Rachmad Gobel: Selain di Bidang Pendidikan, Santri Bisa Berkontribusi di Industri
loading...
A
A
A
Pada babak kedua, monolog menceritakan seorang pembeli yang beradu gengsi. Monolog tersebut memberi pesan agar masyarakat yang ingin membeli sesuatu harus melihat keindahan, makna, dan kualitasnya.
Monolog tersebut menampilkan berbagai jenis sarung sebagai salah satu ciri khas santri sekaligus sebagai upaya memperkenalkan sarung lokal kepada peserta yang hadir.
Sementara itu, monolog babak ketiga menceritakan “Sarung Justice Warrior” yang menampilkan adegan seorang ulama diam membisu ketika terjadi permasalahan yang melibatkan agama dan justru hadir untuk memecah belah bangsa dengan hasutan dan provokasi.
“Monolog Negeri Sarung” merupakan acara penutup dari rangkaian pameran lukisan dan sarung yang diadakan pada 22–27 Agustus. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara MAC UI, Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI) UI, dan Jejaring Duniasantri.
Pertunjukan monolog ini juga diiringi dengan painting live performance yang dibawakan oleh Kaisar Nuno yang merupakan pelukis pengelana yang tumbuh dari lingkungan pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut, Istri Presiden RI Ke-4 Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum; Wakil Ketua DPR (RI), Dr. (HC). H. Rachmad Gobel; Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen; Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud, M.M.; dan Dekan Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya UI, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum.
lainnya, Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, S.Ag., M.Si.; Direktur Direktorat Pengembangan Karier Lulusan dan Hubungan Alumni UI, Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D.; Ketua Masjid Ukhuwah Islamiyah UI, K.H. Achmad Solechan; dan Direktur Panasonic.
Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya sarung kepada masyarakat. Sebab, sarung merupakan sesuatu yang sederhana, namun memiliki banyak makna. Selain berguna untuk pakaian, sarung juga melambangkan makna kebudayaan dari corak gambar yang terukir dalam kain.
UI sebagai institusi pendidikan juga memiliki peran yang serupa, yaitu mudah diakses, dijangkau, dan berkomitmen penuh untuk mennjadi kampus yang berkelas dunia, adaptif, inklusif, serta toleran.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.
Monolog tersebut menampilkan berbagai jenis sarung sebagai salah satu ciri khas santri sekaligus sebagai upaya memperkenalkan sarung lokal kepada peserta yang hadir.
Sementara itu, monolog babak ketiga menceritakan “Sarung Justice Warrior” yang menampilkan adegan seorang ulama diam membisu ketika terjadi permasalahan yang melibatkan agama dan justru hadir untuk memecah belah bangsa dengan hasutan dan provokasi.
“Monolog Negeri Sarung” merupakan acara penutup dari rangkaian pameran lukisan dan sarung yang diadakan pada 22–27 Agustus. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara MAC UI, Masjid Ukhuwah Islamiyah (MUI) UI, dan Jejaring Duniasantri.
Pertunjukan monolog ini juga diiringi dengan painting live performance yang dibawakan oleh Kaisar Nuno yang merupakan pelukis pengelana yang tumbuh dari lingkungan pesantren.
Turut hadir dalam acara tersebut, Istri Presiden RI Ke-4 Dr. Dra. Hj. Sinta Nuriyah Wahid, M.Hum; Wakil Ketua DPR (RI), Dr. (HC). H. Rachmad Gobel; Wakil Gubernur Jawa Tengah, H. Taj Yasin Maimoen; Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud, M.M.; dan Dekan Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya UI, Dr. Bondan Kanumoyoso, M.Hum.
lainnya, Kepala MAC UI, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, S.Ag., M.Si.; Direktur Direktorat Pengembangan Karier Lulusan dan Hubungan Alumni UI, Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D.; Ketua Masjid Ukhuwah Islamiyah UI, K.H. Achmad Solechan; dan Direktur Panasonic.
Kegiatan ini penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya sarung kepada masyarakat. Sebab, sarung merupakan sesuatu yang sederhana, namun memiliki banyak makna. Selain berguna untuk pakaian, sarung juga melambangkan makna kebudayaan dari corak gambar yang terukir dalam kain.
UI sebagai institusi pendidikan juga memiliki peran yang serupa, yaitu mudah diakses, dijangkau, dan berkomitmen penuh untuk mennjadi kampus yang berkelas dunia, adaptif, inklusif, serta toleran.
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, M.A., mengatakan bahwa sarung merupakan simbol perlawanan kepada para penjajah karena keberadaannya telah ada sejak zaman penjajahan.