3 Kisah Inspiratif Guru yang Hadirkan Teknologi Digital ke Ruang Kelas
Kamis, 25 November 2021 - 09:39 WIB
2. Transformasi administrasi SMK di Ambon, Maluku dari konvensional menjadi digital
Berbeda dengan Nurlyanto, Yandri Soeyono, Plt Kepala Sekolah SMK Jayanegara Ambon, melihat adanya peluang baru dengan adanya pandemi ini, terutama untuk merubah proses administratif sekolahnya.
Pasalnya, sebelum dia bergabung, aktivitas absensi guru, penghitungan honor guru, absensi siswa, hingga aktivitas administratif lainnya dilakukan secara manual tanpa mengandalkan teknologi terkini. Oleh sebab itu, dia pun mulai mengajak rekan-rekannya untuk menerapkan transformasi teknologi digital di ekosistem sekolah tersebut.
“Kami mulai ajarkan bagaimana menggunakan Microsoft Forms dan Microsoft Power Automate untuk absensi guru dan siswa. Dengan demikian, honor guru juga bisa secara otomatis terhitung tanpa melalui proses yang panjang,” katanya.
Mereka juga menggunakan Microsoft Teams untuk menyimpan dan bekerja secara kolaboratif dalam dokumen-dokumen sekolah agar terintegrasi dalam satu tempat. Proses administratif pun jadi lebih cepat dan transparan.
Seiring dengan dimulainya normal baru, Yandri berharap dapat mengimplementasikan kelas yang fleksibel di masa depan. Dengan begitu, siswa dapat memilih sendiri di mana mereka ingin belajar; di sekolah atau di rumah.
Dengan demikian, teknologi dapat terus memainkan sentral dalam aktivitas belajar mengajar.
3. Harapan seorang guru dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat untuk memberikan edukasi digital kepada semua
Fita Sukiyani, Guru SDN Jorok, Sumbawa, juga melihat adanya peluang di balik pandemi. Dia bersyukur pernah mengikuti Training of Trainers yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia beberapa tahun lalu, salah satunya mengenai fitur-fitur Office365, seperti Microsoft Sway dan Microsoft Teams, yang semakin terasa manfaatnya di tengah pembelajaran jarak jauh.
“Bersama Microsoft, saya diajak memberi penyuluhan dan pelatihan berbasis digital untuk guru di pelosok-pelosok, bahkan hingga sekolah Indonesia di luar negeri. Seringkali saya juga mengadakan program pelatihan sendiri. Inisiatif ini saya lakukan agar dapat memajukan pendidikan di daerah tempat tinggal saya sekarang ini dan juga Indonesia,” katanya.
Berbeda dengan Nurlyanto, Yandri Soeyono, Plt Kepala Sekolah SMK Jayanegara Ambon, melihat adanya peluang baru dengan adanya pandemi ini, terutama untuk merubah proses administratif sekolahnya.
Pasalnya, sebelum dia bergabung, aktivitas absensi guru, penghitungan honor guru, absensi siswa, hingga aktivitas administratif lainnya dilakukan secara manual tanpa mengandalkan teknologi terkini. Oleh sebab itu, dia pun mulai mengajak rekan-rekannya untuk menerapkan transformasi teknologi digital di ekosistem sekolah tersebut.
“Kami mulai ajarkan bagaimana menggunakan Microsoft Forms dan Microsoft Power Automate untuk absensi guru dan siswa. Dengan demikian, honor guru juga bisa secara otomatis terhitung tanpa melalui proses yang panjang,” katanya.
Mereka juga menggunakan Microsoft Teams untuk menyimpan dan bekerja secara kolaboratif dalam dokumen-dokumen sekolah agar terintegrasi dalam satu tempat. Proses administratif pun jadi lebih cepat dan transparan.
Seiring dengan dimulainya normal baru, Yandri berharap dapat mengimplementasikan kelas yang fleksibel di masa depan. Dengan begitu, siswa dapat memilih sendiri di mana mereka ingin belajar; di sekolah atau di rumah.
Dengan demikian, teknologi dapat terus memainkan sentral dalam aktivitas belajar mengajar.
3. Harapan seorang guru dari Sumbawa, Nusa Tenggara Barat untuk memberikan edukasi digital kepada semua
Fita Sukiyani, Guru SDN Jorok, Sumbawa, juga melihat adanya peluang di balik pandemi. Dia bersyukur pernah mengikuti Training of Trainers yang diselenggarakan oleh Microsoft Indonesia beberapa tahun lalu, salah satunya mengenai fitur-fitur Office365, seperti Microsoft Sway dan Microsoft Teams, yang semakin terasa manfaatnya di tengah pembelajaran jarak jauh.
“Bersama Microsoft, saya diajak memberi penyuluhan dan pelatihan berbasis digital untuk guru di pelosok-pelosok, bahkan hingga sekolah Indonesia di luar negeri. Seringkali saya juga mengadakan program pelatihan sendiri. Inisiatif ini saya lakukan agar dapat memajukan pendidikan di daerah tempat tinggal saya sekarang ini dan juga Indonesia,” katanya.
tulis komentar anda