Menengok Kiprah Sekolah Penggerak di SMAS Plus Budi Utomo Makassar, Ciptakan Pembelajaran Menyenangkan untuk Siswa
Kamis, 23 Juni 2022 - 19:23 WIB
Sehingga tidak hanya banyak alumni sekolahnya yang diterima di perguruan tinggi karena lulus dengan baik di pendidikan formal. Namun di sisi lain, siswa yang tidak melanjutkan kuliah bisa memakai sertifikat lain yang dipegangnya untuk mengabdi di tengah masyarakat.
"Jadi siswa yang kondisi keluarganya tak memungkinkan kuliah bisa memakai ijazah ponpesnya untuk mengabdi di pesantren ataupun terjun ke dunia kerja karena sudah ada skill yang dilatih di sekolah," tuturnya.
Lalu bagaimana tanggapan siswa SMAS Plus Budi Utomo Makassar akan pembelajaran di sekolah? Siswa kelas 10 Yuliwan Dawud Permadi menuturkan, melalui Kurikulum Merdeka dirinya sangat ditantang dengan berbagai proyek-proyek yang diberikan oleh guru. Dia pun tak menyangka dengan pembelajaran yang lebih banyak praktik daripada teori ini membuatnya tidak bosan belajar di sekolah.
Namun disamping itu, dengan pembelajaran berbasis projek inilah dia menemukan wawasan dan cara pandang baru. Misalnya proyek membuat baju daur ulang ataupun tugas memasak yang membuatnya kini lebih tahu bahwa Sulawesi Selatan itu sangat kaya akan ragam kulinernya.
Baca juga: 6 Ciri Anak Jenius, Nomor 5 Punya Selera Humor
"Dengan pembelajaran berbasis praktik ini tidak hanya praktiknya yang bisa melatih diri saya dalam memecahkan masalah namun dari teorinya juga saya lebih kuasai," kata siswa asal Sorowaku, Luwu Timur, Sulsel ini.
Sementara Kirana Frizky Amalia, siswi kelas 10 asal Tarakan, Kalimantan Utara ini menjelaskan, keseruan yang terjadi ketika sekolahnya menjadi Sekolah Penggerak adalah tugas praktik yang diberikan guru menambah wawasannya mengenai kearifan lokal dan juga menjadi agen perubahan untuk mencegah perundungan di sekolah.
"Kita dilatih untuk bisa bekerja sama dengan teman. Juga bernalar kritis dan bisa menyelesaikan masalah sebaik mungkin. Selain itu juga mengedepankan teknologi sehingga kita bisa belajar buat Power Point ataupun mengedit video," katanya.
Selain itu, ungkap Kirana, di Kurikulum Merdeka juga ada peminatan sehingga siswa sejak dini dipetakan potensi dan minatnya oleh sekolah untuk menentukan mata pelajaran apa yang akan dia ambil untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
"Jadi siswa yang kondisi keluarganya tak memungkinkan kuliah bisa memakai ijazah ponpesnya untuk mengabdi di pesantren ataupun terjun ke dunia kerja karena sudah ada skill yang dilatih di sekolah," tuturnya.
Lalu bagaimana tanggapan siswa SMAS Plus Budi Utomo Makassar akan pembelajaran di sekolah? Siswa kelas 10 Yuliwan Dawud Permadi menuturkan, melalui Kurikulum Merdeka dirinya sangat ditantang dengan berbagai proyek-proyek yang diberikan oleh guru. Dia pun tak menyangka dengan pembelajaran yang lebih banyak praktik daripada teori ini membuatnya tidak bosan belajar di sekolah.
Namun disamping itu, dengan pembelajaran berbasis projek inilah dia menemukan wawasan dan cara pandang baru. Misalnya proyek membuat baju daur ulang ataupun tugas memasak yang membuatnya kini lebih tahu bahwa Sulawesi Selatan itu sangat kaya akan ragam kulinernya.
Baca juga: 6 Ciri Anak Jenius, Nomor 5 Punya Selera Humor
"Dengan pembelajaran berbasis praktik ini tidak hanya praktiknya yang bisa melatih diri saya dalam memecahkan masalah namun dari teorinya juga saya lebih kuasai," kata siswa asal Sorowaku, Luwu Timur, Sulsel ini.
Sementara Kirana Frizky Amalia, siswi kelas 10 asal Tarakan, Kalimantan Utara ini menjelaskan, keseruan yang terjadi ketika sekolahnya menjadi Sekolah Penggerak adalah tugas praktik yang diberikan guru menambah wawasannya mengenai kearifan lokal dan juga menjadi agen perubahan untuk mencegah perundungan di sekolah.
"Kita dilatih untuk bisa bekerja sama dengan teman. Juga bernalar kritis dan bisa menyelesaikan masalah sebaik mungkin. Selain itu juga mengedepankan teknologi sehingga kita bisa belajar buat Power Point ataupun mengedit video," katanya.
Selain itu, ungkap Kirana, di Kurikulum Merdeka juga ada peminatan sehingga siswa sejak dini dipetakan potensi dan minatnya oleh sekolah untuk menentukan mata pelajaran apa yang akan dia ambil untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
(nnz)
tulis komentar anda