Dikti Kemendikbud: Masa Pandemi Wujudkan Transformasi di Perguruan Tinggi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masa pandemi ini mentransformasi banyak hal bahkan hingga ranah perguruan tinggi. Tidak hanya mahasiswa tiba-tiba menjalani kelas daring namun juga disisi lain tumbuhnya kegiatan kemahasiswaan dan inovasi yang bermanfaat untuk memerangi pandemi.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam, mengatakan bahwa sebenarnya jauh sebelum pandemi, pendidikan tinggi telah melakukan metode pembelajaran daring atau pembelajaran campuran daring dan luring (blended learning), walau masih beberapa perguruan tinggi yang melaksanakannya. (Baca juga: Jawab Keraguan, Ini Capaian Jokowi-Ma'ruf di Bidang Pendidikan )
"Dengan adanya pandemi ini, secara tiba-tiba, lebih dari 4.000 institusi pendidikan tinggi di Indonesia berpindah ke metode pembelajaran daring. Tercatat pula lebih dari 7 juta mahasiswa dan 300.000 dosen saat ini sudah mengadakan kelas daring," katanya dalam Seminar Internasional bertajuk "The Future of Indonesia Higher Education throughout COVID-19 and Beyond" melalui siaran pers Rabu (21/10).
Nizam mengatakan, saat ini bisa terlihat banyak sekali webinar atau seminar yang diadakan secara virtual. Hal ini berarti edukasi dan aktivitas akademik tidak terhenti di tengah-tengah situasi pandemi. Tapi tentu saja metode pembelajaran daring merupakan tantangan bagi beberapa generasi yang tidak akrab dengan dunia digital, sedangkan bagi mahasiswa, metode ini adalah dunianya.
Di sisi lain, terjadinya pandemi telah mengakselerasi perkembangan teknologi dan inovasi, khususnya di bidang kesehatan. Inovasi dari berbagai perguruan tinggi pun jauh lebih meningkat selama pandemi, misalnya robot pintar yang diciptakan untuk membantu tenaga medis dalam memberikan perawatan terhadap pasien COVID-19. Sejumlah perguruan tinggi juga telah mengembangkan ataupun menciptakan alat medis dan obat-obatan dengan status alat tersebut sudah pada tahap produksi. (Baca juga: Monitoring Gunung Api dari Luar Angkasa, ITB Datangkan Dosen BGS Inggris )
Menurut Nizam, situasi pandemi seperti ini juga mempersiapkan mahasiswa Indonesia menjadi pembelajar mandiri sesuai dengan kompetensi yang paling penting dan dibutuhkan di abad ke-21.
“Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan riset dalam upaya menangani COVID-19. Enam bulan terakhir ini, lebih dari 1.000 inovasi datang dari berbagai perguruan tinggi dan banyak darinya telah berada pada tahap produksi. Misalnya ventilator, sudah lebih dari 10 prototipe dibuat oleh perguruan tinggi dan sudah dipakai di banyak rumah sakit,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemendikbud Aris Junaidi menyampaikan tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi pada era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0, dan pandemi Covid-19 adalah dalam menjalankan kampus mandiri dan belajar mandiri. (Baca juga: Hubungkan Alumni dari Seluruh Dunia, IPB Diaspora Network Diresmikan )
Terdapat 4 poin terkait kebijakan baru tersebut, yakni pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH), dan pemberian hak kepada mahasiswa untuk belajar 3 semester di luar dari program studi yang diambil.
“Selain tantangan tersebut, ada tantangan lain yaitu 21st century skills for students yang mana kita harus menyiapkan berbagai macam keterampilan untuk para mahasiswa. Jadi para sarjana di masa depan akan bersaing dengan baik secara global,” ucapnya.
Aris menambahkan, Ditjen Dikti menciptakan sistem pembelajaran baru selama pembelajaran dari rumah berlangsung yaitu Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) dimana mahasiswa dan dosen dapat mengaksesnya. SPADA memberikan peluang bagi mahasiswa dari satu perguruan tinggi tertentu untuk dapat mengikuti suatu mata kuliah dari perguruan tinggi lain dan hasil belajarnya diakui oleh perguruan tinggi dimana mahasiswa tersebut terdaftar. Dalam hal ini, SPADA telah memiliki 179 provider, 210 partner, 23.093 mahasiswa, dan lebih dari 252 content sharing.
Sementara, program kemahasiswaan pada masa kebijakan baru ini meliputi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mencakup riset, kewirausahaan, dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya terdapat program kewirausahaan, Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan Program Pertukaran Mahasiswa Nusantara (Permata).
