Pakar IPB University Analisis Penyebab Naiknya Harga Telur

Kamis, 06 Januari 2022 - 22:26 WIB
IPB University. Foto/Dok/SINDOnews
JAKARTA - Harga komoditas di pasaran masih tinggi. Salah satunya adalah telur yang tercatat pernah menembus sekitar Rp30.000/kg. Dosen IPB University dari Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Dr Rachmat Pambudy pun memberikan pandangannya terkait faktor penyebab naiknya harga telur di pasaran.

Menurut Pakar Agribisnis IPB University ini, meningkatnya permintaan konsumen menjelang libur Natal dan Tahun Baru menjadi salah satu sebabnya.





“Hal ini terjadi hampir setiap tahun. Pernah satu waktu, telur ras itu jatuh (harganya) disebabkan oleh banyaknya usaha baru di sektor peternakan ayam ras petelur. Karena tidak adanya pengendalian produksi, pernah terjadi kekurangan stok telur yang disebabkan oleh penurunan populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar Jawa Timur,” ujarnya melansir laman ipb.ac.id, Kamis (6/1/2022).

Jadi, lanjutnya, peningkatan permintaan konsumen akan berdampak pada peningkatan harga telur. Selain itu, distribusinya juga masih cukup panjang, tidak langsung ke konsumen.

“Dan faktor lainnya adalah telur menjadi salah satu produk yang dibagikan oleh pemerintah dalam program bantuan sosial ke masyarakat selama masa pandemi,” jelasnya.



Oleh karena itu, menurutnya, yang bertanggung jawab atas kenaikan harga telur itu berbeda-beda. Kadang kenaikan harga terjadi karena pasar yang mengendalikan atau adanya intruksi harga yang dikendalikan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perekonomian.

“Agar tidak terjadi kerugian besar terhadap beberapa pihak, sebaiknya memang stabilitas harga diatur oleh pemerintah. Saat tinggi, pemerintah bisa menjaga dan ketika harga rendah, pemerintah bisa menopang. Karena proses untuk sampai ke konsumen itu perlu proses yang panjang,” imbuhnya.

Kadang, katanya, yang terjadi justru para peternak tidak mendapat keuntungan besar. Untuk itu, sebagai upaya untuk mengatasi gejolak harga, pemerintah perlu melakukan pendataan produksi yang baik.

“Perlu mencatat hasil produksi yang baik dan ada mekanisme penentuan harga. Selain itu, harus ada badan penyangga seperti Bulog serta adanya tindakan yang konkrit agar bisa dievaluasi regulasinya mengenai prediksi dan pengadaan kebutuhan bibit ayam petelur. Selain itu, bisa dievaluasi juga regulasi tentang larangan penjualan hatching egg ayam negeri agar tidak sampai ke konsumen,” tandasnya.
(mpw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More