Megawati: Universitas Pattimura Maluku Bisa Jadi Pusat Oseanografi Terbesar di Asia Tenggara
Rabu, 21 Juni 2023 - 18:34 WIB
"Pada waktu itu saya ingat karena belum ada suatu aturan maka kapal asing pun bisa masuk ke selat-selat kita. Oleh sebab itu ketika itu digodok pada waktu jaman Bung Karno yang akhirnya disebut deklarasi Djuanda. Itu lah yang menutup ruang lingkup seluruh tanah air kita ini. Jangan salah, tanah air kita ini itu menjadi sebuah negara," tuturnya.
"Negara yang tertutup, tidak bisa kapal kapal yang datang bebas melalui selat-selat dan lain sebagainya. Dan demikian juga hal-hal yang harusnya menjadi wilayah kita seperti pulau-pulau terluar dan sebagainya," sambungnya.
Karena adanya deklarasi Djuanda, mau tak mau setiap negara wajib memiliki penguasaan akan hidrografi dan hidro-oseanografi.
Megawati kemudian meminta untuk ke depannya selalu ada pembaharuan, terlebih dalam dunia maritim Indonesia.
"Jadi apa dengan adanya deklarasi Djuanda ini konsekuensinya menempatkan hindrologi dan oseanografi tadi saya berbicara pada bapak bapak berdua bahwa selalu harus ada updating (pembaharuan)," tuturnya.
Megawati menceritakan, di era pemerintahan Proklamator dan Presiden Pertama RI, Ir.Soekarno, cara pandang Indonesia sebagai negara maritim itu sudah mengedepan. Ia lantas menceritakan bagaimana pertama kali Universitas Pattimura didirikan.
Kala itu, perguruan tinggi tersebut didirikan oleh Bung Karno dengan tujuan agar menjadi pusat oseanografi terbesar di Asia Tenggara. Namun, saat ini Megawati tak yakin jika universitas tersebut masih memiliki tujuan yang sama atau tidak.
"Tapi apakah sudah tidak disesuaikan seperti apa yang seharusnya? Padahal menurut saya ide itu sangat baik oleh Bung Karno. Yaitu Universitas Pattimura itu sebenarnya seharusnya dijadikan pusat oseanografi terbesar di Asia Tenggara. Sekarang pasti tidak seperti itu lagi," katanya.
Untuk diketahui, Megawati dalam acara ini juga menjadi pembicara di seminar dengan tema “Hydrography; Underpinning The Digital Twin of The Ocean”.
Selain Mega, pembicara lainnya adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Kepala BMKG Prof.Dr.Dwikorita Karnawati, Director of Research and Technology Centre, University of Kiel, Germany Prof. Dr. Roberto Mayerle, Kepala Badan Hidrografi Malaysia Rear Admiral Dato' Hanafiah Bin Hassan, dan Asrena Kasal Laksda TNI D.r Iwan Isnurwanto.
"Negara yang tertutup, tidak bisa kapal kapal yang datang bebas melalui selat-selat dan lain sebagainya. Dan demikian juga hal-hal yang harusnya menjadi wilayah kita seperti pulau-pulau terluar dan sebagainya," sambungnya.
Karena adanya deklarasi Djuanda, mau tak mau setiap negara wajib memiliki penguasaan akan hidrografi dan hidro-oseanografi.
Megawati kemudian meminta untuk ke depannya selalu ada pembaharuan, terlebih dalam dunia maritim Indonesia.
"Jadi apa dengan adanya deklarasi Djuanda ini konsekuensinya menempatkan hindrologi dan oseanografi tadi saya berbicara pada bapak bapak berdua bahwa selalu harus ada updating (pembaharuan)," tuturnya.
Megawati menceritakan, di era pemerintahan Proklamator dan Presiden Pertama RI, Ir.Soekarno, cara pandang Indonesia sebagai negara maritim itu sudah mengedepan. Ia lantas menceritakan bagaimana pertama kali Universitas Pattimura didirikan.
Kala itu, perguruan tinggi tersebut didirikan oleh Bung Karno dengan tujuan agar menjadi pusat oseanografi terbesar di Asia Tenggara. Namun, saat ini Megawati tak yakin jika universitas tersebut masih memiliki tujuan yang sama atau tidak.
"Tapi apakah sudah tidak disesuaikan seperti apa yang seharusnya? Padahal menurut saya ide itu sangat baik oleh Bung Karno. Yaitu Universitas Pattimura itu sebenarnya seharusnya dijadikan pusat oseanografi terbesar di Asia Tenggara. Sekarang pasti tidak seperti itu lagi," katanya.
Untuk diketahui, Megawati dalam acara ini juga menjadi pembicara di seminar dengan tema “Hydrography; Underpinning The Digital Twin of The Ocean”.
Selain Mega, pembicara lainnya adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Kepala BMKG Prof.Dr.Dwikorita Karnawati, Director of Research and Technology Centre, University of Kiel, Germany Prof. Dr. Roberto Mayerle, Kepala Badan Hidrografi Malaysia Rear Admiral Dato' Hanafiah Bin Hassan, dan Asrena Kasal Laksda TNI D.r Iwan Isnurwanto.
tulis komentar anda