Keren! Siswi Berkebutuhan Khusus Ini Raih 5 Medali di Ajang Internasional
loading...
A
A
A
Terkait tata rias tubuh atau body art dan body painting, Wiena mengaku teknik ini masih agak asing di Indonesia. Teknik tata rias ini kemudian diperkenalkan ke Indonesia dan ternyata cukup diminati.
“Kita tidak menyangka karena kita hanya membuka satu kategori saja, yaitu profesional dan student. Jadi menurut saya ini patut diapresiasi untuk lomba secara virtual ini,” katanya.
Ia kemudian menjelaskan beberapa kriteria penilaian dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021. “Kriterianya itu menyangkut dengan kebersihan dan higienis, karena di Cidesco ini kebersihan diutamakan, jadi tidak boleh berantakan. Selain itu dinilai juga pewarnaan desain, lalu kesesuaian dengan tema, dan performance dari presentasi,” ujarnya.
Wiena menuturkan, para siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021 melakukan presentasi hasil karya mereka melalui penampilan model di catwalk.
“Jadi model sudah di-briefing sama mereka, sesuai dengan yang mereka mau. Jadi misalnya model memperagakan seperti ada pose di laut. Nah, itu terserah mereka. Semua konsep mulai dari sinopsis, desain, dan presentasi itu dari mereka semua. Luar biasa,” tuturnya.
Ia juga mengapresiasi semua karya lomba siswa berkebutuhan khusus dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021. Wiena berpesan untuk semua anak kebutuhan khusus agar tidak menganggap diri sendiri lemah dan harus percaya diri bahwa setiap anak memiliki talenta untuk diapresiasi, bahkan level internasional.
Siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021 memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran. Sebanyak sembilan peserta dari Indonesia itu merupakan tuna rungu sehingga setiap siswa didampingi oleh seorang guru pendamping.
Guru pendamping dari Provinsi Bangka Belitung, Puspitasari, mengungkapkan kisahnya dalam mendampingi Griska Septiana dari SLB Negeri Muntok, Kepulauan Bangka Belitung. Griska merupakan peraih Medali Perak pada Lomba Kompetensi Siswa Nasional (LKSN) PDBK tahun 2020.
Meskipun Griska belum berhasil meraih penghargaan dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021, perjuangan Griska dan motivasinya patut menjadi inspirasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.
Puspitasari mengungkapkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi selama persiapan dan pelaksanaan lomba. “Kalau tantangan pasti ada karena siswa kita semuanya penyandang tuna rungu. Kami selaku pendamping pasti merasa kesulitan karena selama ini yang kami ajarkan hanya sebatas make up fantasi, sedangkan di Cidesco ini siswa harus mampu di bidang body painting, itu keseluruhan badan,” tuturnya.
“Kita tidak menyangka karena kita hanya membuka satu kategori saja, yaitu profesional dan student. Jadi menurut saya ini patut diapresiasi untuk lomba secara virtual ini,” katanya.
Ia kemudian menjelaskan beberapa kriteria penilaian dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021. “Kriterianya itu menyangkut dengan kebersihan dan higienis, karena di Cidesco ini kebersihan diutamakan, jadi tidak boleh berantakan. Selain itu dinilai juga pewarnaan desain, lalu kesesuaian dengan tema, dan performance dari presentasi,” ujarnya.
Wiena menuturkan, para siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021 melakukan presentasi hasil karya mereka melalui penampilan model di catwalk.
“Jadi model sudah di-briefing sama mereka, sesuai dengan yang mereka mau. Jadi misalnya model memperagakan seperti ada pose di laut. Nah, itu terserah mereka. Semua konsep mulai dari sinopsis, desain, dan presentasi itu dari mereka semua. Luar biasa,” tuturnya.
Ia juga mengapresiasi semua karya lomba siswa berkebutuhan khusus dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021. Wiena berpesan untuk semua anak kebutuhan khusus agar tidak menganggap diri sendiri lemah dan harus percaya diri bahwa setiap anak memiliki talenta untuk diapresiasi, bahkan level internasional.
Siswa berkebutuhan khusus yang mengikuti Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021 memiliki keterbatasan dalam indera pendengaran. Sebanyak sembilan peserta dari Indonesia itu merupakan tuna rungu sehingga setiap siswa didampingi oleh seorang guru pendamping.
Guru pendamping dari Provinsi Bangka Belitung, Puspitasari, mengungkapkan kisahnya dalam mendampingi Griska Septiana dari SLB Negeri Muntok, Kepulauan Bangka Belitung. Griska merupakan peraih Medali Perak pada Lomba Kompetensi Siswa Nasional (LKSN) PDBK tahun 2020.
Meskipun Griska belum berhasil meraih penghargaan dalam Cidesco Make Up and Body Art Competition 2021, perjuangan Griska dan motivasinya patut menjadi inspirasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus lainnya.
Puspitasari mengungkapkan tantangan dan kesulitan yang dihadapi selama persiapan dan pelaksanaan lomba. “Kalau tantangan pasti ada karena siswa kita semuanya penyandang tuna rungu. Kami selaku pendamping pasti merasa kesulitan karena selama ini yang kami ajarkan hanya sebatas make up fantasi, sedangkan di Cidesco ini siswa harus mampu di bidang body painting, itu keseluruhan badan,” tuturnya.