Cerita Alin, Mahasiswa Unair yang Alami Culture Shock Saat Ikut IISMA ke Korsel

Sabtu, 02 Juli 2022 - 18:58 WIB
loading...
Cerita Alin, Mahasiswa Unair yang Alami Culture Shock Saat Ikut IISMA ke Korsel
Alinea Onasis, mahasiswa Unair awardee IISMA yang menempuh studi di Korea University. Foto/Tangkap layar laman Unair.
A A A
JAKARTA - Alinea Onasis menjadi salah satu mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) awardee Indonesian International Student Mobility Awards ( IISMA ) yang berkesempatan menempuh studi di Korea University, Korea Selatan. Mahasiswa Hubungan Internasional itu membagikan ceritanya selama berkuliah di negeri Ginseng.

Alin, sapaan akrabnya, mendapatkan informasi mengenai IISMA dari kantor tempat Alin bekerja di fakultas, yaitu KIDI (Kantor Internasionalisasi dan Informasi). Perjuangan Alin mengikuti IISMA waktu itu lumayan berat, mengingat waktu pendaftaran yang hanya dibuka selama dua minggu sedangkan persyaratan yang diajukan begitu banyak. “Belum lagi aku masih punya tugas-tugas kuliah mingguan,” katanya, dikutip dari laman Unair, Sabtu (2/7/2022).

Namun, berkat dukungan dan bantuan dari orang tua, staf Airlangga Global Engagement (AGE), dosen, dan teman-teman, Alin berhasil diterima di IISMA setelah melewati seleksi berkas dan seleksi interview. Unair melalui AGE memberikan dukungan selama proses pendaftaran, seleksi, persiapan keberangkatan, hingga pada saat keberangkatan.

Baca: Cerita Mahasiswa ITS Studi di Korsel dan Terkesan dengan Budaya Tepat Waktu

“Selama proses-proses tersebut, AGE selalu mendampingi seluruh kandidat dan awardee IISMA dengan memberikan bantuan informasi dan bantuan dana,” tutur Alin.

Selain itu, secara pribadi, Unair juga telah memberikan bantuan berupa bantuan dana karantina. Setibanya di Korea, Alin ternyata harus mengeluarkan tambahan biaya karantina.

Culture Shock Selama di Korsel

Culture shock yang paling berkesan selama Alin berada di Korea Selatan adalah mengenai ketenangan dan keteraturan dari penduduknya. Pasalnya, penduduk Korea Selatan selalu on-time dan punctual (tepat waktu).

“Tata kota yang begitu rapi juga menjadi salah satu bentuk culture shock untukku yang terbiasa dengan kebisingan Kota Surabaya,” tutur mahasiswa asal Surabaya itu.

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair itu kemudian bercerita bahwa penduduk lokal Korea Selatan cenderung pemalu. Oleh sebab itu, seperti slogan IISMA : Be Bold, diperlukan inisiatif dari dalam diri untuk mau memulai percakapan dengan mereka.

Baca juga: Unnes Sediakan Asrama untuk Maba, Fasilitas Kamar Lengkap hingga Wi-Fi Gratis

Selain itu, Alin juga memegang prinsip layaknya peribahasa Malu Bertanya Sesat di Jalan. Cara untuk tetap survive di luar negeri adalah dengan tidak malu bertanya dan meminta bantuan. “Baik kepada warga lokal maupun terhadap teman-teman IISMA yang lain,” jelasnya.

Korea Selatan juga merupakan negara dengan persentase pemeluk atheisme melebihi persentase pemeluk kepercayaan agama. Hal itu menyebabkan nuansa dan kegiatan keagamaan tidak seberapa terasa di Korea Selatan. Perbedaan yang paling terasa dibandingkan Indonesia mungkin terletak pada ketidak-familier-an warga Korea Selatan dengan Islam.

“Meskipun begitu, tetap ada penganut-penganut agama di Korsel, agama dengan penganut terbesar merupakan penganut agama Nasrani dan Buddha,” ungkapnya

Pengalaman Kuliah di Korea University

Di Korea University, terdapat satu organisasi mahasiswa yang bertujuan untuk membantu mahasiswa asing untuk beradaptasi dan mendapatkan koneksi di Korea, yaitu KUBA (Korea University Buddy Assistant). KUBA sering mengadakan kegiatan seperti cultural exchange, field day, hingga pentas seni.

“Aku juga mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut di samping kuliah. Tidak hanya untuk melepas penat, tetapi juga untuk menambah relasi,” imbuhnya.
(nnz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1055 seconds (0.1#10.140)