UAI Fasilitasi Mahasiswa Belajar ke China Lewat PMM dan Double Degree

Jum'at, 26 Januari 2024 - 15:32 WIB
loading...
A A A
“Memang untuk penyiapan SDM, kita masih kurang ya, Contohnya di China itu ada cukup banyak kampus Foreign Studies University, gak hanya pelajari bahasa asing, tapi juga budaya. Itu kampus ya bukan prodi. Sampai bahasa-bahasa kecil, yang kita belum pernah dengar, mereka pelajari. Itu yang memang harus kita tingkatkan,” tutur Feri.

Sementara di lokasi yang sama, Head of Asian Pasific Committee Adi Harsono mengatakan, Indonesia belum memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) kualitas S1 atau sarjana khusus transportasi. Hal itu karena belum ada perguruan tinggi khusus transportasi di Tanah Air. Sejauh ini, baru ada kampus teknik secara umum.

Menurutnya, Indonesia memerlukan ahli atau para lulusan S1 khusus di bidang transportasi sehingga bisa meningkatkan pembangunan transportasi lebih cepat, seperti proyek KCIC Whoosh yang diresmikan baru-baru ini.

“Permasalahan kita, kita siap gak? Kita mengerti gak? Kita perlu adanya S1 di bidang itu (transportasi). Kita perlu ciptakan engineer di bidang teknologi, transportasi jalan raya, jembatan. Institusi pendidikan di Indonesia belum serius buka fakultas,” katanya.

Dia mencontohkan, China memiliki sejumlah kampus khusus transportasi. Misalnya saja Beijing Jiaotong University yang memang kampus khusus transportasi.

“Lulusannya bisa bikin jembatan, pasang rel, menggali terowongan. Di Indonesia kampus khusus itu belum ada. Butuh yang mengerti teknik pengeboran, jembatan, rel. Itu harus S1. Vokasi gak cukup,” ucapnya.

Jika SDM siap dan berkualitas, kata dia, maka percepatan pembangunan transportasi bisa dikejar. Dan dengan begitu, lanjutnya, Indonesia bisa mandiri, tidak tergantung orang lain.

“Cepat-cepat anak muda belajar, didukung pemerintah. Bahkan di China, berikutnya sudah ada rumah di luar angkasa,” pungkasnya.
(nnz)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1369 seconds (0.1#10.140)