Perkuat Pembelajaran Online, ICE Institute Kolaborasi dengan Sederet Mitra Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia Cyber Education ( ICE ) Institute menggandeng mitra-mitra baru yang berasal dari dalam dan luar negeri. Kolaborasi ini dilakukan untuk meningkatkan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran yang bermutu bagi masyarakat.
Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Prof Nizam berharap, kerja sama ini mampu berperan dalam perluasan akses dan pemerataan pendidikan berkualitas bagi kedua institusi dan kedua negara. Terutama dalam bidang teknologi dan siap menghadapi revolusi industry dan era society 5.0, dan dalam upaya pemenuhan pembelajaran bermutu oleh semua masyarakat di mana pun dan kapan pun.
Direktur ICE Institute Prof. Dr. Paulina Pannen menyampaikan, ICE Institute telah melayani mahasiswa Indonesia sebagai marketplace kursus online sejak Juli 2021. “Saat ini kami memiliki 34 institusi mitra, bekerja sama untuk mempromosikan kursus online berkualitas untuk semua,” katanya, dikutip dari laman resmi Universitas Terbuka (UT), Rabu (20/4/2022).
Baca: UGM Wisuda 1.346 Mahasiswa Pascasarjana, Ini Pesan Rektor
Dia menjelaskan, selama pandemi Covid-19, pendidikan online hadir dan menyelamatkan banyak praktik pendidikan di seluruh dunia. Hal ini bisa dilihat dengan berkembang pesatnya pendidikan online, yang menambah ilmu pembelajaran tatap muka atau yang kerap disebut dengan blended learning.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada mitra atas penandatangan kerja sama ini dan harapan atas kolaborasi ini untuk mempromosikan ICE Institute menjadi pusat International Institute of Online Education (IIOE) nasional. “Sehingga kami dapat melakukan peningkatan baik dari segi penelitian untuk dosen dan pengembangan masyarakat luas di bidang literasi digital dan teknologi,” ucapnya.
Rektor UT selaku Ketua Konsorsium ICE Institute Prof. Ojat Darojat menyampaikan terima kasih kepada Direktur International Center for Higher Education Innovation Under the Auspices UNESCO-ICHEI-ITB, Politeknik Sahid, dan Lentera Nusantara, dan mengapresiasi terjalinnya kerja sama ini.
Dia berharap, kerja sama dengan UNESCO-ICHEI dapat memperkuat pendidikan pembelajaran online di tingkat internasional. Rektor UT juga mengungkapkan, dengan bekerja sama dengan ITB, pihaknya optimis akan memperkuat kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan pengembang game.
Selain itu Rektor UT berharap kerjasama ICE Institute dengan Politeknik Sahid dapat memfasilitasi pendidikan vokasi di Indonesia. Sedangkan dengan berkolaborasi dengan Lentera Nusantara, peserta game developer dapat terhubung dengan dunia bisnis dan dunia industri. “Ke depannya, diharapkan kerja sama antara ICE Institute dengan UNESCO-ICHEI, ITB, Politeknik Sahid, dan Lentera Nusantara semakin kuat dan menyentuh daerah lain,” harapnya.
Baca juga: Benahi Iklim Lingkungan Belajar, Nadiem Luncurkan Program RAN PIJAR
Director of UNESCO-ICHEI Prof. Li Ming melihat ICE Institute sangat mengerti akan kebutuhan baik pengajar maupun mahasiwa. Oleh karena itu, pihaknya akan membantu dan mendukung dalam hal sumber daya, baik dalam peningkatan kompetensi pengajar untuk menerapkan TIK di perguruan tinggi, dan untuk pengembangan keahliannya.
Chief of IIOE, UNESCO-ICHEI Prof. Cher Ping Lim menyampaikan, momen penandatangan kerja sama ini merupakan tonggak baru, bahwa Indonesia mempunyai perwakilan pendidikan inklusif dari UNESCO dan ICE Institute sebagai pelaksananya. “Semoga ke depannya kerja sama ini menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua,” ujarnya.
Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Prof Nizam berharap, kerja sama ini mampu berperan dalam perluasan akses dan pemerataan pendidikan berkualitas bagi kedua institusi dan kedua negara. Terutama dalam bidang teknologi dan siap menghadapi revolusi industry dan era society 5.0, dan dalam upaya pemenuhan pembelajaran bermutu oleh semua masyarakat di mana pun dan kapan pun.
Direktur ICE Institute Prof. Dr. Paulina Pannen menyampaikan, ICE Institute telah melayani mahasiswa Indonesia sebagai marketplace kursus online sejak Juli 2021. “Saat ini kami memiliki 34 institusi mitra, bekerja sama untuk mempromosikan kursus online berkualitas untuk semua,” katanya, dikutip dari laman resmi Universitas Terbuka (UT), Rabu (20/4/2022).
Baca: UGM Wisuda 1.346 Mahasiswa Pascasarjana, Ini Pesan Rektor
Dia menjelaskan, selama pandemi Covid-19, pendidikan online hadir dan menyelamatkan banyak praktik pendidikan di seluruh dunia. Hal ini bisa dilihat dengan berkembang pesatnya pendidikan online, yang menambah ilmu pembelajaran tatap muka atau yang kerap disebut dengan blended learning.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada mitra atas penandatangan kerja sama ini dan harapan atas kolaborasi ini untuk mempromosikan ICE Institute menjadi pusat International Institute of Online Education (IIOE) nasional. “Sehingga kami dapat melakukan peningkatan baik dari segi penelitian untuk dosen dan pengembangan masyarakat luas di bidang literasi digital dan teknologi,” ucapnya.
Rektor UT selaku Ketua Konsorsium ICE Institute Prof. Ojat Darojat menyampaikan terima kasih kepada Direktur International Center for Higher Education Innovation Under the Auspices UNESCO-ICHEI-ITB, Politeknik Sahid, dan Lentera Nusantara, dan mengapresiasi terjalinnya kerja sama ini.
Dia berharap, kerja sama dengan UNESCO-ICHEI dapat memperkuat pendidikan pembelajaran online di tingkat internasional. Rektor UT juga mengungkapkan, dengan bekerja sama dengan ITB, pihaknya optimis akan memperkuat kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan pengembang game.
Selain itu Rektor UT berharap kerjasama ICE Institute dengan Politeknik Sahid dapat memfasilitasi pendidikan vokasi di Indonesia. Sedangkan dengan berkolaborasi dengan Lentera Nusantara, peserta game developer dapat terhubung dengan dunia bisnis dan dunia industri. “Ke depannya, diharapkan kerja sama antara ICE Institute dengan UNESCO-ICHEI, ITB, Politeknik Sahid, dan Lentera Nusantara semakin kuat dan menyentuh daerah lain,” harapnya.
Baca juga: Benahi Iklim Lingkungan Belajar, Nadiem Luncurkan Program RAN PIJAR
Director of UNESCO-ICHEI Prof. Li Ming melihat ICE Institute sangat mengerti akan kebutuhan baik pengajar maupun mahasiwa. Oleh karena itu, pihaknya akan membantu dan mendukung dalam hal sumber daya, baik dalam peningkatan kompetensi pengajar untuk menerapkan TIK di perguruan tinggi, dan untuk pengembangan keahliannya.
Chief of IIOE, UNESCO-ICHEI Prof. Cher Ping Lim menyampaikan, momen penandatangan kerja sama ini merupakan tonggak baru, bahwa Indonesia mempunyai perwakilan pendidikan inklusif dari UNESCO dan ICE Institute sebagai pelaksananya. “Semoga ke depannya kerja sama ini menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan merata bagi semua,” ujarnya.
(nz)