Saat PTM, Guru Perlu Perhatikan Kondisi Psikososial Siswa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pembelajaran tatap muka akan mulai berlaku tahun depan. Dirjen GTK memberikan tips bagi guru seperti apa pengajaran yang bisa dilakukan di awal Januari yang masih masa pandemik ini.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril menekankan pentingnya Seru Belajar Kebiasaan Baru yang bertumpu pada penerapan protokol kesehatan. Iwan juga menyarankan pentingnya melihat kondisi psikososial dalam pemenuhan layanan pendidikan selama masa pagebluk Covid-19. (Baca juga: Ancaman Klaster Sekolah, Skema Perlindungan Guru dan Murid Harus Disiapkan )
“Jangan langsung guru mengajar materi, mengajar konten, tapi terlebih dahulu memperhatikan kondisi psikososial peserta didik dan guru itu sendiri,” katanya seperti dikutip dari laman Ditjen GTK Kemendikbud, Kamis (10/12/2020).
Iwan menuturkan, guru pun jangan langsung tancap gas dengan materi-materi yang selama ini mungkin sudah lama tidak tersampaikan dengan baik. Menurutnya, yang perlu dilakukan justru membina kondisi sosial emosional anak, kondisi psikososial mereka sebelum mereka kemudian merasa siap untuk belajar atau konten yang akan diberikan.
Iwan Syahril juga menyarankan agar guru melakukan asesmen terlebih dahulu. “Perlunya asesmen diagnostik secara non kognitif maupun secara kognitif. Jadi lihat dulu, tes “temperaturnya”. Bagaimana kondisi murid-muridnya secara sosial emosional ataupun secara kognitif,” ujarnya. (Baca juga: Positif Covid-19 Pascapilkada Berpotensi Naik, PTM Harus Dipertimbangkan Ulang )
“Bagaimana tingkat pemahaman terhadap materi, di mana mereka berada dalam konteks kontinum pembelajaran itu berbeda. Mungkin ada yang masih tertinggal, ada yang sudah on the right track, ada yang mungkin sudah lebih maju dari teman-temannya,” sambung Iwan.
Berpatokan pada asesmen tersebut, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang terdiferensiasi. “Mungkin bisa dikembangkan strategi tutor sebaya. Sehingga guru-guru bisa dibantu oleh teman-teman yang lebih mampu untuk membantu siswa-siswa yang masih agak tertinggal,” jelasnya.
Di akhir sambutannya, Iwan mengutarakan tentang prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi yakni kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran.
“Tantangan bagi kita semua untuk terus belajar. Dalam masa pandemi Covid kita dituntut untuk terus belajar karena situasi yang terus berubah, pemahaman kita tentang Covid dan juga kebutuhan-kebutuhan kita juga berubah. Mari sama-sama kita terus belajar untuk memastikan anak-anak kita dapat belajar dengan sehat dan aman,” pungkasnya.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud Iwan Syahril menekankan pentingnya Seru Belajar Kebiasaan Baru yang bertumpu pada penerapan protokol kesehatan. Iwan juga menyarankan pentingnya melihat kondisi psikososial dalam pemenuhan layanan pendidikan selama masa pagebluk Covid-19. (Baca juga: Ancaman Klaster Sekolah, Skema Perlindungan Guru dan Murid Harus Disiapkan )
“Jangan langsung guru mengajar materi, mengajar konten, tapi terlebih dahulu memperhatikan kondisi psikososial peserta didik dan guru itu sendiri,” katanya seperti dikutip dari laman Ditjen GTK Kemendikbud, Kamis (10/12/2020).
Iwan menuturkan, guru pun jangan langsung tancap gas dengan materi-materi yang selama ini mungkin sudah lama tidak tersampaikan dengan baik. Menurutnya, yang perlu dilakukan justru membina kondisi sosial emosional anak, kondisi psikososial mereka sebelum mereka kemudian merasa siap untuk belajar atau konten yang akan diberikan.
Iwan Syahril juga menyarankan agar guru melakukan asesmen terlebih dahulu. “Perlunya asesmen diagnostik secara non kognitif maupun secara kognitif. Jadi lihat dulu, tes “temperaturnya”. Bagaimana kondisi murid-muridnya secara sosial emosional ataupun secara kognitif,” ujarnya. (Baca juga: Positif Covid-19 Pascapilkada Berpotensi Naik, PTM Harus Dipertimbangkan Ulang )
“Bagaimana tingkat pemahaman terhadap materi, di mana mereka berada dalam konteks kontinum pembelajaran itu berbeda. Mungkin ada yang masih tertinggal, ada yang sudah on the right track, ada yang mungkin sudah lebih maju dari teman-temannya,” sambung Iwan.
Berpatokan pada asesmen tersebut, maka dibutuhkan strategi pembelajaran yang terdiferensiasi. “Mungkin bisa dikembangkan strategi tutor sebaya. Sehingga guru-guru bisa dibantu oleh teman-teman yang lebih mampu untuk membantu siswa-siswa yang masih agak tertinggal,” jelasnya.
Di akhir sambutannya, Iwan mengutarakan tentang prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi yakni kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pembelajaran.
“Tantangan bagi kita semua untuk terus belajar. Dalam masa pandemi Covid kita dituntut untuk terus belajar karena situasi yang terus berubah, pemahaman kita tentang Covid dan juga kebutuhan-kebutuhan kita juga berubah. Mari sama-sama kita terus belajar untuk memastikan anak-anak kita dapat belajar dengan sehat dan aman,” pungkasnya.
(mpw)