Program Pelatihan akan Tingkatkan Kemampuan Siswa Pendidikan Kesetaraan
loading...
A
A
A
PALEMBANG - Pendidikan kesetaraan kini semakin banyak dikenal oleh masyarakat yang belum memiliki kesempatan belajar di pendidikan formal. Namun selain pembelajaran teori, adanya pelatihan kerja diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan skill siswa.
Koordinator Kesetaraan Sekolah Pendidikan Non Fornal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Kota Palembang Herlinda Permana menjelaskan, pihaknya ingin meningkatkan skill dan kemampuan siswa pendidikan kesetaraan dengan sejumlah kursus yang mereka bisa ikuti di sekolah.
"Kami ingin melaksanakan beberapa program kursus. Seperti salon, program menjahit, otomotif, komputer. Sarana prasarananya sudah ada dan saya yakin siswa akan makin rajin dan giat sekolahnya," katanya ketika ditemui di SPNF SKB Kota Palembang,Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Nabila Jandini, Siswi SMP Juara Debat Internasional 2022 di Yale University Amerika Serikat
Dia menerangkan, besar harapannya supaya ke depan SPNF SKB ini bisa menjadi layaknya sekolah menengah kejuruan (SMK). Dalam artian, katanya, para siswa pendidikan kesetaraan ini mendapat pembelajaran ilmu teori di ruang kelas namun juga ditambah dengan pelatihan untuk menambah keahlian yang diperlukan usai tamat pendidikan kesetaraan.
"Jadi jika siswa ingin bisa menguasai komputer maka bisa belajar komputer, ingin jago bakery kami sudah ada (peralatannya), lalu salon, atau menjahit dan juga daycare," tutur Herlina.
Menurutnya, pelatihan yang sekolah berikan akan disesuaikan dengan keinginan siswa. Sekolah hanya akan memberi motivasi, ujarnya, supaya siswa bisa memilih dan menetapkan pelatihan seperti apa yang ingin dia tekuni di sekolah.
"Saya ingin seperti itu (ada pelatihan). Saya yakin SKB akan maju dan bisa seperti SMK sekarang tapi ini untuk pendidikan non formal. Namun keinginan untuk dilatih itu harus dari siswa, tak boleh dipaksakan," terang Herlina.
Baca juga: Kolaborasi Lintas Sektor Berpotensi Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Dia menuturkan, saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, SPNF SKB Kota Palembang semakin dikenal karena dipromosikan melalui media sosial. Dia menekankan, sekolahnya hanya menerima calon siswa yang serius ingin belajar dan bukan asal mendaftar, namun tidak pernah datang ke sekolah dan menuntut ijazah.
Herlina menuturkan, untuk siswa Paket B di sekolahnya rata-rata siswanya masih dalam usia muda dan bersekolah karena dorongan dari orang tua. Sementara siswa Paket C rata-rata ingin melanjutkan sekolah di SPNF SKB Kota Palembang karena dorongan dirinya sendiri.
Dia menuturkan, sekolahnya menerapkan hari sekolah yang fleksibel bagi siswa yang bekerja. Misalnya saja siswa tersebut susah mendapat libur dua hari untuk sekolah maka pihaknya bisa membantu membuat surat permohonan ke tempatnya bekerja untuk diperbolehkan mendapat libur 2 hari untuk melanjutkan sekolah di pendidikan kesetaraan.
"Sebab memang kita tidak bisa suruh mereka berhenti kerja. Silakan (kerja) tetapi sekolah tetap sekolah. Mereka akan dapat pembelajaran dan juga skill," imbuhnya.
Dia menambahkan, keberadaan pamong belajar merupakan ujung tombak pendidikan non formal yang sangat dibutuhkan di sekolahnya. Akan tetapi, jelasnya, sampai saat ini yang semestinya jumlah pamong di sekolahnya ada 30 baru ada 3 orang, bahkan satu orang menjelang pensiun.
Oleh karena itu, untuk membantu pembelajaran sementara ini di sekolahnya dibantu oleh guru honorer yang menjadi tutor di pendidikan kesetaraan dan PAUD. Diapun berharap, ke depannya para tutor itu bisa segera diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Tahun depan kami harap tutor kami yang mengajar hampir 15 tahun itu bisa diangkat menjadi PPPK. Bahkan tidak dengan tes kalau bisa," harapnya.