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Nizam, mengatakan bahwa sebenarnya jauh sebelum pandemi, pendidikan tinggi telah melakukan metode pembelajaran daring atau pembelajaran campuran daring dan luring (blended learning), walau masih beberapa perguruan tinggi yang melaksanakannya. (Baca juga: Jawab Keraguan, Ini Capaian Jokowi-Ma'ruf di Bidang Pendidikan )
"Dengan adanya pandemi ini, secara tiba-tiba, lebih dari 4.000 institusi pendidikan tinggi di Indonesia berpindah ke metode pembelajaran daring. Tercatat pula lebih dari 7 juta mahasiswa dan 300.000 dosen saat ini sudah mengadakan kelas daring," katanya dalam Seminar Internasional bertajuk "The Future of Indonesia Higher Education throughout COVID-19 and Beyond" melalui siaran pers Rabu (21/10).
Nizam mengatakan, saat ini bisa terlihat banyak sekali webinar atau seminar yang diadakan secara virtual. Hal ini berarti edukasi dan aktivitas akademik tidak terhenti di tengah-tengah situasi pandemi. Tapi tentu saja metode pembelajaran daring merupakan tantangan bagi beberapa generasi yang tidak akrab dengan dunia digital, sedangkan bagi mahasiswa, metode ini adalah dunianya.
Di sisi lain, terjadinya pandemi telah mengakselerasi perkembangan teknologi dan inovasi, khususnya di bidang kesehatan. Inovasi dari berbagai perguruan tinggi pun jauh lebih meningkat selama pandemi, misalnya robot pintar yang diciptakan untuk membantu tenaga medis dalam memberikan perawatan terhadap pasien COVID-19. Sejumlah perguruan tinggi juga telah mengembangkan ataupun menciptakan alat medis dan obat-obatan dengan status alat tersebut sudah pada tahap produksi. (Baca juga: Monitoring Gunung Api dari Luar Angkasa, ITB Datangkan Dosen BGS Inggris )
Menurut Nizam, situasi pandemi seperti ini juga mempersiapkan mahasiswa Indonesia menjadi pembelajar mandiri sesuai dengan kompetensi yang paling penting dan dibutuhkan di abad ke-21.
“Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga mendorong perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan riset dalam upaya menangani COVID-19. Enam bulan terakhir ini, lebih dari 1.000 inovasi datang dari berbagai perguruan tinggi dan banyak darinya telah berada pada tahap produksi. Misalnya ventilator, sudah lebih dari 10 prototipe dibuat oleh perguruan tinggi dan sudah dipakai di banyak rumah sakit,” pungkasnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemendikbud Aris Junaidi menyampaikan tantangan yang dihadapi pendidikan tinggi pada era Revolusi Industri 4.0, Society 5.0, dan pandemi Covid-19 adalah dalam menjalankan kampus mandiri dan belajar mandiri. (Baca juga: Hubungkan Alumni dari Seluruh Dunia, IPB Diaspora Network Diresmikan )
Terdapat 4 poin terkait kebijakan baru tersebut, yakni pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, kemudahan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN-BH), dan pemberian hak kepada mahasiswa untuk belajar 3 semester di luar dari program studi yang diambil.
“Selain tantangan tersebut, ada tantangan lain yaitu 21st century skills for students yang mana kita harus menyiapkan berbagai macam keterampilan untuk para mahasiswa. Jadi para sarjana di masa depan akan bersaing dengan baik secara global,” ucapnya.
Aris menambahkan, Ditjen Dikti menciptakan sistem pembelajaran baru selama pembelajaran dari rumah berlangsung yaitu Sistem Pembelajaran Daring Indonesia (SPADA) dimana mahasiswa dan dosen dapat mengaksesnya. SPADA memberikan peluang bagi mahasiswa dari satu perguruan tinggi tertentu untuk dapat mengikuti suatu mata kuliah dari perguruan tinggi lain dan hasil belajarnya diakui oleh perguruan tinggi dimana mahasiswa tersebut terdaftar. Dalam hal ini, SPADA telah memiliki 179 provider, 210 partner, 23.093 mahasiswa, dan lebih dari 252 content sharing.
Sementara, program kemahasiswaan pada masa kebijakan baru ini meliputi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang mencakup riset, kewirausahaan, dan pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya terdapat program kewirausahaan, Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan Program Pertukaran Mahasiswa Nusantara (Permata).
(mpw)