Kemenkominfo Kenalkan Literasi Digital kepada Pelajar SMK Bengkulu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kemenkominfo melaksanakan roadshow Seminar Literasi Digital Sektor Pendidikan bersama Pandu Digital untuk jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini adalah untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan.
Kegiatan yang mengusung tema “Cerdas Kreatif dan Produktif Bermedia Digital” ini diikuti pelajar SMKN 4 Kota Bengkulu, SMKN 3 Seluma, SMKN 2 Bengkulu Tengah, SMKN 1 Bengkulu Utara, dan SMKN 2 Bengkulu Utara dengan total target 2.500 peserta yang berasal dari pelajar SMK di wilayah Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Tengah, dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Kepala SMKN 4 Kota Bengkulu Paidi menyampaikan apresiasi terhadap Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) atas penyelenggaraan program Literasi Digital bagi pelajar tingkat SMK.
“Kami sangat berterima kasih sekali pihak Kominfo berkenan untuk berbagi pengetahuan terkait bagaimana menggunakan literasi digital. Karena jujur saja, tidak sedikit masyarakat maupun kalangan pelajar belum dewasa dalam menggunakan literasi digital. Memang dari hasil riset dikatakan jumlah penggunaan internet sudah banyak, tetapi pemanfaatan internet oleh peserta didik untuk pembelajaran masih belum optimal,” ujar Paidi, melalui siaran pers, Senin (17/11/2022).
Baca juga: Termasuk Baju Adat, Ini Aturan Baru Nadiem Soal Seragam Baru SD hingga SMA
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso dalam sambutannya menjelaskan tentang program Literasi Digital sebagai salah satu program prioritas Kemenkominfo. Pada Program Literasi Digital ada 4 pilar yang menjadi materi pembelajaran utama yang akan diberikan kepada stakeholder.
Pertama adalah digital culture, ini terkait pemahaman nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan. Kedua digital skill atau kecakapan digital ini menjadi penting karena pembelajaran sudah bersinggungan dengan teknologi sehingga perlu dikembangkan dan digali kemampuan TIK.
Ketiga adalah digital safety, pentingnya untuk tidak mengumbar data pribadi di dunia maya agar tidak di salah guna oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Terakhir digital ethic juga perlu dipahami bagaimana etika berkomunikasi di media sosial, tentang UU ITE dan mengenai apa-apa yang boleh dan dilarang di dunia maya.
Selain itu, Bambang juga mengenalkan program Pandu Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo yaitu gerakan volunter untuk menciptakan pendamping literasi digital yang hingga saat ini sudah mencapai 18.000 Pandu Digital yang tersebar di seluruh Indonesia yang berasal dari beragam latar belakang yaitu masyarakat umum, akademisi hingga pelajar SMK.
Tugas Pandu Digital adalah untuk mendampingi literasi digital di 5 sektor yaitu Pendidikan, Pariwisata, UMKM, Petani dan Nelayan. Dan terdapat 3 tingkatan dalam Pandu Digital yaitu Pandu Digital Purwa (badge merah), Pandu Digital Madya (badge biru), dan Pandu Digital Utama (badge hitam).
Materi pertama disampaikan oleh Ramadin Tarigan selaku Pandu Digital Purwa mengenai Aman Bermedia Digital. Dalam paparannya, Tarigan menerangkan penggunaan layanan digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan namun di sisi lain juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun, sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
“Penekanan dari saya jangan sekali-kali memberikan nomor unik kita ke publik karena tidak ada yang aman seratus persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin. Dan selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” tegas Tarigan.
Baca juga: Myres 2022, Siswa MAN 2 Tasikmalaya Teliti Sayap Lalat sebagai Antikanker
Pada sesi selanjutnya, Guru SMKN 4 Kota Bengkulu, Yulina Wetsy. sebagai narasumber materi Etis Bermedia Digital menyampaikan bahwa dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Dengan media digital setiap warganet berpartisipasi dalam hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya, sehingga segala aktifitas digital di ruang digital dan dalam menggunakan media digital memerlukan etika digital.
“Netiket atau etiket berinternet adalah tata krama dalam menggunakan internet. Maka kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” jelas Yulina.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu, Eri Yulian Hidayat menyampaikan mengenai literasi digital di lingkungan pendidikan. Pesatnya arus informasi dan teknologi yang masuk dalam setiap detiknya ada begitu banyak dan dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif sehingga para siswa perlu untuk melakukan analisa terhadap berbagai informasi yang diterima.
