Kompetisi IN2FOOD Bangun Kesadaran Mahasiswa Indonesia dan Asing pada Isu Food Waste
Selasa, 22 Agustus 2023 - 11:22 WIB
"Prototipe ini lalu dilombakan, dipamerkan, mendapat penilaian kemudian dipilih mana prototipe yang paling implementatif, yang paling dapat diterapkan di lapangan," ujarya.
Dari kerja sama tim ini, ungkap Stevanus, kompetisi internasional ini dapat mengumpulkan ide-ide out of the box dari mahasiswa sambil membangun budaya kerja antar negara. Ini pun dapat membangun kesadaran bersama terkait dengan isu sampah makanan.
Selain itu, kata Stevanus, isu sampah makanan ini bisa bergaung ke dunia internasional karena ide-ide para mahasiswa ini akan diposting di media sosial mahasiswa yang berasal dari berbagai negara.
Baca juga: Perjuangan Adib, Daftar MOSMA Sambil Merawat Ibu, Marbot Masjid Ini Diterima Kuliah di AS
"Persoalan sampah makanan ini masalah bersama. Bukan persoalan satu negara saja, bukan satu kelompok saja tetapi persoalan global yang dihadapi umat manusia selama ini," ucapnya.
Stevanus menerangkan, tujuan jangka panjang kompetisi ini tak hanya mendapatkan pemenang namun juga membangun kesadaran bersama bahwa persoalan sampah ini merupakan salah satu isu pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus diperhatikan dunia.
"Program ini juga untuk meningkatkan kapasitas dunia pendidikan tinggi untuk merespons isu-isu global. Terutama untuk membangun generasi muda yang paham dan sadar tentang keberlanjutan lingkungan," pungkasnya.
Tiga mahasiswa STEM Prasmul yang mendapatkan juara di kompetisi ini adalah Alexander Bryan dari prodi Food Business Technology (FBT 2020) meraih juara 1, Malven Morgens (ESE 2022) yang mendapat juara 2, dan Valen Miecila (ESE 2020) menyabet juara 3.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III ProfDr Toni Toharudin mengatakan, kompetisi IN2FOOD ini termasuk implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) dan juga mewujudkan Indeks Kinerja Utama (IKU) Kolaborasi Internasional.
"Kompetisi ini searah dengan kebijakan Mas Menteri (Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim) untuk kompetisi internasional ini diharuskan diperbanyak," ungkapnya.
Dari kerja sama tim ini, ungkap Stevanus, kompetisi internasional ini dapat mengumpulkan ide-ide out of the box dari mahasiswa sambil membangun budaya kerja antar negara. Ini pun dapat membangun kesadaran bersama terkait dengan isu sampah makanan.
Selain itu, kata Stevanus, isu sampah makanan ini bisa bergaung ke dunia internasional karena ide-ide para mahasiswa ini akan diposting di media sosial mahasiswa yang berasal dari berbagai negara.
Baca juga: Perjuangan Adib, Daftar MOSMA Sambil Merawat Ibu, Marbot Masjid Ini Diterima Kuliah di AS
"Persoalan sampah makanan ini masalah bersama. Bukan persoalan satu negara saja, bukan satu kelompok saja tetapi persoalan global yang dihadapi umat manusia selama ini," ucapnya.
Stevanus menerangkan, tujuan jangka panjang kompetisi ini tak hanya mendapatkan pemenang namun juga membangun kesadaran bersama bahwa persoalan sampah ini merupakan salah satu isu pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang harus diperhatikan dunia.
"Program ini juga untuk meningkatkan kapasitas dunia pendidikan tinggi untuk merespons isu-isu global. Terutama untuk membangun generasi muda yang paham dan sadar tentang keberlanjutan lingkungan," pungkasnya.
Tiga mahasiswa STEM Prasmul yang mendapatkan juara di kompetisi ini adalah Alexander Bryan dari prodi Food Business Technology (FBT 2020) meraih juara 1, Malven Morgens (ESE 2022) yang mendapat juara 2, dan Valen Miecila (ESE 2020) menyabet juara 3.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah III ProfDr Toni Toharudin mengatakan, kompetisi IN2FOOD ini termasuk implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MKBM) dan juga mewujudkan Indeks Kinerja Utama (IKU) Kolaborasi Internasional.
"Kompetisi ini searah dengan kebijakan Mas Menteri (Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim) untuk kompetisi internasional ini diharuskan diperbanyak," ungkapnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda