Mengenal Afif Kurniawan, Psikolog Unair yang Turut Berperan di Balik Mental Juara Timnas U-22
loading...
A
A
A
Tim pendamping psikologis kemudian mengajak pemain untuk mengelola mindset memenangkan pertandingan bukan soal mengalahkan siapa yang menjadi lawan. Di samping itu, tim juga mulai membatasi kontak pemain dengan media sosial, serta melakukan pendekatan kognitif untuk merubah mindset.
Pada tahap ini, Afif menekankan ketenangan dan pengelolaan emosi yang baik. Pasalnya semua pemain menantikan membawa emas. Namun, dalam kajian psikologi, pengelolaan semangat dan motivasi yang tidak baik akan berbanding terbalik dengan performa.
“Terlalu bersemangat bisa meningkatkan kecemasan berlebihan dan justru membuat under performance. Maka kami melakukan pendekatan individu maupun kelompok, bersamaan dengan periodisasi latihan. Agar pemain dapat menampilkan ketenangan dan kewaspadaan serta sikap mental yang ideal saat menghadapi pertandingan,” tuturnya.
Alhasil, pemain mampu melakukan game plan, kemudian memanfaatkan peluang termasuk di fase injury time (tambahan waktu yang diberikan wasit atas waktu yang hilang selama pertandingan berlangsung). Kondisi tersebut tidak mudah dan membutuhkan ketenangan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan pertandingan.
Khusus menjelang final, mereka pun sempat berbincang santai dengan pemain. Kemudian pemain dengan tenang menyampaikan jika Indonesia bisa menaklukkan Vietnam dengan baik, mengapa hal sama tidak bisa, pemain lakukan saat melawan Thailand
Baca juga: Berkat Beasiswa Bidikmisi, Mahasiswa Program Profesi Ners ini Jadi Wisudawan Terbaik Unpad
“Saat itulah kami menyadari bahwa tim ini sudah memiliki mentalitas yang ideal untuk menghadapi final, dan itu terbukti dengan ketenangan mereka saat menghadapi situasi sulit," ucapnya.
"Pemain menyamakan score 2-2 pada menit akhir waktu normal, hingga akhirnya Irfan Jauhari mencetak gol saat perpanjangan waktu kemudian oleh Fajar Fathurrahman serta Beckham Putra untuk menyudahi permainan,” lanjutnya.
Afif menyampaikan gelaran SEA Games itu merupakan bentuk nyata kesehatan mental yang memengaruhi kemampuan atlet untuk unjuk diri di lapangan. Untuk penonton yang menyaksikan pertandingan semifinal Indonesia melawan Vietnam 3-2, lalu final Indonesia melawan Thailand meraup score 5-2.
Baginya, proses seluruh pemain dalam dua pertandingan tersebut merupakan gambaran bagaimana pemain mampu menampilkan versi terbaik dari dirinya, yang berkaitan dengan stabilitas emosi dan ketangguhan yang baik.
Sebuah penampilan yang menggambarkan efek kesejahteraan psikologis pada penampilan pemain di lapangan.
“Pemain memiliki kontrol yang bagus, bisa mengelola banyak aspek dalam kondisi tertekan, bahkan saat rekannya dikeluarkan wasit karena melakukan kartu merah di semifinal, mereka tetap mengelola diri dengan baik dan fokus pada tujuan,” pungkasnya.
Fase Final dan Semi Final
Pada tahap ini, Afif menekankan ketenangan dan pengelolaan emosi yang baik. Pasalnya semua pemain menantikan membawa emas. Namun, dalam kajian psikologi, pengelolaan semangat dan motivasi yang tidak baik akan berbanding terbalik dengan performa.
“Terlalu bersemangat bisa meningkatkan kecemasan berlebihan dan justru membuat under performance. Maka kami melakukan pendekatan individu maupun kelompok, bersamaan dengan periodisasi latihan. Agar pemain dapat menampilkan ketenangan dan kewaspadaan serta sikap mental yang ideal saat menghadapi pertandingan,” tuturnya.
Alhasil, pemain mampu melakukan game plan, kemudian memanfaatkan peluang termasuk di fase injury time (tambahan waktu yang diberikan wasit atas waktu yang hilang selama pertandingan berlangsung). Kondisi tersebut tidak mudah dan membutuhkan ketenangan yang luar biasa dalam menghadapi tekanan pertandingan.
Khusus menjelang final, mereka pun sempat berbincang santai dengan pemain. Kemudian pemain dengan tenang menyampaikan jika Indonesia bisa menaklukkan Vietnam dengan baik, mengapa hal sama tidak bisa, pemain lakukan saat melawan Thailand
Baca juga: Berkat Beasiswa Bidikmisi, Mahasiswa Program Profesi Ners ini Jadi Wisudawan Terbaik Unpad
“Saat itulah kami menyadari bahwa tim ini sudah memiliki mentalitas yang ideal untuk menghadapi final, dan itu terbukti dengan ketenangan mereka saat menghadapi situasi sulit," ucapnya.
"Pemain menyamakan score 2-2 pada menit akhir waktu normal, hingga akhirnya Irfan Jauhari mencetak gol saat perpanjangan waktu kemudian oleh Fajar Fathurrahman serta Beckham Putra untuk menyudahi permainan,” lanjutnya.
Bentuk Nyata Kesehatan Mental
Afif menyampaikan gelaran SEA Games itu merupakan bentuk nyata kesehatan mental yang memengaruhi kemampuan atlet untuk unjuk diri di lapangan. Untuk penonton yang menyaksikan pertandingan semifinal Indonesia melawan Vietnam 3-2, lalu final Indonesia melawan Thailand meraup score 5-2.
Baginya, proses seluruh pemain dalam dua pertandingan tersebut merupakan gambaran bagaimana pemain mampu menampilkan versi terbaik dari dirinya, yang berkaitan dengan stabilitas emosi dan ketangguhan yang baik.
Sebuah penampilan yang menggambarkan efek kesejahteraan psikologis pada penampilan pemain di lapangan.
“Pemain memiliki kontrol yang bagus, bisa mengelola banyak aspek dalam kondisi tertekan, bahkan saat rekannya dikeluarkan wasit karena melakukan kartu merah di semifinal, mereka tetap mengelola diri dengan baik dan fokus pada tujuan,” pungkasnya.