Kemenag Minta Guru Fokus pada Pendidikan Karakter Siswa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Agama meminta guru menjadikan pendidikan karakter sebagai fokus pembelajaran di tingkat Raudhatul Athfal (RA). Hal ini disampaikan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Muhammad Zain saat menutup serial pelatihan pengembangan kapasitas guru RA dalam pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 secara daring.
"Pendidikan karakter sangat penting dan harus menjadi fokus para guru, khususnya untuk guru anak usia dini. Sebab, mendidik anak pada usia dini merupakan pondasi bagi keberlangsungan pendidikan berikutnya," pesan Zain, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat (30/10). (Baca juga: 2 Siswa Bunuh Diri, KPAI Desak Kemendikbud dan Kemenag Evaluasi PJJ )
Dikatakan Zain, di tengah-tengah pandemic Covid-19 tidaklah mudah melakukan proses pembelajaran, karena seorang guru memiliki fungsi ganda. Pertama adalah fungsi transfer of knowledge, guru mentransmisikan ilmu kepada siswa dan memastikan bahwa apa yang diajarkannya dipahami oleh peserta didiknya. Guru juga berfungsi sebagai pembentuk karakter baik bagi anak didiknya ( transfer of values).
“Guru-guru RA adalah guru yang paling mengetahui tentang pendidikan karakter anak-anak usia dini dan yang dapat membentuk mereka agar memiliki karakter yang baik dimasa yang akan datang,” tegas Zain.
Menurut Zain, tidak mudah dalam membentuk karakter di era pandemi Covid-19. Dengan mengutip Prof Muhammad Nuh, Zain menguraikan bahwa pendidikan penguatan karakter harus mempertimbangkan tiga hal. (Baca juga: PJJ Telan Korban Lagi, KPAI: Remaja yang Depresi Berisiko Tinggi Bunuh Diri )
Pertama, memasukkan nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Ini menyebabkan tradisi dan nilai- nilai luhur mereka tidak tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mereka
Kedua, mengembangkan karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi ( search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi berkembang. Ketiga, menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. "Tiga hal tersebut harus ditanamkan sejak dini terutama di tingkat RA,” sambung Zain.
Terkait serial pelatihan pengembangan kapasitas guru RA secara daring, Zain berterimakasih kepada semua pihak atau lembaga yang telah membantu terlaksananya webinar series ini. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama antara Direktorat GTK Madrasah dengan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA), KKG RA, Koalisi Nasional PAUD HI, UNICEF, dan INOVASI. (Baca juga: Pesan Mendikbud: Tingkatkan Literasi Bahasa Indonesia dan Daerah )
Menurut Zain, apa yang telah dilakukan merupakan langkah positif, sehingga pengembangan kapasitas guru RA harus terus dilakukan, apapun kondisinya.
Pelatihan pengembangan kapasitas guru RA secara daring mendapat apresiasi dari banyak pihak. Education Specialist United Nations Children's Fund (UNICEF) Nugroho Indera Warman, menyampaikan bahwa selama masa pandemic ini banyak kendala dan hambatan yang terjadi terutama di sector pendidikan.
"Pendidikan karakter sangat penting dan harus menjadi fokus para guru, khususnya untuk guru anak usia dini. Sebab, mendidik anak pada usia dini merupakan pondasi bagi keberlangsungan pendidikan berikutnya," pesan Zain, seperti dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat (30/10). (Baca juga: 2 Siswa Bunuh Diri, KPAI Desak Kemendikbud dan Kemenag Evaluasi PJJ )
Dikatakan Zain, di tengah-tengah pandemic Covid-19 tidaklah mudah melakukan proses pembelajaran, karena seorang guru memiliki fungsi ganda. Pertama adalah fungsi transfer of knowledge, guru mentransmisikan ilmu kepada siswa dan memastikan bahwa apa yang diajarkannya dipahami oleh peserta didiknya. Guru juga berfungsi sebagai pembentuk karakter baik bagi anak didiknya ( transfer of values).
“Guru-guru RA adalah guru yang paling mengetahui tentang pendidikan karakter anak-anak usia dini dan yang dapat membentuk mereka agar memiliki karakter yang baik dimasa yang akan datang,” tegas Zain.
Menurut Zain, tidak mudah dalam membentuk karakter di era pandemi Covid-19. Dengan mengutip Prof Muhammad Nuh, Zain menguraikan bahwa pendidikan penguatan karakter harus mempertimbangkan tiga hal. (Baca juga: PJJ Telan Korban Lagi, KPAI: Remaja yang Depresi Berisiko Tinggi Bunuh Diri )
Pertama, memasukkan nilai-nilai humanisme, seperti saling menghargai dan menghormati antar sesama. Jepang barangkali bisa menjadi contoh dalam pendidikan karakter yang dimulai sejak pendidikan usia dini. Ini menyebabkan tradisi dan nilai- nilai luhur mereka tidak tergerus oleh modernitas. Integritas, kejujuran, tanggung jawab, menghormati yang lebih senior, sportifitas, nilai malu terintegrasi dalam kurikulum pendidikan mereka
Kedua, mengembangkan karakter keilmuan, yakni dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi ( search of inquiry), sehingga ilmu, kreatifitas dan inovasi berkembang. Ketiga, menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia. "Tiga hal tersebut harus ditanamkan sejak dini terutama di tingkat RA,” sambung Zain.
Terkait serial pelatihan pengembangan kapasitas guru RA secara daring, Zain berterimakasih kepada semua pihak atau lembaga yang telah membantu terlaksananya webinar series ini. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama antara Direktorat GTK Madrasah dengan Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA), KKG RA, Koalisi Nasional PAUD HI, UNICEF, dan INOVASI. (Baca juga: Pesan Mendikbud: Tingkatkan Literasi Bahasa Indonesia dan Daerah )
Menurut Zain, apa yang telah dilakukan merupakan langkah positif, sehingga pengembangan kapasitas guru RA harus terus dilakukan, apapun kondisinya.
Pelatihan pengembangan kapasitas guru RA secara daring mendapat apresiasi dari banyak pihak. Education Specialist United Nations Children's Fund (UNICEF) Nugroho Indera Warman, menyampaikan bahwa selama masa pandemic ini banyak kendala dan hambatan yang terjadi terutama di sector pendidikan.