Kisah Rahmat, Gagal Kuliah Kedokteran di China karena Pandemi Kini Raih Beasiswa ke Amerika
Minggu, 10 September 2023 - 12:12 WIB
Sayangnya, dia tidak tembus pilihan pertamanya di jurusan Kedokteran Unhas melainkan diterima di jurusan Mechanical Engineering. Meski kecewa dan sedih namun dia tetap lanjut kuliah di jurusan ini.
Berjalan dua semester di Unhas, Rahmat sadar bahwa jurusan sekarang bukan yang diimpikan. Dia lalu kembali mendaftar kedokteran di berbagai jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri. Hasilnya sama, dia selalu ditolak.
Jenuh mendera, ide iseng muncul tak terduga. Rahmat daftar kedokteran di luar negeri, yaitu China. Peluangnya mungkin kecil, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.
Mujur, Rahmat dinyatakan lulus pada salah satu universitas di China untuk program MBBS dengan beasiswa tuition fee dari pemerintah di sana. MBBS adalah singkatan dari Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery. Program ini memberikan kualifikasi kedokteran umum dan bedah sekaligus pada akhir program.
Baca juga: Terinspirasi Buku Andrea Hirata, Mahasiswi PNP Ini Wujudkan Mimpi Kuliah ke Luar Negeri
Rahmat tentu senang. Namun, terbayang biaya transportasi dan ongkos hidup selama kuliah di China yang pasti mahal. Rahmat lalu mencari jalan agar tetap bisa mengambil kesempatan yang telah diberikan. Sayang, setelah jalan itu didapat, Covid-19 merajalela sehingga dia tetap tidak bisa berangkat. Apalagi, China saat itu menjadi pusat penyebaran Covid 19.
Jalan meraih mimpi menjadi seorang dokter kembali terjal. Rahmat sempat berpikir untuk menyerah dan kembali ke desa. Tapi, orang tua dan saudara terus mendorong agar dia tetap kuliah.
Tahun 2021, Rahmat daftar kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang relatif masih baru. Kampus itu adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene yang baru beroperasi 4 tahun. Dengan jarak hanya 45 km, Rahmat memilih tinggal di rumah agar bisa menemani ayah dan ibu yang semakin menua.
Rahmat belajar di prodi Tadris Bahasa Inggris. Gagal menjadi dokter, dia ingin menjadi pendidik dan dapat mengembangkan bidang pendidikan di daerahnya. Proses kuliah dijalani dengan serius, dengan target IPK harus 3,9 ke atas. Beragam organisasi dan ajang kompetisi juga diikuti. Dia yakin, di mana pun belajar, kesempatan menjadi pribadi berkualitas tetap terbuka.
Keluar dari Unhas, Berkali-kali Gagal Daftar Kedokteran di PTN Lain
Berjalan dua semester di Unhas, Rahmat sadar bahwa jurusan sekarang bukan yang diimpikan. Dia lalu kembali mendaftar kedokteran di berbagai jalur masuk Perguruan Tinggi Negeri. Hasilnya sama, dia selalu ditolak.
Jenuh mendera, ide iseng muncul tak terduga. Rahmat daftar kedokteran di luar negeri, yaitu China. Peluangnya mungkin kecil, tapi tidak ada salahnya untuk dicoba.
Mujur, Rahmat dinyatakan lulus pada salah satu universitas di China untuk program MBBS dengan beasiswa tuition fee dari pemerintah di sana. MBBS adalah singkatan dari Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery. Program ini memberikan kualifikasi kedokteran umum dan bedah sekaligus pada akhir program.
Baca juga: Terinspirasi Buku Andrea Hirata, Mahasiswi PNP Ini Wujudkan Mimpi Kuliah ke Luar Negeri
Rahmat tentu senang. Namun, terbayang biaya transportasi dan ongkos hidup selama kuliah di China yang pasti mahal. Rahmat lalu mencari jalan agar tetap bisa mengambil kesempatan yang telah diberikan. Sayang, setelah jalan itu didapat, Covid-19 merajalela sehingga dia tetap tidak bisa berangkat. Apalagi, China saat itu menjadi pusat penyebaran Covid 19.
Jalan meraih mimpi menjadi seorang dokter kembali terjal. Rahmat sempat berpikir untuk menyerah dan kembali ke desa. Tapi, orang tua dan saudara terus mendorong agar dia tetap kuliah.
Kembali Kuliah di STAIN Majene
Tahun 2021, Rahmat daftar kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang relatif masih baru. Kampus itu adalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene yang baru beroperasi 4 tahun. Dengan jarak hanya 45 km, Rahmat memilih tinggal di rumah agar bisa menemani ayah dan ibu yang semakin menua.
Rahmat belajar di prodi Tadris Bahasa Inggris. Gagal menjadi dokter, dia ingin menjadi pendidik dan dapat mengembangkan bidang pendidikan di daerahnya. Proses kuliah dijalani dengan serius, dengan target IPK harus 3,9 ke atas. Beragam organisasi dan ajang kompetisi juga diikuti. Dia yakin, di mana pun belajar, kesempatan menjadi pribadi berkualitas tetap terbuka.
tulis komentar anda