Koordinator Kesetaraan Sekolah Pendidikan Non Fornal Sanggar Kegiatan Belajar (SPNF SKB) Kota Palembang Herlinda Permana menjelaskan, pihaknya ingin meningkatkan skill dan kemampuan siswa pendidikan kesetaraan dengan sejumlah kursus yang mereka bisa ikuti di sekolah.
"Kami ingin melaksanakan beberapa program kursus. Seperti salon, program menjahit, otomotif, komputer. Sarana prasarananya sudah ada dan saya yakin siswa akan makin rajin dan giat sekolahnya," katanya ketika ditemui di SPNF SKB Kota Palembang,Selasa (6/12/2022).
Baca juga: Nabila Jandini, Siswi SMP Juara Debat Internasional 2022 di Yale University Amerika Serikat
Dia menerangkan, besar harapannya supaya ke depan SPNF SKB ini bisa menjadi layaknya sekolah menengah kejuruan (SMK). Dalam artian, katanya, para siswa pendidikan kesetaraan ini mendapat pembelajaran ilmu teori di ruang kelas namun juga ditambah dengan pelatihan untuk menambah keahlian yang diperlukan usai tamat pendidikan kesetaraan.
"Jadi jika siswa ingin bisa menguasai komputer maka bisa belajar komputer, ingin jago bakery kami sudah ada (peralatannya), lalu salon, atau menjahit dan juga daycare," tutur Herlina.
Menurutnya, pelatihan yang sekolah berikan akan disesuaikan dengan keinginan siswa. Sekolah hanya akan memberi motivasi, ujarnya, supaya siswa bisa memilih dan menetapkan pelatihan seperti apa yang ingin dia tekuni di sekolah.
"Saya ingin seperti itu (ada pelatihan). Saya yakin SKB akan maju dan bisa seperti SMK sekarang tapi ini untuk pendidikan non formal. Namun keinginan untuk dilatih itu harus dari siswa, tak boleh dipaksakan," terang Herlina.
Baca juga: Kolaborasi Lintas Sektor Berpotensi Tingkatkan Kualitas Pendidikan
Dia menuturkan, saat ini dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, SPNF SKB Kota Palembang semakin dikenal karena dipromosikan melalui media sosial. Dia menekankan, sekolahnya hanya menerima calon siswa yang serius ingin belajar dan bukan asal mendaftar, namun tidak pernah datang ke sekolah dan menuntut ijazah.
Herlina menuturkan, untuk siswa Paket B di sekolahnya rata-rata siswanya masih dalam usia muda dan bersekolah karena dorongan dari orang tua. Sementara siswa Paket C rata-rata ingin melanjutkan sekolah di SPNF SKB Kota Palembang karena dorongan dirinya sendiri.
Dia menuturkan, sekolahnya menerapkan hari sekolah yang fleksibel bagi siswa yang bekerja. Misalnya saja siswa tersebut susah mendapat libur dua hari untuk sekolah maka pihaknya bisa membantu membuat surat permohonan ke tempatnya bekerja untuk diperbolehkan mendapat libur 2 hari untuk melanjutkan sekolah di pendidikan kesetaraan.
"Sebab memang kita tidak bisa suruh mereka berhenti kerja. Silakan (kerja) tetapi sekolah tetap sekolah. Mereka akan dapat pembelajaran dan juga skill," imbuhnya.
Dia menambahkan, keberadaan pamong belajar merupakan ujung tombak pendidikan non formal yang sangat dibutuhkan di sekolahnya. Akan tetapi, jelasnya, sampai saat ini yang semestinya jumlah pamong di sekolahnya ada 30 baru ada 3 orang, bahkan satu orang menjelang pensiun.
Oleh karena itu, untuk membantu pembelajaran sementara ini di sekolahnya dibantu oleh guru honorer yang menjadi tutor di pendidikan kesetaraan dan PAUD. Diapun berharap, ke depannya para tutor itu bisa segera diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Tahun depan kami harap tutor kami yang mengajar hampir 15 tahun itu bisa diangkat menjadi PPPK. Bahkan tidak dengan tes kalau bisa," harapnya.
(nnz)