UAI Fasilitasi Mahasiswa Belajar ke China Lewat PMM dan Double Degree
Jum'at, 26 Januari 2024 - 15:32 WIB
“Lihat kampus-kampus di sana sangat besar, fasilitas pendidikan luar biasa, memiliki soft skill yang bagus. Kami berharap ke depan bisa tingkatkan kerjasama dengan kampus di Tiongkok. Di sana ada kampus khusus perminyakan, transportasi, bukan dalam jurusan atau program studi,” ucapnya.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Sedikitnya saat ini ada 16 mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia yang mengikuti program double degree di
China. Dan mereka belajar budaya hingga bahasa di sana.
“Memang untuk penyiapan SDM, kita masih kurang ya, Contohnya di China itu ada cukup banyak kampus Foreign Studies University, gak hanya pelajari bahasa asing, tapi juga budaya. Itu kampus ya bukan prodi. Sampai bahasa-bahasa kecil, yang kita belum pernah dengar, mereka pelajari. Itu yang memang harus kita tingkatkan,” tutur Feri.
Sementara di lokasi yang sama, Head of Asian Pasific Committee Adi Harsono mengatakan, Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) kualitas S1 atau sarjana khusus transportasi. Hal itu karena belum ada perguruan tinggi khusus transportasi di Tanah Air. Sejauh ini, baru ada kampus teknik secara umum.
Menurutnya, Indonesia memerlukan ahli atau para lulusan S1 khusus di bidang transportasi sehingga bisa meningkatkan pembangunan transportasi lebih cepat, seperti proyek KCIC Whoosh yang diresmikan baru-baru ini.
“Permasalahan kita, kita siap gak? Kita mengerti gak? Kita perlu adanya S1 di bidang itu (transportasi). Kita perlu ciptakan engineer di bidang teknologi, transportasi jalan raya, jembatan. Institusi pendidikan di Indonesia belum serius buka fakultas,” katanya.
Dia mencontohkan, China memiliki sejumlah kampus khusus transportasi. Misalnya saja Beijing Jiaotong University yang memang kampus khusus transportasi.
“Lulusannya bisa bikin jembatan, pasang rel, menggali terowongan. Di Indonesia kampus khusus itu belum ada. Butuh yang mengerti teknik pengeboran, jembatan, rel. Itu harus S1. Vokasi gak cukup,” ucapnya.
Baca juga: Mengetahui Minat dan Kepribadian Penting agar Calon Mahasiswa Tidak Salah Jurusan
Sedikitnya saat ini ada 16 mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia yang mengikuti program double degree di
China. Dan mereka belajar budaya hingga bahasa di sana.
“Memang untuk penyiapan SDM, kita masih kurang ya, Contohnya di China itu ada cukup banyak kampus Foreign Studies University, gak hanya pelajari bahasa asing, tapi juga budaya. Itu kampus ya bukan prodi. Sampai bahasa-bahasa kecil, yang kita belum pernah dengar, mereka pelajari. Itu yang memang harus kita tingkatkan,” tutur Feri.
Sementara di lokasi yang sama, Head of Asian Pasific Committee Adi Harsono mengatakan, Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) kualitas S1 atau sarjana khusus transportasi. Hal itu karena belum ada perguruan tinggi khusus transportasi di Tanah Air. Sejauh ini, baru ada kampus teknik secara umum.
Menurutnya, Indonesia memerlukan ahli atau para lulusan S1 khusus di bidang transportasi sehingga bisa meningkatkan pembangunan transportasi lebih cepat, seperti proyek KCIC Whoosh yang diresmikan baru-baru ini.
“Permasalahan kita, kita siap gak? Kita mengerti gak? Kita perlu adanya S1 di bidang itu (transportasi). Kita perlu ciptakan engineer di bidang teknologi, transportasi jalan raya, jembatan. Institusi pendidikan di Indonesia belum serius buka fakultas,” katanya.
Dia mencontohkan, China memiliki sejumlah kampus khusus transportasi. Misalnya saja Beijing Jiaotong University yang memang kampus khusus transportasi.
“Lulusannya bisa bikin jembatan, pasang rel, menggali terowongan. Di Indonesia kampus khusus itu belum ada. Butuh yang mengerti teknik pengeboran, jembatan, rel. Itu harus S1. Vokasi gak cukup,” ucapnya.
tulis komentar anda