Lihat Juga: Ciptakan Ruang Digital Bersih, Pelajar dan Generasi Muda Harus Dijauhkan dari Judi Online
Kegiatan yang mengusung tema “Cerdas Kreatif dan Produktif Bermedia Digital” ini diikuti pelajar SMKN 4 Kota Bengkulu, SMKN 3 Seluma, SMKN 2 Bengkulu Tengah, SMKN 1 Bengkulu Utara, dan SMKN 2 Bengkulu Utara dengan total target 2.500 peserta yang berasal dari pelajar SMK di wilayah Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Tengah, dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Kepala SMKN 4 Kota Bengkulu Paidi menyampaikan apresiasi terhadap Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) atas penyelenggaraan program Literasi Digital bagi pelajar tingkat SMK.
“Kami sangat berterima kasih sekali pihak Kominfo berkenan untuk berbagi pengetahuan terkait bagaimana menggunakan literasi digital. Karena jujur saja, tidak sedikit masyarakat maupun kalangan pelajar belum dewasa dalam menggunakan literasi digital. Memang dari hasil riset dikatakan jumlah penggunaan internet sudah banyak, tetapi pemanfaatan internet oleh peserta didik untuk pembelajaran masih belum optimal,” ujar Paidi, melalui siaran pers, Senin (17/11/2022).
Baca juga: Termasuk Baju Adat, Ini Aturan Baru Nadiem Soal Seragam Baru SD hingga SMA
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan, Bambang Tri Santoso dalam sambutannya menjelaskan tentang program Literasi Digital sebagai salah satu program prioritas Kemenkominfo. Pada Program Literasi Digital ada 4 pilar yang menjadi materi pembelajaran utama yang akan diberikan kepada stakeholder.
Pertama adalah digital culture, ini terkait pemahaman nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan. Kedua digital skill atau kecakapan digital ini menjadi penting karena pembelajaran sudah bersinggungan dengan teknologi sehingga perlu dikembangkan dan digali kemampuan TIK.
Ketiga adalah digital safety, pentingnya untuk tidak mengumbar data pribadi di dunia maya agar tidak di salah guna oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Terakhir digital ethic juga perlu dipahami bagaimana etika berkomunikasi di media sosial, tentang UU ITE dan mengenai apa-apa yang boleh dan dilarang di dunia maya.
Selain itu, Bambang juga mengenalkan program Pandu Digital yang diinisiasi oleh Kemenkominfo yaitu gerakan volunter untuk menciptakan pendamping literasi digital yang hingga saat ini sudah mencapai 18.000 Pandu Digital yang tersebar di seluruh Indonesia yang berasal dari beragam latar belakang yaitu masyarakat umum, akademisi hingga pelajar SMK.
Tugas Pandu Digital adalah untuk mendampingi literasi digital di 5 sektor yaitu Pendidikan, Pariwisata, UMKM, Petani dan Nelayan. Dan terdapat 3 tingkatan dalam Pandu Digital yaitu Pandu Digital Purwa (badge merah), Pandu Digital Madya (badge biru), dan Pandu Digital Utama (badge hitam).
Materi pertama disampaikan oleh Ramadin Tarigan selaku Pandu Digital Purwa mengenai Aman Bermedia Digital. Dalam paparannya, Tarigan menerangkan penggunaan layanan digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan namun di sisi lain juga membuka potensi buruk, seperti penipuan dan pencurian akun, sehingga diperlukan pemahaman masyarakat terkait keamanan digital.
“Penekanan dari saya jangan sekali-kali memberikan nomor unik kita ke publik karena tidak ada yang aman seratus persen di dunia digital, yang bisa kita lakukan adalah mengurangi risikonya sedapat mungkin. Dan selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan semua yang kita dapat di internet,” tegas Tarigan.
Baca juga: Myres 2022, Siswa MAN 2 Tasikmalaya Teliti Sayap Lalat sebagai Antikanker
Pada sesi selanjutnya, Guru SMKN 4 Kota Bengkulu, Yulina Wetsy. sebagai narasumber materi Etis Bermedia Digital menyampaikan bahwa dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai perbedaan kultural. Dengan media digital setiap warganet berpartisipasi dalam hubungan dengan banyak orang melintasi geografis dan budaya, sehingga segala aktifitas digital di ruang digital dan dalam menggunakan media digital memerlukan etika digital.
“Netiket atau etiket berinternet adalah tata krama dalam menggunakan internet. Maka kita harus selalu menyadari bahwa kita berinteraksi dengan manusia nyata di jaringan yang lain, bukan sekedar dengan deretan karakter huruf di layar monitor, namun dengan karakter manusia sesungguhnya,” jelas Yulina.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bengkulu, Eri Yulian Hidayat menyampaikan mengenai literasi digital di lingkungan pendidikan. Pesatnya arus informasi dan teknologi yang masuk dalam setiap detiknya ada begitu banyak dan dapat memberikan dampak positif maupun dampak negatif sehingga para siswa perlu untuk melakukan analisa terhadap berbagai informasi yang diterima.
Lihat Juga: Ciptakan Ruang Digital Bersih, Pelajar dan Generasi Muda Harus Dijauhkan dari Judi Online
(nnz)