7 Contoh Teks Anekdot Politik, Sindiran Tajam dengan Unsur Humor

Jum'at, 15 November 2024 - 10:26 WIB
loading...
A A A
Saat persidangan berlangsung, hakim ketua dengan tegas memutuskan bahwa Irwan terbukti mencuri sandal dan ia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Irwan merasa sangat keberatan dengan keputusan itu dan menyatakan bahwa hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan hukuman yang diterima oleh koruptor.

Irwan: "Pak Hakim, kok saya dihukum lima tahun penjara cuma karena mencuri sandal yang harganya nggak seberapa, sementara koruptor yang merugikan negara miliaran rupiah cuma dipenjara beberapa tahun saja? Bukankah itu tidak adil?"

Hakim: "Begini, Irwan. Kamu terbukti mencuri sandal dan merugikan seseorang sebesar Rp50 ribu. Sementara itu, para koruptor yang mencuri uang negara menggelapkan dana hingga Rp3 miliar dan merugikan lebih dari 200 juta rakyat Indonesia. Kalau kita hitung kerugiannya, tiap orang yang dirugikan oleh koruptor itu hanya kehilangan sekitar 15 rupiah.

Artinya, kerugian yang kamu timbulkan jauh lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh para koruptor."

Irwan: (Terbengong-bengong, mencoba mencerna penjelasan hakim.)

Hakim: "Jadi, Irwan, meskipun pencurian sandal itu mungkin terlihat sepele, tetapi secara hukum, kamu tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Namun, dalam kasus korupsi, kerugian yang ditimbulkan jauh lebih besar dan efeknya jauh lebih merusak bagi masyarakat luas."

Irwan terdiam, sementara di dalam hatinya mulai muncul kesadaran bahwa keadilan di hadapan hukum kadang tak selalu berpihak pada yang seharusnya.

Pesan di dalamnya : Pesan moral yang terkandung dalam anekdot ini adalah kritik terhadap ketidakadilan dalam sistem hukum dan perbedaan perlakuan terhadap pelaku kejahatan berdasarkan skala kerugian yang mereka timbulkan.

7. Anekdot Tentang Politisi dan Pencurian Kecil di Warung Kopi


Suatu pagi, seorang pria paruh baya berpakaian rapi masuk ke sebuah warung kopi sederhana bernama Omah Joglo. Penampilannya yang sangat berbeda dengan pengunjung lainnya—biasanya hanya ada sales obat atau pekerja kasar—langsung mencuri perhatian.

Pria itu adalah Pak Anton, seorang politisi dari partai besar, yang sengaja datang ke warung kopi yang tidak biasa ini untuk bertemu dengan seseorang yang ternyata juga tak biasa.

Begitu masuk, Pak Anton memeriksa menu yang tertera di papan. Menunya sangat sederhana: kopi, wedang jahe, dan wedang uwuh. Tidak ada yang istimewa, tidak ada pilihan mewah seperti yang biasa ia nikmati di tempat-tempat yang lebih eksklusif.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0905 seconds (0.1#10.140)