Kisah Zachra Pradipta, Diaspora Muda Indonesia yang Sukses Jadi Lead Designer di Amazon Alexa
loading...
A
A
A
“Pada saat magang di Amazon dari Juni hingga Agustus 2020, saya bekerja sebagai UX design intern di mana saya membantu designer yang kerja full time. Saya juga diberikan tugas lain yang bisa dikerjakan sendiri,”ujar Zachra.
Zachra menjelaskan, ada banyak manfaat yang dirasakan ketika dirinya magang di Amazon salah satunya bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
“Ini kesempatan untuk meluaskan lingkaran networking. Saya dapat membangun hubungan dengan para profesional dari berbagai negara, yang mungkin membuka pintu untuk peluang kolaborasi dan proyek di masa depan,” tegas Zachra.
Zachra juga sering mengadakan acara untuk murid-murid di kampusnya. Seperti design sprint atau kompetisi di mana banyak industri profesional datang untuk jadi mentor dan juri. Ada hadiah USD15 ribu bagi murid-murid yang menang.
Baca juga: Diaspora di AS Sosialisasikan 21 Program Unggulan Ganjar-Mahfud
“Jadi peranan saya di dalam acara ini itu dulunya event director dan coordinator selama 2 tahun, tujuan acara ini untuk memberi murid-murid kesempatan untuk buat product/concept dan pitching ide ini di depan industri profesional ini. Tapi partisipasi saya bukan hanya waktu sekolah saja, setelah lulus saya masih ikut acara-acara di kampus beberapa bulan sekali sebagai mentor,” lanjut Zachra.
Salah satu project yang dibuat Zachra bersama sejumlah murid lain adalah Moment. Dia mengerjakan proyek ini selama 10 minggu dan dilombakan di ajang Red Dot Award, salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia desain.
“Moment ini adalah sebuah device wearable yang bisa digunakan oleh pengguna tunanetra untuk bantu menghindari hambatan sejenak saat berjalan di tempat umum, atau ramai, atau pun jika mereka tidak ingin memegang benda-benda asing. Device ini akan memberi navigasi untuk pengguna dengan sensor,” jelas Zachra.
Sekarang, Zachra bekerja full time di Amazon Alexa. Selama hampir 3 tahun di Amazon, dia sudah naik jabatan dari entry-level UX designer jadi lead designer buat tim Alexa Communications.
Amazon Alexa adalah asisten virtual yang dikembangkan oleh Amazon, dan terutama digunakan dalam jajaran perangkat Echo perusahaan. Alexa dirancang untuk merespons perintah suara dan melakukan berbagai tugas, seperti memutar musik, memberikan informasi cuaca, hingga menjawab pertanyaan.
Zachra menjelaskan, ada banyak manfaat yang dirasakan ketika dirinya magang di Amazon salah satunya bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
“Ini kesempatan untuk meluaskan lingkaran networking. Saya dapat membangun hubungan dengan para profesional dari berbagai negara, yang mungkin membuka pintu untuk peluang kolaborasi dan proyek di masa depan,” tegas Zachra.
Zachra juga sering mengadakan acara untuk murid-murid di kampusnya. Seperti design sprint atau kompetisi di mana banyak industri profesional datang untuk jadi mentor dan juri. Ada hadiah USD15 ribu bagi murid-murid yang menang.
Baca juga: Diaspora di AS Sosialisasikan 21 Program Unggulan Ganjar-Mahfud
“Jadi peranan saya di dalam acara ini itu dulunya event director dan coordinator selama 2 tahun, tujuan acara ini untuk memberi murid-murid kesempatan untuk buat product/concept dan pitching ide ini di depan industri profesional ini. Tapi partisipasi saya bukan hanya waktu sekolah saja, setelah lulus saya masih ikut acara-acara di kampus beberapa bulan sekali sebagai mentor,” lanjut Zachra.
Salah satu project yang dibuat Zachra bersama sejumlah murid lain adalah Moment. Dia mengerjakan proyek ini selama 10 minggu dan dilombakan di ajang Red Dot Award, salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia desain.
“Moment ini adalah sebuah device wearable yang bisa digunakan oleh pengguna tunanetra untuk bantu menghindari hambatan sejenak saat berjalan di tempat umum, atau ramai, atau pun jika mereka tidak ingin memegang benda-benda asing. Device ini akan memberi navigasi untuk pengguna dengan sensor,” jelas Zachra.
Sekarang, Zachra bekerja full time di Amazon Alexa. Selama hampir 3 tahun di Amazon, dia sudah naik jabatan dari entry-level UX designer jadi lead designer buat tim Alexa Communications.
Amazon Alexa adalah asisten virtual yang dikembangkan oleh Amazon, dan terutama digunakan dalam jajaran perangkat Echo perusahaan. Alexa dirancang untuk merespons perintah suara dan melakukan berbagai tugas, seperti memutar musik, memberikan informasi cuaca, hingga menjawab pertanyaan.