungkas Anis.
Terutama yang cukup sulit di bagian esai. Sebisa mungkin, ujarnya, calon pendaftar sudah mengetahui tujuan secara personal ikut IISMA lalu hubungkan dengan tujuan IISMA sendiri. Harus ada benang merah, ujarnya, mengapa kalian adalah kandidat yang cocok menjadi awardee IISMA.
“Bisa juga dalam esai kalian tuliskan contoh kasus yang pernah dialami, apa saja tantangannya, dan bagaimana kalian mengatasi hal itu. Atau menuliskan bagaimana IISMA bisa mendukung kompetisi pasca kampus kamu. Pada intinya craft your essay well,” tips dari Anis.
Anis melanjutkan, karena sudah ada awardee IISMA batch 1, jadi bisa belajar dari para awardee IISMA sebelumnya. Cari mentor atau seseorang yang bisa menjadi panutan. Tanyakan kepada mereka terkait aplikasi kita. Sebab, katanya, input mereka sangat berharga dan bisa buat refleksi kembali. Juga tak lupa terus asah kemampuan bahasa Inggris baik aktif maupun pasif.
“Bagi yang masih ragu atau takut mendaftar IISMA, kuncinya coba dulu aja. Karena menurut aku, kalau nggak pernah coba kemungkinan kita berhasil 0%. Sedangkan ketika berani mencoba, kita akan memiliki kesempatan berhasil 50% dan kesempatan gagal 50%. Dan gapapa banget ketika yang didapatkan kesempatan gagal. Karena kegagalan akan selalu ada. Intinya adalah hal yang bisa dipelajari selama prosesnya, entah nanti hasilnya berhasil atau gagal,” ucapnya.
“Aku sendiri pun pernah mengalami penolakan, yang sudah aku rencanakan harus dibatalkan, atau rencana tidak sesuai dengan yang aku harapkan, dan itu gapapa banget. Pelajaran itu yang membantuku mempersiapkan hal lain lebih baik ke depannya. Lakukan yang terbaik dan let God do the best,” ucapnya memberi semangat.
Sementara itu, selama menempuh 1 semester di UoE, banyak hal yang Anis pelajari. Ia belajar banyak akan penerapan keseimbangan, antara kerja atau belajar tetapi tetap menikmati hidup. Kemudian lingkungan belajar di UoE yang melatih mahasiswa untuk mandiri.
“Di sini sistemnya nggak disuapin. Sebelum pembelajaran, dosen atau guru memberikan bahan bacaan, kemudian di kelas kita tinggal diskusi. Menurutku ini salah satu cara agar mahasiswanya bisa keep up sama bahan pembelajarannya. Karena belajar bukan cuma untuk ujian, tetapi juga belajar untuk mengerti,” katanya.
“Ujian di UoE juga nggak semerta-merta ngetes pengetahuan yang sudah kita baca. Terkadang ujian dilaksanakan dalam bentuk esai, dan itu mengajarkanku untuk bagaimana menginput beberapa pendapat ahli yang ditemui,” pungkas Anis.
(nz)