RSA Gelar Pendidikan Berbasis Digital Kembangkan Skill Generasi Muda Indonesia
Rabu, 09 Februari 2022 - 20:46 WIB
Penyelenggaraan RSSI ini juga tidak lepas dari pencapaian yang telah diperoleh RSA sejak 2020. Dalam rentang dua tahun, RSA sudah memiliki 621 pendaftar, 434 alumni, serta 78 fasilitator yang bergabung untuk membina. Hasil nyata ini menjadi semangat dan pendorong bagi RSA untuk terus memberdayakan tenaga kerja di Indonesia.
Salah satu alumni yang telah berhasil membangun karier setelah lulus dari RSA adalah Putu Sentana, yang kini bekerja sebagai Customer Success di Schedult—perusahaan yang berbasis di Singapur—dengan sistem remote working. Ketika pandemi melanda Indonesia, Putu, seperti jutaan pekerja lainnya, terkena layoff dari pekerjaannya di salah satu restoran terkenal di Petitenget, Bali.
“Untungnya, saya bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar keahlian baru, khususnya keahlian digital, dari RSA. Program yang saya ikuti memperkaya pengetahuan dan kemampuan saya hingga mampu beralih pekerjaan dari pelayan restoran ke customer success,” ujar Putu.
“Kini, saya bisa bekerja dari mana saja, bahkan bisa sambil melakukan aktivitas lainnya. Sistem remote working ini sangat cocok bagi pekerja, khususnya kami yang terdampak secara langsung oleh pandemi, untuk bangkit dan berkarier.”
Konferensi RSSI berlangsung selama dua hari mulai dari 9-10 Februari 2022 dan seluruh rangkaian acara dapat diikuti secara daring. Sejumlah pakar dari berbagai industri juga turut hadir sebagai pembicara utama untuk berbagi pengalaman dan wawasan mereka terkait prospek remote working, serta pentingnya re-skill dan up-skill di lingkungan VUCA (Volatilitas (volatility), ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan ambiguitas (ambiguity).
“Di RSA, kami terus berupaya untuk membantu peserta berkembang dan berkarya tanpa batas lokasi. Kami telah mengadakan rangkaian program dan pendekatan kepada masyarakat, serta berkolaborasi bersama komunitas untuk membantu tenaga kerja muda Indonesia, salah satunya dengan RSSI,” kata Aulia Halimatussadiah, Chief Marketing Officer Remote Skills Academy.
“Selain itu, kami pun kini tengah mempersiapkan proyek Non-Fungible Token (NFT) bernama Robomot (@robomotnft) sebagai salah satu cara untuk mendukung remote worker yang ingin meningkatkan keahliannya dan meningkatkan gaung remote work di Indonesia. Rencana tersebut juga berjalan beriringan dengan proyek kami lainnya, yaitu menyiapkan pusat layanan gratis untuk segala bentuk informasi menyangkut remote work dan virtual assistance. Ke depannya, kami akan selalu berusaha untuk mewujudkan komitmen kami dalam mendukung pemberdayaan masyarakat Indonesia melalui program-program kami,” tutup Aulia.
Lihat Juga: Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Paling Besar Dialami Generasi Muda
Salah satu alumni yang telah berhasil membangun karier setelah lulus dari RSA adalah Putu Sentana, yang kini bekerja sebagai Customer Success di Schedult—perusahaan yang berbasis di Singapur—dengan sistem remote working. Ketika pandemi melanda Indonesia, Putu, seperti jutaan pekerja lainnya, terkena layoff dari pekerjaannya di salah satu restoran terkenal di Petitenget, Bali.
“Untungnya, saya bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar keahlian baru, khususnya keahlian digital, dari RSA. Program yang saya ikuti memperkaya pengetahuan dan kemampuan saya hingga mampu beralih pekerjaan dari pelayan restoran ke customer success,” ujar Putu.
“Kini, saya bisa bekerja dari mana saja, bahkan bisa sambil melakukan aktivitas lainnya. Sistem remote working ini sangat cocok bagi pekerja, khususnya kami yang terdampak secara langsung oleh pandemi, untuk bangkit dan berkarier.”
Konferensi RSSI berlangsung selama dua hari mulai dari 9-10 Februari 2022 dan seluruh rangkaian acara dapat diikuti secara daring. Sejumlah pakar dari berbagai industri juga turut hadir sebagai pembicara utama untuk berbagi pengalaman dan wawasan mereka terkait prospek remote working, serta pentingnya re-skill dan up-skill di lingkungan VUCA (Volatilitas (volatility), ketidakpastian (uncertainty), kompleksitas (complexity), dan ambiguitas (ambiguity).
“Di RSA, kami terus berupaya untuk membantu peserta berkembang dan berkarya tanpa batas lokasi. Kami telah mengadakan rangkaian program dan pendekatan kepada masyarakat, serta berkolaborasi bersama komunitas untuk membantu tenaga kerja muda Indonesia, salah satunya dengan RSSI,” kata Aulia Halimatussadiah, Chief Marketing Officer Remote Skills Academy.
“Selain itu, kami pun kini tengah mempersiapkan proyek Non-Fungible Token (NFT) bernama Robomot (@robomotnft) sebagai salah satu cara untuk mendukung remote worker yang ingin meningkatkan keahliannya dan meningkatkan gaung remote work di Indonesia. Rencana tersebut juga berjalan beriringan dengan proyek kami lainnya, yaitu menyiapkan pusat layanan gratis untuk segala bentuk informasi menyangkut remote work dan virtual assistance. Ke depannya, kami akan selalu berusaha untuk mewujudkan komitmen kami dalam mendukung pemberdayaan masyarakat Indonesia melalui program-program kami,” tutup Aulia.
Lihat Juga: Dampak Negatif Media Sosial Terhadap Kesehatan Mental Paling Besar Dialami Generasi Muda
(mpw)
tulis komentar anda