Studi AASH Ungkap Solusi Holistik untuk Stunting di Indonesia
loading...
A
A
A
Studi juga menemukan bahwa selenium memiliki peran penting dalam pertumbuhan anak, tetapi seringkali tidak cukup diperhatikan dalam intervensi gizi. Inflamasi sistemik dan pada usus berdampak pada pertumbuhan anak dengan mengganggu hormon pertumbuhan.
Sementara, epigenetik dapat memprediksi risiko stunting, terutama pada anak perempuan. Selanjutnya, kecepatan pertumbuhan tertinggi anak pada usia 3 bulan (saat ASI eksklusif) dan dan mulai melambat saat periode pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).
AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) dengan Country Lead Dr. Umi Fahmida, peneliti senior SEAMEO RECFON yang juga dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Hasil temuan awal studi ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting," kata Country Lead Study AASH di Indonesia Umi Fahmida, melalui keterangan resmi, Senin (17/2/2025).
Hasil temuan awal dari studi Action Against Stunting Hub (AASH) yang dilakukan di Lombok Timur menunjukkan kesehatan mental ibu memengaruhi perkembangan anak.
“Anak dari ibu dengan tanpa gangguan mental umum memiliki skor kognitif, kemampuan bahasa, dan perkembangan motorik lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu dengan gangguan mental umum,” ujar Ketua Tim Peneliti Komponen Kognitif, Dr Risatianti Kolopaking, Psikolog pada penyampaian hasil temuan awal studi AASH Indonesia di Jakarta, Kamis.
Gangguan mental umum meliputi gejala kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Gangguan mental umum biasanya bersifat jangka pendek dan dapat diobati dengan intervensi dasar.
“Kesehatan mental ibu secara signifikan memengaruhi perkembangan kognitif, komunikasi ekspresif, dan motorik anak usia dini,” jelas dia.
Perlu upaya, untuk mendukung kesehatan mental ibu melalui pemantauan dini, layanan kesehatan mental, dan konseling agar dapat memaksimalkan perkembangan anak. Program manajemen stres dan kesejahteraan mental ibu dapat memperkuat pencapaian perkembangan anak secara signifikan.
Sementara, epigenetik dapat memprediksi risiko stunting, terutama pada anak perempuan. Selanjutnya, kecepatan pertumbuhan tertinggi anak pada usia 3 bulan (saat ASI eksklusif) dan dan mulai melambat saat periode pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).
AASH Indonesia dikoordinasikan oleh SEAMEO Regional Center for Food and Nutrition (RECFON) – Pusat Kajian Gizi Regional Universitas Indonesia (PKGR UI) dengan Country Lead Dr. Umi Fahmida, peneliti senior SEAMEO RECFON yang juga dosen Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
"Hasil temuan awal studi ini dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan stunting," kata Country Lead Study AASH di Indonesia Umi Fahmida, melalui keterangan resmi, Senin (17/2/2025).
Hasil temuan awal dari studi Action Against Stunting Hub (AASH) yang dilakukan di Lombok Timur menunjukkan kesehatan mental ibu memengaruhi perkembangan anak.
“Anak dari ibu dengan tanpa gangguan mental umum memiliki skor kognitif, kemampuan bahasa, dan perkembangan motorik lebih tinggi dibandingkan anak dari ibu dengan gangguan mental umum,” ujar Ketua Tim Peneliti Komponen Kognitif, Dr Risatianti Kolopaking, Psikolog pada penyampaian hasil temuan awal studi AASH Indonesia di Jakarta, Kamis.
Gangguan mental umum meliputi gejala kecemasan dan depresi ringan hingga sedang. Gangguan mental umum biasanya bersifat jangka pendek dan dapat diobati dengan intervensi dasar.
“Kesehatan mental ibu secara signifikan memengaruhi perkembangan kognitif, komunikasi ekspresif, dan motorik anak usia dini,” jelas dia.
Perlu upaya, untuk mendukung kesehatan mental ibu melalui pemantauan dini, layanan kesehatan mental, dan konseling agar dapat memaksimalkan perkembangan anak. Program manajemen stres dan kesejahteraan mental ibu dapat memperkuat pencapaian perkembangan anak secara signifikan.
(nnz)
Lihat Juga :