Ini Cerita Dosen Unpad yang Manfaatkan TikTok sebagai Media Edukasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Media sosial tidak sekadar sebagai media hiburan bagi penggunanya. Ada hal lain yang bisa dimanfaatkan dari media sosial, yaitu sebagai sarana pembelajaran.
Dosen Prodi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dr. Ira Mirawati, M.Si memilih menjadikan aplikasi Tik Tok sebagai media pembelajaran. Menjadi pengguna media sosial TikTok, Ira rutin membagikan konten edukatif yang banyak diapresiasi oleh para pengikutnya.
Bahkan, aktivitasnya di TikTok mengantar Ira menjadi salah satu nominator pada ajang TikTok Awards Indonesia 2020 kategori “Best of Learning and Education”, 30 Januari lalu.
Pemilik akun TikTok @buiramira ini mampu menggaet perhatian pengguna dari pelajar maupun mahasiswa. Saat ini, jumlah pengikutnya mencapai 443.500 orang. Kontennya seputar tips menghadapi sejumlah permasalahan kuliah hingga skripsi. “Kebutuhan mereka (audiens) ke arah sana (kuliah dan skripsi), maka kita berikan apa yang mereka butuhkan,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Jumat (12/2/2021).
Ketua Prodi Manajemen Komunikasi Fikom Unpad ini menjelaskan, pandemi mendorongnya untuk terjun menjadi TikTokers, atau sebutan untuk pengguna aplikasi TikTok. Awalnya, Ira dan beberapa dosen di Fikom Unpad mengembangkan layanan curhat berbasis daring, yaitu www.sobatmu.com.
Lewat platform ini, Ira dan para dosen membuka layanan ngobrol atau curhat bagi anak SMA maupun mahasiswa di seluruh Indonesia. “Target kita memang usia anak SMA dan mahasiswa, di mana mereka punya masalah tetapi tidak punya tempat curhat,” terangnya.
Sebelum pandemi, Ira dan tim rutin menggelar sosialisasi ke sejumlah kampus dan sekolah untuk mengampanyekan platform tersebut. Namun, sejak pandemi melanda, praktis sosialisasi terhenti. Solusi lain perlu dicari hingga atas rekomendasi dari para mahasiswanya, Ira pun diminta untuk membuat akun TikTok.
Ira awalnya ragu karena merasa aplikasi ini identic dengan dunia remaja, Namun, anggapan miring seputar aplikasi TikTok pun ia enyahkan. Ia menilai, TikTok akan punya manfaat lebih banyak, terutama untuk menyebarkan beragam konten edukasi dan konten positif. Ira mulai membuat akun TikTok pada akhir Juni 2020.
“Saya mencoba bikin konten edukasi. Ternyata responsnya Alhamdulillah. Bahkan di posting-an pertama dan kedua, banyak yang langsung curhat,” aku Ira.
Banyak yang merasa terbantu dengan konten yang dihasilkan, mendorong Ira terus memproduksi konten edukatif lainnya. Sampai saat ini, sekira 160 konten sudah dihasilkan dan diunggah di akun TikTok-nya.
Ada konten tentang skripsi yang dihasilkan Ira berhasil memperoleh apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya adalah bagaimana cara menghubungi dosen pembimbing skripsi. Ia menilai, meski terkesan sepele, kendala komunikasi dengan dosen pembimbing akan berpengaruh terhadap kelancaran menulis skripsi.
“Apalagi kalau pandemi, praktis mahasiswa mengandalkan chat untuk menghubungi dosen. Kalau misalnya tidak berbalas, mereka tidak punya alternatif lain. Ini akan bikin mereka insecure sampai muncul gangguan kecemasan,” ujar Ira.
Ira sendiri lebih banyak membuat konten menjawab dari pertanyaan yang diajukan pengikutnya. Namun, penyampainnya tetap dikemas dengan unsur hiburan. Tujuannya agar konten yang dihasilkan tidak akan membosankan.
Karena menyasar kelompok usia remaja dan dewasa muda, TikTok lebih tepat dibandingkan media sosial lainnya. Pasalnya, TikTok saat ini menjadi aplikasi utama bagi kelompok usia remaja dan mahasiswa. Ira menilai, setiap media sosial memiliki peran dan targetnya masing-masing. “Kalau untuk edukasi ke Bapak/Ibu berarti harus pakai Facebook, jangan TikTok,” kata Ira.
Sebagai dosen komunikasi, Ira menilai TikTok menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan, khususnya untuk kelompok remaja. “Karena itu, kita reach dengan apa yang mereka suka. Karena sekarang sedang happening-nya TikTok, kita manfaatkan meda itu sebagai edukator dan komunikatornya,” kata Ira.
Selain sebagai media edukator, TikTok juga bisa menjadi kajian riset. Ira mengatakan, ada berbagai kajian riset yang bisa dilakukan. Mulai dari bagaimana pengaruh pesan komunikasi pada TikTok, sampai pada aspek marketing komunikasi.
