Sutardji Calzoum Raih Anugerah Sastra 2023, Denny JA: Bangsa Ini Telah Lahirkan Penulis Besar

Minggu, 25 Juni 2023 - 22:21 WIB
loading...
Sutardji Calzoum Raih Anugerah Sastra 2023, Denny JA: Bangsa Ini Telah Lahirkan Penulis Besar
Sambutan Denny JA yang disampaikan saat acara Hadiah Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachry di TIM, Jakarta (24/6/2023). Foto/Ist
A A A
JAKARTA - "Penyair itu pemimpin spiritual sebuah bangsa, ia menjadi cermin batin terdalam komunitasnya."

Sepenggal kalimat dari Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832) itu dikutip Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, Denny JA, dalam pidatonya yang dibacakan di acara Hadiah Sastra untuk Sutardji Calzoum Bachri di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu malam (24/6/2023).

Sutardji Calzoum Bachri adalah seorang penyair kontemporer terkemuka Indonesia. Berkat dedikasinya terhadap perkembangan syair di Indonesia, dia dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia dan diberi gelar Datuk Seri Pujangga Utama.



Sutardji Calzoum Bachri yang merupakan pelopor penyair angkatan 1970-an itu juga dikenal dengan ungkapan Kredo Puisi yang menyatakan bahwa kata-kata harus terbebas dari pengertian dan beban ide. Kredo puisi memberikan pemahaman pembaca terhadap karya-karya sajak dan sikap kepenyairannya.

Merenangkan Sutardji Calzoum Bachri, Denny JA kembali mengingat pada 1981, ketika pertama kali dirinya menjadi mahasiswa. Saat itulah Denny JA berkenalan dengan puisi Sutardji Calzoum Bachri.

Denny JA mengingat momen ketika dirinya berada di beranda Masjid Salemba UI dan mengulang-ulang membaca puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul kucing yang ditulis pada 1973.



“Sebagian bait itu saya hafal luar kepala. ‘Berapa Tuhan yang kalian punya? ???????????????? ???????????? ????????????????, ???????????????????????????? ???????????????????????? ???????????????????????????????? ???????????????? ????????????. ???????????? ???????????????????????? ???????????????????????????????????? ???????? ????????????????????????, ???????????? ???????????????????????? ???????????????????????????????????? ???????? ????????????????????????, ???????????? ???????????????????????? ???????????????????????????????????? ???????? ????????????????, ???????????? ???????????????????????? ???????????????????????????????????? ???????? ????????????????-????????????????, ???????????????????? ???????????????? ???????????????????? ???????????? ???????????????? ???????????????????? ???????????????? ????????????????. ????????????????????????????, ???????????????? ???????????????? ????????????????????????????. ???????????????????????????? ???????????????????? ????????????, ???????????????????????????? untuk aku,” ungkap Denny JA.

Denny JA juga mengaku teringat dengan puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul “Walau” yang tulis pada 1979.

“Dulu pernah kuminta Tuhan dalam diri. Sekarang tak. Kalau mati, mungkin matiku bagai batu tamat, bagai pasir tamat. Jiwa membumbung dalam baris sajak. Tujuh puncak membilang bilang. Nyeri hari mengucap ucap, di butir pasir kutulis rindu rindu. Walau huruf habislah sudah, alifbataku belum sebatas Allah.”

Denny JA juga mengisahkan, pada 1981, ketika dirinya menjadi ketua mahasiswa Angkatan 81 Fakultas Teknik Universitas Indonesia, intensitas kegiatan agama di kalangan mahasiswa sangat tinggi, terutama akibat revolusi Islam di Iran yang dibawa Khomeini pada 1979.

Slogan dan pernyataan soal prinsip agama Islam agar semakin hadir di ruang publik sangat sering diwacanakan. Denny JA yang saat itu banyak membaca filsafat dan sastra, merasa kurang nyaman dengan pemahaman agama yang formalistik dan literal.

“Puisi Sutardji saat itu mengisi kebutuhan batin saya. Kerinduan akan sentuhan Tuhan yang mendalam terasa dalam puisi Sutardji. Tapi, ia mengekspresikan kerinduan religius itu dengan pola yang tak biasa,” tutur Denny JA.

Pendiri LSI Denny JA ini menuturkan, berdasarkan data riset, mereka yang menganggap agama penting dan sangat penting dalam hidupnya di Indonesia sangatlah banyak, yakni di atas 90 persen.

Menurutnya, Sutardji Calzoum Bachri sebagai penyair mengekspresikan batin dirinya dan Indonesia. Namun sebagai sastrawan, Sutardji Calzoum Bachri mengekspresikan batin agama itu berbeda dibandingkan yang disampaikan oleh para kiai, dai dan ustaz di masjid. Berbeda pula dengan cara seorang akademisi dan intelektual dalam menyatakannya.

Dia menjelaskan, bahasa puisi membuat Sutardji Calzoum Bachri dapat mengekspresikannya secara lebih urakan, tak biasa, dan out of the box. Namun, justru ekspresi yang tak biasa itu membuat renungan religiusnya memiliki tempat sendiri yang berbeda dalam memori.

Denny JA memberikan selamat kepada Sutardji Calzoum Bachri yang mendapatkan Anugerah Sastra 2023 sekaligus perayaan ulang tahunnya yang ke-82.

“Saya selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena menempatkan Sutardji sesuai dengan sebuah ungkapan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang juga melahirkan penulis besar. Sutardji tak dipungkiri adalah salah satu penulis besar dalam sejarah Indonesia,” pungkasnya.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3356 seconds (0.1#10.140)