Unkris Sebut Kongres Kebangsaan Langkah Strategis Penguatan Bangsa
Rabu, 03 November 2021 - 00:10 WIB
Rektor berharap bahwa hasil rekomendasi dari Kongres Kebangsaan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, untuk mengantar Indonesia Emas pada 2045.
Baca juga: ILUNI UI Luncurkan Gerakan Kohesi Kebangsaan untuk Tangkal Polarisasi
Dalam Kongres Kebangsaan, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan untuk menggugah kesadaran kolektif tentang persoalan-persoalan mendasar dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Selain itu, juga untuk menggalang tanggung jawab intelektual untuk turut memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha transformasi sosial.
"Pada akhirnya akan menawarkan peta jalan pembangunan sebagai masukan rekomendasi kebijakan bagi penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional, serta menjadi ruang konsensus bersama berbagai entitas dalam pergumulan Indonesia yang bhinneka, dalam upaya membangun peradaban Pancasila," katanya.
Sementara itu, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengemukakan, Kongres Kebangsaan digagas oleh kaum cendekiawan dari berbagai lintas profesi dan institusi, bekerja sama dengan masyarakat politik dan golongan pengusaha yang merasa terpanggil menjadikan krisis pandemi sebagai titik balik semangat gotong-royong untuk kebangkitan bangsa.
"93 tahun yang lalu, sekumpulan pemuda-pelajar dari berbagai latar etnis, agama dan kepulauan berikrar di Jakarta, untuk mempertautkan keragaman menjadi kesatuan kekuatan dengan mengaku: "bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sumpah ini pun harus kita lihat sebagai monumen dari rangkaian respons kaum inteligensia sadar politik terhadap krisis sosial-ekonomi-politik di Hindia Belanda pada masa itu," kata Pontjo.
Ia menyebut bahwa pandemi Covid-19 membantu bangsa Indonesia mengenali kekuatan dan kelemahan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Bahkan krisis pandemi bisa menjadi titik balik dalam mengupayakan pembangunan kualitas hidup dan peradaban sebagai pengamalan Pancasila.
"Bahwa keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi "ideologi kerja" (working ideology) dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spiritual-karakter) dalam kerangka "tata nilai", ranah kelembagaan sosial-politik dalam kerangka "tata kelola" (governancy), ranah material-teknologikal dalam kerangka "tata sejahtera"," katanya.
Ikrar Kebangkitan Kebangsaan
Baca juga: ILUNI UI Luncurkan Gerakan Kohesi Kebangsaan untuk Tangkal Polarisasi
Dalam Kongres Kebangsaan, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menjelaskan bahwa kegiatan ini diselenggarakan untuk menggugah kesadaran kolektif tentang persoalan-persoalan mendasar dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. Selain itu, juga untuk menggalang tanggung jawab intelektual untuk turut memberikan kontribusi pemikiran dalam usaha transformasi sosial.
"Pada akhirnya akan menawarkan peta jalan pembangunan sebagai masukan rekomendasi kebijakan bagi penyusunan sistem perencanaan pembangunan nasional, serta menjadi ruang konsensus bersama berbagai entitas dalam pergumulan Indonesia yang bhinneka, dalam upaya membangun peradaban Pancasila," katanya.
Sementara itu, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengemukakan, Kongres Kebangsaan digagas oleh kaum cendekiawan dari berbagai lintas profesi dan institusi, bekerja sama dengan masyarakat politik dan golongan pengusaha yang merasa terpanggil menjadikan krisis pandemi sebagai titik balik semangat gotong-royong untuk kebangkitan bangsa.
"93 tahun yang lalu, sekumpulan pemuda-pelajar dari berbagai latar etnis, agama dan kepulauan berikrar di Jakarta, untuk mempertautkan keragaman menjadi kesatuan kekuatan dengan mengaku: "bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sumpah ini pun harus kita lihat sebagai monumen dari rangkaian respons kaum inteligensia sadar politik terhadap krisis sosial-ekonomi-politik di Hindia Belanda pada masa itu," kata Pontjo.
Ia menyebut bahwa pandemi Covid-19 membantu bangsa Indonesia mengenali kekuatan dan kelemahan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Bahkan krisis pandemi bisa menjadi titik balik dalam mengupayakan pembangunan kualitas hidup dan peradaban sebagai pengamalan Pancasila.
"Bahwa keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi "ideologi kerja" (working ideology) dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spiritual-karakter) dalam kerangka "tata nilai", ranah kelembagaan sosial-politik dalam kerangka "tata kelola" (governancy), ranah material-teknologikal dalam kerangka "tata sejahtera"," katanya.
Ikrar Kebangkitan Kebangsaan
tulis komentar anda