Kisah Mahasiswa Termuda Unair Diterima di Imperial College London, Universitas Terbaik Dunia
Kamis, 13 Juli 2023 - 05:10 WIB
"Dalam ilmu kardiologi ini everything can be explained. Jadi, aku suka dengan cara berpikirnya yang analitik. Selain itu, ilmu ini sangatlah relevan bagi kehidupan manusia. Orang yang jantungnya sehat Insya Allah seluruh tubuhnya juga sehat,” ujarnya.
Keinginan untuk berkontribusi pada bangsa dan negara semakin memantapkan keputusannya untuk menempuh studi lanjut. Zamzam bercerita, keinginan itu muncul berawal dari pengalamannya ketika terjun langsung di masyarakat saat ia menemui sejumlah hambatan khususnya dalam penanganan penyakit kardiovaskular.
“Saat aku jaga di puskesmas, aku bertemu dengan pasien kegawatdaruratan jantung. Karena keterbatasan, pasien nggak diberikan treatment sesuai standar, kondisi memburuk, sehingga dirujuk dalam kondisi tidak stabil," terangnya.
Baca juga: Kisah Arifin, Anak Korban Tsunami Aceh yang Tembus Prodi HI UGM dan Ingin Jadi Diplomat
"Di situ aku menyadari bahwa ada gap antara tatalaksana sesuai panduan dengan realita, mulai dari segi obat-obatan, peralatan, SDM, dan sistem rujukan,” jelas awardee beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) itu.
Bermula dari masalah tersebut, Zamzam menyadari perlu adanya terobosan baru dalam sistem penanganan penyakit jantung di Indonesia. Karena itu, ia menjadikan Eropa sebagai tempatnya belajar sebab di sana merupakan tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan penyakit jantung.
“Dari situlah aku bercita-cita supaya kita (Indonesia, red) punya panduan dalam menangani penyakit jantung, terutama di fasilitas kesehatan primer yang serba terbatas seperti puskesmas. Aku memilih Eropa karena di sanalah tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan jantung. Sehingga nanti aku bisa mendapat banyak ilmu untuk diaplikasikan di sini,” imbuhnya.
Zamzam menyampaikan bahwa ia ingin memberikan kontribusi pada Indonesia. Usai menuntaskan studinya nanti, besar harapannya untuk dapat kembali ke Indonesia dan menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholders dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah pada dunia kardiovaskular di Indonesia.
Ingin Membuat Terobosan untuk Atasi Penyakit Jantung
Keinginan untuk berkontribusi pada bangsa dan negara semakin memantapkan keputusannya untuk menempuh studi lanjut. Zamzam bercerita, keinginan itu muncul berawal dari pengalamannya ketika terjun langsung di masyarakat saat ia menemui sejumlah hambatan khususnya dalam penanganan penyakit kardiovaskular.
“Saat aku jaga di puskesmas, aku bertemu dengan pasien kegawatdaruratan jantung. Karena keterbatasan, pasien nggak diberikan treatment sesuai standar, kondisi memburuk, sehingga dirujuk dalam kondisi tidak stabil," terangnya.
Baca juga: Kisah Arifin, Anak Korban Tsunami Aceh yang Tembus Prodi HI UGM dan Ingin Jadi Diplomat
"Di situ aku menyadari bahwa ada gap antara tatalaksana sesuai panduan dengan realita, mulai dari segi obat-obatan, peralatan, SDM, dan sistem rujukan,” jelas awardee beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) itu.
Bermula dari masalah tersebut, Zamzam menyadari perlu adanya terobosan baru dalam sistem penanganan penyakit jantung di Indonesia. Karena itu, ia menjadikan Eropa sebagai tempatnya belajar sebab di sana merupakan tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan penyakit jantung.
“Dari situlah aku bercita-cita supaya kita (Indonesia, red) punya panduan dalam menangani penyakit jantung, terutama di fasilitas kesehatan primer yang serba terbatas seperti puskesmas. Aku memilih Eropa karena di sanalah tempatnya para ahli pembuat panduan penanganan jantung. Sehingga nanti aku bisa mendapat banyak ilmu untuk diaplikasikan di sini,” imbuhnya.
Zamzam menyampaikan bahwa ia ingin memberikan kontribusi pada Indonesia. Usai menuntaskan studinya nanti, besar harapannya untuk dapat kembali ke Indonesia dan menjalin kolaborasi dengan berbagai stakeholders dengan tujuan untuk mengatasi masalah-masalah pada dunia kardiovaskular di Indonesia.
tulis komentar anda