7 Contoh Teks Anekdot Politik, Sindiran Tajam dengan Unsur Humor
loading...
A
A
A
Setelah beberapa saat memandang, ia akhirnya memutuskan untuk memesan kopi susu—pilihan yang sederhana dengan harga yang sangat murah, hanya enam ribu rupiah, yang baginya mungkin tak lebih dari sekedar uang receh.
Pak Anton duduk di meja sudut, memperhatikan sekelilingnya. Meski tempatnya sederhana, bahkan terkesan usang dengan nuansa jadul, warung ini tetap bersih dan nyaman. Kopi susu pesanan Anton datang tak lama setelah itu, dan meskipun rasanya biasa saja, ia tetap menunggu sambil melihat jam tangan mewahnya.
Jam menunjukkan pukul 9:15—terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan. Anton merasa sedikit canggung dengan suasana warung yang sederhana ini, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada pertemuan yang sangat penting baginya.
Tak lama setelah itu, sebuah mobil sedan hitam datang dan tiga pria berbadan tegap keluar. Pak Anton langsung merasa cemas. Mereka bukanlah orang yang ia harapkan. Mobil tersebut berhenti di dekatnya, dan salah satu pria yang mengenakan seragam polisi menghampirinya.
Pria Satu: "Selamat pagi, Pak Anton. Kami menangkap Anda atas tuduhan korupsi dana pembangunan rumah sakit."
Pak Anton: "Apa-apaan ini?!" (terkejut dan bingung)
Pria Dua: "Barang bukti sudah ada di dalam mobil Anda. Tidak perlu melawan, mari kita selesaikan semuanya di kantor polisi."
Keempat orang itu hendak membawa Pak Anton pergi, tetapi tiba-tiba penjual kopi menghentikan mereka.
Pria Tiga (Polisi): "Pak, ini urusan kami, tidak perlu ikut campur."
Penjual Kopi: "Saya bukan ikut campur, Pak Polisi. Tapi orang ini masih punya utang sama saya."
Pak Anton duduk di meja sudut, memperhatikan sekelilingnya. Meski tempatnya sederhana, bahkan terkesan usang dengan nuansa jadul, warung ini tetap bersih dan nyaman. Kopi susu pesanan Anton datang tak lama setelah itu, dan meskipun rasanya biasa saja, ia tetap menunggu sambil melihat jam tangan mewahnya.
Jam menunjukkan pukul 9:15—terlambat lima belas menit dari waktu yang dijanjikan. Anton merasa sedikit canggung dengan suasana warung yang sederhana ini, namun ia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada pertemuan yang sangat penting baginya.
Tak lama setelah itu, sebuah mobil sedan hitam datang dan tiga pria berbadan tegap keluar. Pak Anton langsung merasa cemas. Mereka bukanlah orang yang ia harapkan. Mobil tersebut berhenti di dekatnya, dan salah satu pria yang mengenakan seragam polisi menghampirinya.
Pria Satu: "Selamat pagi, Pak Anton. Kami menangkap Anda atas tuduhan korupsi dana pembangunan rumah sakit."
Pak Anton: "Apa-apaan ini?!" (terkejut dan bingung)
Pria Dua: "Barang bukti sudah ada di dalam mobil Anda. Tidak perlu melawan, mari kita selesaikan semuanya di kantor polisi."
Keempat orang itu hendak membawa Pak Anton pergi, tetapi tiba-tiba penjual kopi menghentikan mereka.
Pria Tiga (Polisi): "Pak, ini urusan kami, tidak perlu ikut campur."
Penjual Kopi: "Saya bukan ikut campur, Pak Polisi. Tapi orang ini masih punya utang sama saya."