Implementasi Kurikulum Merdeka Dinilai Lebih Fleksibel untuk Dorong Kreativitas Anak
Rabu, 17 Mei 2023 - 07:17 WIB
"Anak lebih diajarkan untuk lebih kreatif. Boleh sih mencontoh. Tetapi bagaimana selain mencontoh kita memodifikasi dan itu diajarkan anak kreatif," ungkap Riyanti.
Riyanti mengungkapkan, sejatinya praktik pembelajaran seperti Kurikulum Merdeka ini sudah diterapkan sejak dulu di sekolahnya. Hanya saja tidak ada payung hukumnya resmi seperti Kurikulum Merdeka.
Dia pun menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka ini karena ternyata apa yang sudah sekolahnya lakukan selama ini sudah sesuai dengan keinginan pemerintah.
Baca juga: SINDOnews Goes to Pesantren Gelar Pelatihan Jurnalistik di PP Darus-Sunnah Ciputat
"Kita praktiknya sudah tahu. Tetapi secara konsep, ini benar ga ya yang kami lakukan. Jadi kita menemukan payungnya (Kurikulum Merdeka), rumah untuk apa yang sudah kita lakukan selama ini," ucapnya.
Dia mengungkapkan, dengan pembelajaran yang memerdekakan murid itu membuat anak didik di sekolahnya lebih senang belajar. Hal ini terjadi karena murid tidak bosan karena akan menemui pembelajaran yang sama setiap harinya.
Riyanti yang saat ini sedang kuliah S2 Pendidikan PAUD di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menuturkan, agar pendidikan anak usia dini bisa menghasilkan generasi emas maka sekolah harus memghilangkan paradigma bahwa ada masalah dalam diri anak usia dini.
Misalnya saja paradigma anak nakal, katanya, jangan sampai stigma anak nakal ini melekat dan membuat para guru menimpakan stigma buruk kepada anak tersebut.
Dengan tidak adanya paradigma tertentu kepada anak inilah, katanya, maka guru pun akan mudah mendekati anak dan mengajari sang anak sesuai dengan kemampuannya.
"Jadi saat masuk ke sini tidak ada paradigma bahwa anak ini nakal. Yang tadinya pemalu atau takut ke orang bisa mulai percaya diri. Dan itu pondasinya untuk anak melangkah ke depan itu memang ada di TK," terangnya.
Riyanti mengungkapkan, sejatinya praktik pembelajaran seperti Kurikulum Merdeka ini sudah diterapkan sejak dulu di sekolahnya. Hanya saja tidak ada payung hukumnya resmi seperti Kurikulum Merdeka.
Dia pun menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka ini karena ternyata apa yang sudah sekolahnya lakukan selama ini sudah sesuai dengan keinginan pemerintah.
Baca juga: SINDOnews Goes to Pesantren Gelar Pelatihan Jurnalistik di PP Darus-Sunnah Ciputat
"Kita praktiknya sudah tahu. Tetapi secara konsep, ini benar ga ya yang kami lakukan. Jadi kita menemukan payungnya (Kurikulum Merdeka), rumah untuk apa yang sudah kita lakukan selama ini," ucapnya.
Dia mengungkapkan, dengan pembelajaran yang memerdekakan murid itu membuat anak didik di sekolahnya lebih senang belajar. Hal ini terjadi karena murid tidak bosan karena akan menemui pembelajaran yang sama setiap harinya.
Riyanti yang saat ini sedang kuliah S2 Pendidikan PAUD di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menuturkan, agar pendidikan anak usia dini bisa menghasilkan generasi emas maka sekolah harus memghilangkan paradigma bahwa ada masalah dalam diri anak usia dini.
Misalnya saja paradigma anak nakal, katanya, jangan sampai stigma anak nakal ini melekat dan membuat para guru menimpakan stigma buruk kepada anak tersebut.
Dengan tidak adanya paradigma tertentu kepada anak inilah, katanya, maka guru pun akan mudah mendekati anak dan mengajari sang anak sesuai dengan kemampuannya.
"Jadi saat masuk ke sini tidak ada paradigma bahwa anak ini nakal. Yang tadinya pemalu atau takut ke orang bisa mulai percaya diri. Dan itu pondasinya untuk anak melangkah ke depan itu memang ada di TK," terangnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda