Dear Mahasiswa, Miliki Nilai Ini agar Berhasil di Masa Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masa depan tanpa kolaborasi tidak akan maju. Kolaborasi merupakan salah satu bentuk softskill yang harus dimiliki untuk keberhasilan seseorang. Orang sepintar apapun kalau tidak mau berkolaborasi akan selesai. Hal ini dinyatakan oleh Rektor UAI, Prof. Asep Saefuddin, usai pelantikan mahasiswa baru reguler angkatan 2022 Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) di Jakarta hari ini, (17/9/2022) di Jakarta.
Prof Asep Saefudin berpesan pada mahasiswa, bahwa di dalam berprestasi kita tidak hanya meningkatkan kemampuan hardskill tetapi juga softskill. Ia mengatakan penelitian membuktikan bahwa para orang sukses itu adalah orang yang softskill-nya kuat sekali.
“Bukan berarti hardskill tidak penting tetapi jangan lupa softskill. Karena 80 persen itu dikuasai oleh softskill, “ katanya.
Ia juga menerangkan adanya softskill yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. “Pertama kejujuran, saya tekankan kejujuran itu tidak bisa ditawar. Kedua adalah kolaborasi. Ketiga disiplin, “ ucapnya.
Ketiga besar itu ungkap dia, tentu menjadi cikal bakal keberhasilan seseorang. Orang apapun kalau tidak jujur akan selesai. Orang sepintar apapun kalau tidak mau berkolaborasi akan selesai. Orang yang berprofesi kalau tidak berdisiplin akan selesai.
Tak hanya itu, Prof AsepSaefuddin juga mengajak mahasiswa bermimpi mewarnai dunia. Ia menilai dunia ini sudah penuh sesak harus ada warna-warninya.
“Saya mengajak mahasiswa baru, marilah sama-sama mewarnai dunia. Karena dunia yang gelap tidak menyenangkan. Dunia yang tidak punya variasi tidak menyenangkan, “ ucapnya.
Ia juga mengartikan, mewarnai dunia memiliki arti mendalam. “Memberi warna dunia artinya menghormati perbedaan, kita toleran, kita berkreasi dan inovasi dengan penuh kreativitas agar dunia juga semakin ceria, “ ujarnya.
Ia juga berpesan agar kita tidak saling menyalahkan, karena tidak ada gunanya. “Semua orang pasti ada kelemahan dan ketidaksempurnaan. Dengan bersama-sama tentunya menuju kesempurnaan, “ jelasnya.
Dalam pelantikan ini hadir juga Ketua Pembina YPI Al-Azhar, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie. Dalam sambutannya, ia memberikan arahan kepada mahasiswa untuk terus belajar dan berkembang. Ia menyampaikan, “ketika Indonesia menginjak usia 100 tahun nanti, tepatnya di tahun 2045, yang akan menjadi pemimpin bangsa adalah saudara-saudara semua yang ada di sini. Kita semua mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, maka dari itu, penting bagi kita untuk menimba ilmu dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya”.
Pada kesempatan ini, hadir juga Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. selaku guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dalam kesempatan ini, ia memberikan orasi ilmiah dengan tema“Agen Perubahan Melalui Kolaborasi Dan Prestasi”. Usai orasi ilmiah, Prof. Rhenald memberi pesan mendalam pada mahasiswa, bahwa tantangan masa depan dunia semakin berat. Oleh karena itu, generasi muda sekarang jangan hanya dibiasakan mencerna sesuatu yang ringan saja, tetapi harus dibiasakan mengeksplorasi hal-hal baru.
Menurutnya saat ini, dunia tengah menghadapi jumlah penduduk yang luar biasa, yakni delapan miliar, sedangkan Indonesia sudah mencapai 270 juta. Warga dunia ini semua mengejar kemakmuran. Bahkan kemungkinan besar bangsa negara lain juga akan mengejar kemakmuran di negara kita.
“Sebagai contoh, di Singapura, sudah banyak orang bangsa dari negara lain untuk mengejar kemakmuran, “ katanya.
Prof Rhenald juga menyampaikan tantangan semakin berat untuk 20 tahun yang akan datang. Banyak gedung-gedung sepi, mal-mal sepi tentu ini akan mempengaruhi lapangan pekerjaan. Selanjutnya munculnya teknologi baru, yang bergerak terus, dan belum bisa diprediksi mengakibatkan akan terjadinya the useless class.
“ Masyarakat yang tidak bisa bekerja, karena ilmunya ketinggalan zaman, dan mereka tidak eksplorasi. Yang bisa bekerja adalah mereka yang bisa eksplorasi. Mencari hal baru dan belajar seumur hidup, karena ilmu yang kita pelajari akan cepat berubah. Berikutnya tantangan dengan adanya informasi-informasi yang miss. Hingga mereka akan kebingungan mana yang benar dan tidak benar. Jadi cukup banyak,” pesannya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar mahasiswa membuka membuka kajian hasil riset yang disampaikan ilmuwan dunia. “Karena hasil riset baru akan mendorong orang menemukan dunia baru lagi. Jadi jangan hanya mencari yang ringan tetapi harus mengeksplorasi hal-hal baru, “ katanya.
Selain mengeksplorasi pengetahuan, mahasiswa sekarang diharapkan bisa memperkuat mental. “ Karena anak muda dilahirkan dari generasi kami yang lebih sejahtera dan nyaman. Apa-apa telah tersedia. Sehingga agar berhasil, mereka harus bisa keluar dari hidup yang nyaman, “katanya.
