Tahun Ajaran Baru dengan Suasana Baru

Sabtu, 04 Juli 2020 - 09:32 WIB
loading...
A A A
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian mengatakan, DPR selalu menyampaikan kepada pihak sekolah untuk tidak fokus pada kurikulum. Guru juga diminta tidak memberikan tugas-tugas yang terlalu berat agar tidak menjadi beban mental anak. (Baca juga: UI Usulkan Upaya Mitigasi Saat Sekolah Kembali Dibuka)

"Karena sekarang yang lebih penting anak-anak sehat, selamat, dan bahagia. Tidak malah imunitasnya turun karena banyak tugas. Lebih baik sekarang pembelajaran di rumah dioptimalkan dengan bervariasi semacam soft skill atau life skill," ungkapnya.

Guru dapat membuat kreativitas sendiri untuk dapat memberikan pengajaran sesuai dengan usia mereka mengenai kehidupan sehari-hari. Misalnya membantu orang tua, menjaga kesehatan selama pandemi, berkebun, berwirausaha.

Hetifah berharap, saat memasuki tahun ajaran baru ini sekolah lebih mencari cara terbaik untuk sistem belajar anak-anak di rumah. Dia menyebut pemanfaatan perpustakaan nasional atau daerah bisa menjadi sarana untuk memaksimalkan itu. Anak lebih didekatkan dengan buku bukan hanya terpacu pada buku pelajaran.

"Pembahasan juga sudah ada di TVRI dan Youtube dari Kemendikbud. Banyak cara lain yang dapat dilakukan oleh guru," jelasnya. (Baca juga: Para Camat di Surabaya, Belajarlah Cara Menekan Covid-19 ke Tandes)

Psikolog anak Anggia Dharmawan mengatakan bahwa memang agak sulit jika terlalu banyak yang harus dikejar saat pengajaran jarak jauh. Padahal cara belajar anak di rumah tidak seefektif kalau mereka belajar di kelas. "Kalau belajarnya lambat, tapi target capaiannya banyak, kasihan anak ketika ulangan," ujarnya.

Untuk orang tua jika masih sekolah formal tentu harus mengikuti arahan sekolah. Mereka tidak dapat membuat kurikulum sendiri kecuali memilih homeschooling. Sementara itu guru memang dapat sesuai dengan kurikulum dan hanya diambil beberapa yang penting.

Anggia menjelaskan, tantangan bagi guru saat ini adalah menemukan metode pengajaran yang tepat bagi anak. "Lihat tipe sekolahnya, kalau sekolah negeri ya konvensional. Seperti biasa guru kurang bisa bereksplorasi. Kalau terlalu berlebihan atau tidak seperti biasanya, yang terjadi malah target tidak tercapai. Orang tua dan siswa juga tidak mudah begitu saja mengikuti," tuturnya.

Kondisi tersebut berbeda dengan sekolah yang sudah jelas kompetensinya. Misalnya sekolah alam tentu dapat menambahkan life skill atau yang lebih kinestetis.

Karena itu psikolog dari Biro Konsultasi Westaria ini mengatakan bahwa kreativitas guru mengajar saat pandemi ini memang harus melihat kondisi.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0996 seconds (0.1#10.140)