MBKM Mandiri di Garut Dukung OVOP Desa Sukamukti Menuju Pasar Global
loading...
A
A
A
Galih Afrizal, salah satu perwakilan tim mahasiswa dari STIH Garut mengatakan, pendampingan yang mereka berikan mencakup pelatihan manajemen keuangan agar pelaku usaha mampu memisahkan keuangan bisnis dan rumah tangga, seminar branding produk, serta cara memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan pemasaran.
“Kami memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya branding. Mulai dari cara mengambil foto produk yang menarik, mengatur jadwal live streaming di TikTok, hingga penggunaan marketplace. Dengan begitu, UMKM di desa ini dapat bersaing di pasar yang lebih luas,” jelas Galih, di sela acara Peliputan Program Perguruan Tinggi Gotong Royong Membangun Desa Kabupaten Garut.
Sebagian besar pelaku UMKM masih menjalankan metode pemasaran tradisional, seperti menjual produk secara langsung dari pintu ke pintu. Bahkan, pelaku UMKM terbesar di desa ini, pemilik salah satu pabrik Supet, masih menggunakan metode manual untuk menjangkau pembeli di Bali dan daerah lainnya.
Galih berharap dengan dukungan berkelanjutan, pelaku UMKM optimis dapat memperluas jaringan pemasaran mereka. Upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga memperkenalkan Supet sebagai produk unggulan desa Sukamukti ke pasar yang lebih luas.
“Kami berharap Supet dapat mengharumkan nama Desa Sukamukti hingga ke tingkat internasional. Dengan branding yang kuat dan dukungan dari pemerintah serta perguruan tinggi, kami yakin mimpi itu bisa terwujud,” ujarnya.
Sementara Staf Ahli Bupati Garut Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Nia Gania Karyana mengapresiasi peran seluruh pihak yang berkontribusi dalam keberhasilan program ini, termasuk kepala desa, mahasiswa, panitia, dan para akademisi.
Ia mengatakan, berbagai kegiatan yang sudah disusun dan diimplementasikan tim mahasiswa di Desa Sukamukti seperti mengajar anak-anak TK dan SD, membina usaha kecil menengah (UKM), serta menangani masalah sosial, memberikan dampak positif tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat desa.
Sedangkan Ketua Panitia KKN PTMGRMD, Gugun Geusan Akbar, menjelaskan Kabupaten Garut dipilih sebagai lokasi program karena memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi daerah lain.
Sebanyak 105 mahasiswa tersebar di enam desa dari lima kecamatan untuk menjalankan program yang fokus pada zero stunting, penanganan kemiskinan ekstrem, dan one village one product. Gugun berharap kolaborasi berbagai elemen dapat memastikan keberlanjutan program hingga Januari mendatang.
“Program KKN gotong royong ini dirancang bukan hanya untuk mahasiswa atau perguruan tinggi, tetapi juga untuk memberikan dampak nyata yang lebih optimal bagi masyarakat,” ucap Gugun.
“Kami memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya branding. Mulai dari cara mengambil foto produk yang menarik, mengatur jadwal live streaming di TikTok, hingga penggunaan marketplace. Dengan begitu, UMKM di desa ini dapat bersaing di pasar yang lebih luas,” jelas Galih, di sela acara Peliputan Program Perguruan Tinggi Gotong Royong Membangun Desa Kabupaten Garut.
Sebagian besar pelaku UMKM masih menjalankan metode pemasaran tradisional, seperti menjual produk secara langsung dari pintu ke pintu. Bahkan, pelaku UMKM terbesar di desa ini, pemilik salah satu pabrik Supet, masih menggunakan metode manual untuk menjangkau pembeli di Bali dan daerah lainnya.
Galih berharap dengan dukungan berkelanjutan, pelaku UMKM optimis dapat memperluas jaringan pemasaran mereka. Upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga memperkenalkan Supet sebagai produk unggulan desa Sukamukti ke pasar yang lebih luas.
“Kami berharap Supet dapat mengharumkan nama Desa Sukamukti hingga ke tingkat internasional. Dengan branding yang kuat dan dukungan dari pemerintah serta perguruan tinggi, kami yakin mimpi itu bisa terwujud,” ujarnya.
Sementara Staf Ahli Bupati Garut Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Nia Gania Karyana mengapresiasi peran seluruh pihak yang berkontribusi dalam keberhasilan program ini, termasuk kepala desa, mahasiswa, panitia, dan para akademisi.
Ia mengatakan, berbagai kegiatan yang sudah disusun dan diimplementasikan tim mahasiswa di Desa Sukamukti seperti mengajar anak-anak TK dan SD, membina usaha kecil menengah (UKM), serta menangani masalah sosial, memberikan dampak positif tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat desa.
Sedangkan Ketua Panitia KKN PTMGRMD, Gugun Geusan Akbar, menjelaskan Kabupaten Garut dipilih sebagai lokasi program karena memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi daerah lain.
Sebanyak 105 mahasiswa tersebar di enam desa dari lima kecamatan untuk menjalankan program yang fokus pada zero stunting, penanganan kemiskinan ekstrem, dan one village one product. Gugun berharap kolaborasi berbagai elemen dapat memastikan keberlanjutan program hingga Januari mendatang.
“Program KKN gotong royong ini dirancang bukan hanya untuk mahasiswa atau perguruan tinggi, tetapi juga untuk memberikan dampak nyata yang lebih optimal bagi masyarakat,” ucap Gugun.