15 Contoh Teks Monolog Singkat Berbagai Tema, Simak Ya
loading...
A
A
A
“Lagi pula bagaimana bisa dia melakukannya? Bagaimana dia bisa tahu kumpulan puisi buatanku?
Padahal semua hasil karyaku selalu ku simpan baik-baik. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali diriku sendiri dan juga Mei, sahabatku. Lalu bagaimana bisa nama Ria tertulis di sana?”
“Oh aku tahu, Mei ya? Jangan-jangan ia yang bersekongkol dengan gadis menyebalkan itu dan mencuri puisiku.
Judul: Berkhianat
Aku sangat marah setelah mengetahui semuanya. Tega-teganya dia berkhianat padaku. Semua rahasiaku menjadi terbongkar hanya karena dia.
Ya, dia adalah orang yang benar-benar sudah kupercaya sejak dulu. Saat ini, untuk melihat mukanya saja pun aku tak sudi.
Judul Anak di Mata Ibu
Rasa ini akan tetap sama dan tak akan berubah, Ibu. Semua rasa cinta serta ketulusanmu, semuanya tidak akan pernah terlihat sederhana bagi diriku. Engkau selalu tulus dan menganggap bahwa semua hal itu terlihat sederhana.
Senja yang ada di ujung barat itu selalu menjadi milik kita berdua. Saat itulah kita bisa menggenapkan waktu menuju malam yang sarat akan harmoni. Bukankah begitu kelihatannya? Seperti itulah arti dirimu untukku bu, kau bagaikan senja yang hanya tercipta untukku.
Hal lain yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku adalah fajar yang ada di ujung timur sana. Fajar itu pun akan selalu jadi milik kita bersama kan Ibu? Ketika fajar membangkitkan sinar terang benderang untuk membuatkan kita lupa akan gelapnya malam yang berselimut kabut kedamaian. Seperti fajar, engkaulah sosok yang mampu menerbitkan sinar yang terang saat duniaku terasa gelap.
Judul: Taubat
Kini bumi dengan segala isinya yang penuh lika-liku terus bergejolak. Setiap kali memikirkannya, seketika itu juga hati ini serasa hancur dan gelisah. Meski kini hidup dengan harta melimpah, juga tahta jabatan yang membuatku disegani orang, aku tetap merasa tidak tenang. Mungkin aku kelihatannya saja bahagia, namun sebenarnya aku justru sengsara.
Harapan bagaikan daun tua yang gugur, sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia. Daun muda muncul yang menggantikan daun tua. Begitulah sewajarnya, begitulah seterusnya. Saya sadar, saya sangat sadar, bahwa apa yang kini saya lakukan itu salah. Namun, nyatanya aku lemah. Bisikan setan ini sering kali melumpuhkan hatiku.
Judul: Kenapa Ibu dan Ayah Saling Bertengkar?
Padahal semua hasil karyaku selalu ku simpan baik-baik. Tidak ada yang mengetahuinya kecuali diriku sendiri dan juga Mei, sahabatku. Lalu bagaimana bisa nama Ria tertulis di sana?”
“Oh aku tahu, Mei ya? Jangan-jangan ia yang bersekongkol dengan gadis menyebalkan itu dan mencuri puisiku.
9. Teks Monolog Tentang Kemarahan
Judul: Berkhianat
Aku sangat marah setelah mengetahui semuanya. Tega-teganya dia berkhianat padaku. Semua rahasiaku menjadi terbongkar hanya karena dia.
Ya, dia adalah orang yang benar-benar sudah kupercaya sejak dulu. Saat ini, untuk melihat mukanya saja pun aku tak sudi.
10. Teks Monolog Tentang Ibu
Judul Anak di Mata Ibu
Rasa ini akan tetap sama dan tak akan berubah, Ibu. Semua rasa cinta serta ketulusanmu, semuanya tidak akan pernah terlihat sederhana bagi diriku. Engkau selalu tulus dan menganggap bahwa semua hal itu terlihat sederhana.
Senja yang ada di ujung barat itu selalu menjadi milik kita berdua. Saat itulah kita bisa menggenapkan waktu menuju malam yang sarat akan harmoni. Bukankah begitu kelihatannya? Seperti itulah arti dirimu untukku bu, kau bagaikan senja yang hanya tercipta untukku.
Hal lain yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku adalah fajar yang ada di ujung timur sana. Fajar itu pun akan selalu jadi milik kita bersama kan Ibu? Ketika fajar membangkitkan sinar terang benderang untuk membuatkan kita lupa akan gelapnya malam yang berselimut kabut kedamaian. Seperti fajar, engkaulah sosok yang mampu menerbitkan sinar yang terang saat duniaku terasa gelap.
11. Teks Monolog Tentang Religi
Judul: Taubat
Kini bumi dengan segala isinya yang penuh lika-liku terus bergejolak. Setiap kali memikirkannya, seketika itu juga hati ini serasa hancur dan gelisah. Meski kini hidup dengan harta melimpah, juga tahta jabatan yang membuatku disegani orang, aku tetap merasa tidak tenang. Mungkin aku kelihatannya saja bahagia, namun sebenarnya aku justru sengsara.
Harapan bagaikan daun tua yang gugur, sedikit demi sedikit seiring bertambahnya usia. Daun muda muncul yang menggantikan daun tua. Begitulah sewajarnya, begitulah seterusnya. Saya sadar, saya sangat sadar, bahwa apa yang kini saya lakukan itu salah. Namun, nyatanya aku lemah. Bisikan setan ini sering kali melumpuhkan hatiku.
12. Teks Monolog Tentang Pertengkaran
Judul: Kenapa Ibu dan Ayah Saling Bertengkar?