Ini Ciri-ciri Disleksia pada Anak Usia Sekolah, Orang Tua Wajib Tahu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ciri-ciri disleksia pada anak usia sekolah perlu diketahui oleh orang tua . Sebab apabila ada anak yang mengalami kesulitan mengeja, menulis, hingga membaca jangan buru-buru dimarahi sebab bukan karena malah namun bisa saja anak mengalami disleksia.
Disleksia merupakan salah satu jenis penyakit mental pada anak-anak, atau kerap juga dikenal dengan gangguan belajar. Anak disleksia akan mengalami kesulitan dalam proses memahami sesuatu dari segi visual atau juga suara.
Oleh karena itu, untuk mengetahui cara menangani anak disleksia, ketahui ciri-ciri disleksia pada anak usia sekolah yang dikutip dari laman Ruangguru berikut ini.
Baca: Juri Ardiantoro: LPTK-Perguruan Tinggi yang Mendidik Calon Guru Sudah Tidak Ada
1. Mengalami kesulitan untuk mengingat nomor yang lebih dari satu angka.
2. Anak kesulitan membaca, mengeja, atau menulis dibandingkan dengan anak seusianya.
3. Bingung dengan konsep waktu dan mengingat urutan, misalnya urutan hari atau bulan.
4. Sulit mengikuti arah, misalnya kanan ataupun kiri.
5. Kesulitan dalam mempelajari bahasa asing.
6. Anak lambat dalam menulis, tulisan acak-acakan atau penulisan huruf dan angka terbalik. Misalnya antara huruf b dan d, p dan q, atau w dan m.
Baca juga: Super Aplikasi Halo Bahasa Kemendikbudristek Hadirkan Fitur Unggulan untuk Masyarakat
7. Tidak mengalami kesulitan bicara, namun sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan orang lain dan salah memilih terminologi atau pengungkapan kata yang tepat.
8. Saat diberi tugas atau instruksi anak cenderung lambat untuk memprosesnya (slow processing speed).
9. Sulit membedakan huruf atau kata.
10. Sulit konsentrasi dan menjadi hiperaktif.
Hal yang penting diketahui orang tua adalah, disleksia bukanlah penyakit namun ini merupakan kondisi anak sejak lahir dan sering terjadi dalam keluarga. Lalu apa yang harus dilakukan orang tua jika anak mengidap disleksia? Simak penjelasan di bawah ini.
1. Cepat tanggap dan peka
Orang tua harus peka akan kondisi anak jika mulai terjadi gejala atau ciri-ciri gangguan belajar seperti yang telah disebutkan tadi. Jangan menganggap ciri-ciri yang anak alami adalah hal yang biasa dan mengabaikannya.
2. Membantu anak untuk terus belajar
Orang tua juga harus berperan aktif untuk membantu anak belajar membaca, bukan hanya guru di sekolah saja. Semakin sering anak membaca, maka kemampuannya pun akan semakin meningkat. Buatlah kegiatan membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan supaya anak tidak mudah bosan.
3. Terapkan teknik belajar sesuai dengan kondisi anak
Anak disleksia akan kesulitan jika mengikuti proses belajar seperti anak pada umumnya. Salah satu cara yang bisa orang tua lakukan adalah homeschooling. Melalui homeschooling, anak dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri. Pembelajaran juga bisa lebih terfokus pada kemampuan mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Apabila anak berada di sekolah umum, Anda bisa mendaftarkan anak ke tempat les khusus atau les privat untuk membantunya membaca. Sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak. Jangan sampai jadwal belajarnya malah semakin padat dan membuat anak malas.
Disleksia merupakan salah satu jenis penyakit mental pada anak-anak, atau kerap juga dikenal dengan gangguan belajar. Anak disleksia akan mengalami kesulitan dalam proses memahami sesuatu dari segi visual atau juga suara.
Oleh karena itu, untuk mengetahui cara menangani anak disleksia, ketahui ciri-ciri disleksia pada anak usia sekolah yang dikutip dari laman Ruangguru berikut ini.
Baca: Juri Ardiantoro: LPTK-Perguruan Tinggi yang Mendidik Calon Guru Sudah Tidak Ada
1. Mengalami kesulitan untuk mengingat nomor yang lebih dari satu angka.
2. Anak kesulitan membaca, mengeja, atau menulis dibandingkan dengan anak seusianya.
3. Bingung dengan konsep waktu dan mengingat urutan, misalnya urutan hari atau bulan.
4. Sulit mengikuti arah, misalnya kanan ataupun kiri.
5. Kesulitan dalam mempelajari bahasa asing.
6. Anak lambat dalam menulis, tulisan acak-acakan atau penulisan huruf dan angka terbalik. Misalnya antara huruf b dan d, p dan q, atau w dan m.
Baca juga: Super Aplikasi Halo Bahasa Kemendikbudristek Hadirkan Fitur Unggulan untuk Masyarakat
7. Tidak mengalami kesulitan bicara, namun sulit untuk menemukan kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan orang lain dan salah memilih terminologi atau pengungkapan kata yang tepat.
8. Saat diberi tugas atau instruksi anak cenderung lambat untuk memprosesnya (slow processing speed).
9. Sulit membedakan huruf atau kata.
10. Sulit konsentrasi dan menjadi hiperaktif.
Hal yang penting diketahui orang tua adalah, disleksia bukanlah penyakit namun ini merupakan kondisi anak sejak lahir dan sering terjadi dalam keluarga. Lalu apa yang harus dilakukan orang tua jika anak mengidap disleksia? Simak penjelasan di bawah ini.
1. Cepat tanggap dan peka
Orang tua harus peka akan kondisi anak jika mulai terjadi gejala atau ciri-ciri gangguan belajar seperti yang telah disebutkan tadi. Jangan menganggap ciri-ciri yang anak alami adalah hal yang biasa dan mengabaikannya.
2. Membantu anak untuk terus belajar
Orang tua juga harus berperan aktif untuk membantu anak belajar membaca, bukan hanya guru di sekolah saja. Semakin sering anak membaca, maka kemampuannya pun akan semakin meningkat. Buatlah kegiatan membaca menjadi kegiatan yang menyenangkan supaya anak tidak mudah bosan.
3. Terapkan teknik belajar sesuai dengan kondisi anak
Anak disleksia akan kesulitan jika mengikuti proses belajar seperti anak pada umumnya. Salah satu cara yang bisa orang tua lakukan adalah homeschooling. Melalui homeschooling, anak dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya sendiri. Pembelajaran juga bisa lebih terfokus pada kemampuan mendengar, melihat, dan merasakan untuk meningkatkan kemampuan membaca.
Apabila anak berada di sekolah umum, Anda bisa mendaftarkan anak ke tempat les khusus atau les privat untuk membantunya membaca. Sesuaikan jadwal les dengan perkembangan belajar anak. Jangan sampai jadwal belajarnya malah semakin padat dan membuat anak malas.
(nnz)