Belajar Harus Tetap Menyenangkan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Membangun suasana menyenangkan bagi anak menjadi hal penting dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) di saat pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan berakhir ini. Dengan cara itu pembelajaran akan lebih efektif karena anak tak mudah bosan dan merasa mendapat banyak tekanan.
Dengan belajar yang menyenangkan anak-anak kian termotivasi untuk belajar lebih maksimal. Hal ini beralasan karena kian hari persoalan yang menyertai PJJ juga makin kompleks. Masalah yang banyak dihadapi selama pembelajaran di masa pandemi ini adalah ketiadaan gawai, susah sinyal, kuota habis, mata lelah hingga belajar pun terasa sulit. Bahkan muncul dampak buruk lain, yakni konflik keluarga hingga tindak kekerasan pada anak. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, meski tengah menghadapi pandemi, perlu disadari bahwa pada dasarnya anak-anak memiliki kesenangan belajar. Namun, kegiatan belajar ini harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan ataupun gembira.
“Belajar apa pun senang asal suasananya menyenangkan. Senang bergerak senang berteman, berpetualang senang menghadapi tantangan, senang bermain gembira dan senang mencipta atau istilahnya kreatif,” katanya pada webinar BNPB: A to Z Dongrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi melalui streaming Youtube SINDONews kemarin.
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini menjelaskan, memang pada masa pandemi ini orang tua banyak yang mengalami stres. Anak pun dipaksa menatap layar berjam-jam untuk belajar sehingga mereka cepat lelah dan akhirnya mengantuk.
Hal ini menjadi persoalan tersendiri, apalagi jika tidak ada kesadaran yang tinggi dari para pendidik dan orang tua. Menurut Kak Seto, dalam kondisi tersebut, dibutuhkan pola pengajaran yang kreatif dengan menghadirkan suasana menyenangkan agar peserta didik tidak merasa bosan.
Jika model pendidikan monoton, anak juga tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran melalui layar gawai dalam waktu yang lama. “Dalam hal ini peran orang tua juga sangat penting ciptakan suasana belajar dalam keluarga yang lebih ramah anak, lebih membuat anak gembira,” pintanya. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Kak Seto menuturkan, kurikulum pendidikan yang berlaku pada masa pandemi ini juga harus berpihak kepada anak. Dengan demikian, kurikulum berstandar nasional hendaknya tidak dipakai, melainkan harus menerapkan kurikulum kehidupan.
Selain itu, standar isi pendidikan pun sebaiknya tidak terpaku pada standar ilmu pengetahuan (iptek), melainkan meluas ke standar etika, estetika, nasionalisme, kesehatan, dan olahraga.
Dengan belajar yang menyenangkan anak-anak kian termotivasi untuk belajar lebih maksimal. Hal ini beralasan karena kian hari persoalan yang menyertai PJJ juga makin kompleks. Masalah yang banyak dihadapi selama pembelajaran di masa pandemi ini adalah ketiadaan gawai, susah sinyal, kuota habis, mata lelah hingga belajar pun terasa sulit. Bahkan muncul dampak buruk lain, yakni konflik keluarga hingga tindak kekerasan pada anak. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengatakan, meski tengah menghadapi pandemi, perlu disadari bahwa pada dasarnya anak-anak memiliki kesenangan belajar. Namun, kegiatan belajar ini harus dilakukan dengan suasana yang menyenangkan ataupun gembira.
“Belajar apa pun senang asal suasananya menyenangkan. Senang bergerak senang berteman, berpetualang senang menghadapi tantangan, senang bermain gembira dan senang mencipta atau istilahnya kreatif,” katanya pada webinar BNPB: A to Z Dongrak Motivasi Belajar Anak Selama Pandemi melalui streaming Youtube SINDONews kemarin.
Pria yang akrab disapa Kak Seto ini menjelaskan, memang pada masa pandemi ini orang tua banyak yang mengalami stres. Anak pun dipaksa menatap layar berjam-jam untuk belajar sehingga mereka cepat lelah dan akhirnya mengantuk.
Hal ini menjadi persoalan tersendiri, apalagi jika tidak ada kesadaran yang tinggi dari para pendidik dan orang tua. Menurut Kak Seto, dalam kondisi tersebut, dibutuhkan pola pengajaran yang kreatif dengan menghadirkan suasana menyenangkan agar peserta didik tidak merasa bosan.
Jika model pendidikan monoton, anak juga tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran melalui layar gawai dalam waktu yang lama. “Dalam hal ini peran orang tua juga sangat penting ciptakan suasana belajar dalam keluarga yang lebih ramah anak, lebih membuat anak gembira,” pintanya. (Baca juga: Miris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Kak Seto menuturkan, kurikulum pendidikan yang berlaku pada masa pandemi ini juga harus berpihak kepada anak. Dengan demikian, kurikulum berstandar nasional hendaknya tidak dipakai, melainkan harus menerapkan kurikulum kehidupan.
Selain itu, standar isi pendidikan pun sebaiknya tidak terpaku pada standar ilmu pengetahuan (iptek), melainkan meluas ke standar etika, estetika, nasionalisme, kesehatan, dan olahraga.