Dosen Prodi Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Dr. Ira Mirawati, M.Si memilih menjadikan aplikasi Tik Tok sebagai media pembelajaran. Menjadi pengguna media sosial TikTok, Ira rutin membagikan konten edukatif yang banyak diapresiasi oleh para pengikutnya.
Bahkan, aktivitasnya di TikTok mengantar Ira menjadi salah satu nominator pada ajang TikTok Awards Indonesia 2020 kategori “Best of Learning and Education”, 30 Januari lalu.
Pemilik akun TikTok @buiramira ini mampu menggaet perhatian pengguna dari pelajar maupun mahasiswa. Saat ini, jumlah pengikutnya mencapai 443.500 orang. Kontennya seputar tips menghadapi sejumlah permasalahan kuliah hingga skripsi. “Kebutuhan mereka (audiens) ke arah sana (kuliah dan skripsi), maka kita berikan apa yang mereka butuhkan,” katanya seperti dikutip dari laman resmi Unpad di unpad.ac.id, Jumat (12/2/2021).
Ketua Prodi Manajemen Komunikasi Fikom Unpad ini menjelaskan, pandemi mendorongnya untuk terjun menjadi TikTokers, atau sebutan untuk pengguna aplikasi TikTok. Awalnya, Ira dan beberapa dosen di Fikom Unpad mengembangkan layanan curhat berbasis daring, yaitu www.sobatmu.com.
Lewat platform ini, Ira dan para dosen membuka layanan ngobrol atau curhat bagi anak SMA maupun mahasiswa di seluruh Indonesia. “Target kita memang usia anak SMA dan mahasiswa, di mana mereka punya masalah tetapi tidak punya tempat curhat,” terangnya.
Sebelum pandemi, Ira dan tim rutin menggelar sosialisasi ke sejumlah kampus dan sekolah untuk mengampanyekan platform tersebut. Namun, sejak pandemi melanda, praktis sosialisasi terhenti. Solusi lain perlu dicari hingga atas rekomendasi dari para mahasiswanya, Ira pun diminta untuk membuat akun TikTok.
Ira awalnya ragu karena merasa aplikasi ini identic dengan dunia remaja, Namun, anggapan miring seputar aplikasi TikTok pun ia enyahkan. Ia menilai, TikTok akan punya manfaat lebih banyak, terutama untuk menyebarkan beragam konten edukasi dan konten positif. Ira mulai membuat akun TikTok pada akhir Juni 2020.
“Saya mencoba bikin konten edukasi. Ternyata responsnya Alhamdulillah. Bahkan di posting-an pertama dan kedua, banyak yang langsung curhat,” aku Ira.
Banyak yang merasa terbantu dengan konten yang dihasilkan, mendorong Ira terus memproduksi konten edukatif lainnya. Sampai saat ini, sekira 160 konten sudah dihasilkan dan diunggah di akun TikTok-nya.
Ada konten tentang skripsi yang dihasilkan Ira berhasil memperoleh apresiasi dari banyak pihak. Salah satunya adalah bagaimana cara menghubungi dosen pembimbing skripsi. Ia menilai, meski terkesan sepele, kendala komunikasi dengan dosen pembimbing akan berpengaruh terhadap kelancaran menulis skripsi.
“Apalagi kalau pandemi, praktis mahasiswa mengandalkan chat untuk menghubungi dosen. Kalau misalnya tidak berbalas, mereka tidak punya alternatif lain. Ini akan bikin mereka insecure sampai muncul gangguan kecemasan,” ujar Ira.
Ira sendiri lebih banyak membuat konten menjawab dari pertanyaan yang diajukan pengikutnya. Namun, penyampainnya tetap dikemas dengan unsur hiburan. Tujuannya agar konten yang dihasilkan tidak akan membosankan.
Karena menyasar kelompok usia remaja dan dewasa muda, TikTok lebih tepat dibandingkan media sosial lainnya. Pasalnya, TikTok saat ini menjadi aplikasi utama bagi kelompok usia remaja dan mahasiswa. Ira menilai, setiap media sosial memiliki peran dan targetnya masing-masing. “Kalau untuk edukasi ke Bapak/Ibu berarti harus pakai Facebook, jangan TikTok,” kata Ira.
Sebagai dosen komunikasi, Ira menilai TikTok menjadi media yang efektif untuk menyampaikan pesan, khususnya untuk kelompok remaja. “Karena itu, kita reach dengan apa yang mereka suka. Karena sekarang sedang happening-nya TikTok, kita manfaatkan meda itu sebagai edukator dan komunikatornya,” kata Ira.
Selain sebagai media edukator, TikTok juga bisa menjadi kajian riset. Ira mengatakan, ada berbagai kajian riset yang bisa dilakukan. Mulai dari bagaimana pengaruh pesan komunikasi pada TikTok, sampai pada aspek marketing komunikasi.
(mpw)