Tak hanya itu, generasi sekarang dinilai memiliki attention control yang menurun dibandingkan generasi lampau. “Mereka harus sadar betul, itu namanya strawberry generation, apa-apa healing, insecure, overthinking. Padahal itu jargon-jargon algoritma. Sehingga agar sukses, mereka harus berani keluar dari paradigma itu, “ tutupnya.
Prof Asep Saefudin berpesan pada mahasiswa, bahwa di dalam berprestasi kita tidak hanya meningkatkan kemampuan hardskill tetapi juga softskill. Ia mengatakan penelitian membuktikan bahwa para orang sukses itu adalah orang yang softskill-nya kuat sekali.
“Bukan berarti hardskill tidak penting tetapi jangan lupa softskill. Karena 80 persen itu dikuasai oleh softskill, “ katanya.
Ia juga menerangkan adanya softskill yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa. “Pertama kejujuran, saya tekankan kejujuran itu tidak bisa ditawar. Kedua adalah kolaborasi. Ketiga disiplin, “ ucapnya.
Ketiga besar itu ungkap dia, tentu menjadi cikal bakal keberhasilan seseorang. Orang apapun kalau tidak jujur akan selesai. Orang sepintar apapun kalau tidak mau berkolaborasi akan selesai. Orang yang berprofesi kalau tidak berdisiplin akan selesai.
Tak hanya itu, Prof AsepSaefuddin juga mengajak mahasiswa bermimpi mewarnai dunia. Ia menilai dunia ini sudah penuh sesak harus ada warna-warninya.
“Saya mengajak mahasiswa baru, marilah sama-sama mewarnai dunia. Karena dunia yang gelap tidak menyenangkan. Dunia yang tidak punya variasi tidak menyenangkan, “ ucapnya.
Ia juga mengartikan, mewarnai dunia memiliki arti mendalam. “Memberi warna dunia artinya menghormati perbedaan, kita toleran, kita berkreasi dan inovasi dengan penuh kreativitas agar dunia juga semakin ceria, “ ujarnya.
Ia juga berpesan agar kita tidak saling menyalahkan, karena tidak ada gunanya. “Semua orang pasti ada kelemahan dan ketidaksempurnaan. Dengan bersama-sama tentunya menuju kesempurnaan, “ jelasnya.
Dalam pelantikan ini hadir juga Ketua Pembina YPI Al-Azhar, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie. Dalam sambutannya, ia memberikan arahan kepada mahasiswa untuk terus belajar dan berkembang. Ia menyampaikan, “ketika Indonesia menginjak usia 100 tahun nanti, tepatnya di tahun 2045, yang akan menjadi pemimpin bangsa adalah saudara-saudara semua yang ada di sini. Kita semua mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin, maka dari itu, penting bagi kita untuk menimba ilmu dan mencari pengalaman sebanyak-banyaknya”.
Pada kesempatan ini, hadir juga Prof. Rhenald Kasali, Ph.D. selaku guru besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dalam kesempatan ini, ia memberikan orasi ilmiah dengan tema“Agen Perubahan Melalui Kolaborasi Dan Prestasi”. Usai orasi ilmiah, Prof. Rhenald memberi pesan mendalam pada mahasiswa, bahwa tantangan masa depan dunia semakin berat. Oleh karena itu, generasi muda sekarang jangan hanya dibiasakan mencerna sesuatu yang ringan saja, tetapi harus dibiasakan mengeksplorasi hal-hal baru.
Menurutnya saat ini, dunia tengah menghadapi jumlah penduduk yang luar biasa, yakni delapan miliar, sedangkan Indonesia sudah mencapai 270 juta. Warga dunia ini semua mengejar kemakmuran. Bahkan kemungkinan besar bangsa negara lain juga akan mengejar kemakmuran di negara kita.
“Sebagai contoh, di Singapura, sudah banyak orang bangsa dari negara lain untuk mengejar kemakmuran, “ katanya.
Prof Rhenald juga menyampaikan tantangan semakin berat untuk 20 tahun yang akan datang. Banyak gedung-gedung sepi, mal-mal sepi tentu ini akan mempengaruhi lapangan pekerjaan. Selanjutnya munculnya teknologi baru, yang bergerak terus, dan belum bisa diprediksi mengakibatkan akan terjadinya the useless class.
“ Masyarakat yang tidak bisa bekerja, karena ilmunya ketinggalan zaman, dan mereka tidak eksplorasi. Yang bisa bekerja adalah mereka yang bisa eksplorasi. Mencari hal baru dan belajar seumur hidup, karena ilmu yang kita pelajari akan cepat berubah. Berikutnya tantangan dengan adanya informasi-informasi yang miss. Hingga mereka akan kebingungan mana yang benar dan tidak benar. Jadi cukup banyak,” pesannya.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar mahasiswa membuka membuka kajian hasil riset yang disampaikan ilmuwan dunia. “Karena hasil riset baru akan mendorong orang menemukan dunia baru lagi. Jadi jangan hanya mencari yang ringan tetapi harus mengeksplorasi hal-hal baru, “ katanya.
Selain mengeksplorasi pengetahuan, mahasiswa sekarang diharapkan bisa memperkuat mental. “ Karena anak muda dilahirkan dari generasi kami yang lebih sejahtera dan nyaman. Apa-apa telah tersedia. Sehingga agar berhasil, mereka harus bisa keluar dari hidup yang nyaman, “katanya.
Tak hanya itu, generasi sekarang dinilai memiliki attention control yang menurun dibandingkan generasi lampau. “Mereka harus sadar betul, itu namanya strawberry generation, apa-apa healing, insecure, overthinking. Padahal itu jargon-jargon algoritma. Sehingga agar sukses, mereka harus berani keluar dari paradigma itu, “ tutupnya.
(atk)