Nadiem Ungkap Pengalaman Berharganya selama Jadi Mendikbudristek
loading...
A
A
A
Salah satu pengalaman yang juga menjadi pelajaran berharga dalam mengemban tugas sebagai Mendikbudristek, dikatakan Nadiem adalah kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai latar belakang pegawai di kementerian. “Pekerjaan saya memerlukan hubungan kolaborasi yang erat antara senior dan junior dalam mencapai suatu tujuan,” tekannya yang meyakini bahwa tujuan hanya dapat tercapai dengan kerja sama yang solid antarsemua pihak sebagai satu kesatuan tim kerja.
Kolaborasi lanjut Nadiem, tidak hanya terjadi di lingkup internal kementerian. Gotong royong juga harus senantiasa terjalin dengan para pemangku kepentingan di lingkup eksternal. “Kita butuh itu untuk memulai perubahan dan terbukti meski banyak melalui pasang surut, setelah tiga tahun berjalan, kebijakan pendidikan yang diusung bersama ini mulai mengarah pada tujuan yang ingin kita capai bersama,” jelas dia.
Mendikbudristek menyadari, tujuan pendidikan itu berawal dan berakhir pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, Kemendikbudristek memegang teguh prinsip tersebut dalam menjaga marwah dan implementasi kebijakan yang diluncurkan. Sebab, pendidikan merupakan hajat hidup orang banyak yang di dalamnya juga menyimpan permasalahan klasik yang ia sebut sebagai tiga dosa besar pendidikan.
Baca juga: Tim Mobil Hemat Energi ITS Pertahankan Gelar Juara di KMHE 2022
Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Berbagai capaian kebijakan Kemendikbudristek terkait Merdeka Belajar mulai episode 1—22 dapat diakses melalui http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/.
Mendikbudristek berpesan kepada perwakilan kaum muda ASEAN untuk tidak menyerah pada keadaan. Termasuk ketika ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ia mencontohkan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, Kemendikbudristek mengawalinya dengan mengubah pola pikir para pendidik. Dengan demikian, maka Indonesia bisa berharap memiliki peserta didik yang merdeka pola pikirnya untuk menggapai berbagai lompatan prestasi gemilang.
“Beri para guru ruang untuk merdeka dalam mengajar, menerapkan pola baru yang menstimulasi kreativitas anak-anak. Lalu, beri kemerdekaan bagi murid untuk berkreasi dan berpikir kritis. Guru Penggerak kita ciptakan untuk menjadi pemimpin dalam mengelola menajemen sekolah, maka kami beri mereka kesempatan untuk memimpin sebagai kepala sekolah maupun pengawas. Mereka lebih berorientasi pada murid dan fokus pada tiga aspek (literasi, numerasi, survei karakter),” jelasnya.
Mendikbudristek juga mengajak kaum muda untuk mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup. Seperti dirinya yang pernah mengenyam profesi di sektor swasta di mana di sana ia belajar tentang budaya transparansi serta semangat berinovasi dan beradaptasi. Oleh karena itu, ia mengimbau kaum muda untuk aktif terlibat dalam kebijakan yang diambil pemerintah.
Sementara di birokrasi, Nadiem mengaku Ia mendapatkan pembelajaran dari praktisi terbaik yang diyakininya mampu memperkaya wawasan, pengalaman dan pengetahuan. Menurutnya, ketika bekerja sama dengan para senior memerlukan kedekatan secara humanis. Mereka sedikit bicara cenderung lambat namun kaya akan pemikiran dan memiliki cara pandang yang luas. “Saya menikmati prosesnya dan (masih) belajar soal bagaimana mengelola hubungan yang harmonis dengan publik,” tekannya.
Sebelum mengakhiri, Mendikbudristek memberi pesan kepada para kaum muda ASEAN. “Kalian harus terbuka dengan ide dan masukan dari luar dan terbiasalah bekerja sama dengan siapapun karena pada akhirnya dalam sebuah pelayanan publik bukan soal uang yang menjadi isu utama tapi bagaimana ketika kita bisa mendekati publik sasaran agar apa yang kita upayakan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak,” tutup Mendikbudristek.
Sekilas tentang ASEAN Youth Fellowship (AYF)
Kolaborasi lanjut Nadiem, tidak hanya terjadi di lingkup internal kementerian. Gotong royong juga harus senantiasa terjalin dengan para pemangku kepentingan di lingkup eksternal. “Kita butuh itu untuk memulai perubahan dan terbukti meski banyak melalui pasang surut, setelah tiga tahun berjalan, kebijakan pendidikan yang diusung bersama ini mulai mengarah pada tujuan yang ingin kita capai bersama,” jelas dia.
Mendikbudristek menyadari, tujuan pendidikan itu berawal dan berakhir pada kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, Kemendikbudristek memegang teguh prinsip tersebut dalam menjaga marwah dan implementasi kebijakan yang diluncurkan. Sebab, pendidikan merupakan hajat hidup orang banyak yang di dalamnya juga menyimpan permasalahan klasik yang ia sebut sebagai tiga dosa besar pendidikan.
Baca juga: Tim Mobil Hemat Energi ITS Pertahankan Gelar Juara di KMHE 2022
Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Berbagai capaian kebijakan Kemendikbudristek terkait Merdeka Belajar mulai episode 1—22 dapat diakses melalui http://merdekabelajar.kemdikbud.go.id/.
Mendikbudristek berpesan kepada perwakilan kaum muda ASEAN untuk tidak menyerah pada keadaan. Termasuk ketika ingin mengubah keadaan menjadi lebih baik. Ia mencontohkan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, Kemendikbudristek mengawalinya dengan mengubah pola pikir para pendidik. Dengan demikian, maka Indonesia bisa berharap memiliki peserta didik yang merdeka pola pikirnya untuk menggapai berbagai lompatan prestasi gemilang.
“Beri para guru ruang untuk merdeka dalam mengajar, menerapkan pola baru yang menstimulasi kreativitas anak-anak. Lalu, beri kemerdekaan bagi murid untuk berkreasi dan berpikir kritis. Guru Penggerak kita ciptakan untuk menjadi pemimpin dalam mengelola menajemen sekolah, maka kami beri mereka kesempatan untuk memimpin sebagai kepala sekolah maupun pengawas. Mereka lebih berorientasi pada murid dan fokus pada tiga aspek (literasi, numerasi, survei karakter),” jelasnya.
Mendikbudristek juga mengajak kaum muda untuk mengambil hikmah dari setiap perjalanan hidup. Seperti dirinya yang pernah mengenyam profesi di sektor swasta di mana di sana ia belajar tentang budaya transparansi serta semangat berinovasi dan beradaptasi. Oleh karena itu, ia mengimbau kaum muda untuk aktif terlibat dalam kebijakan yang diambil pemerintah.
Sementara di birokrasi, Nadiem mengaku Ia mendapatkan pembelajaran dari praktisi terbaik yang diyakininya mampu memperkaya wawasan, pengalaman dan pengetahuan. Menurutnya, ketika bekerja sama dengan para senior memerlukan kedekatan secara humanis. Mereka sedikit bicara cenderung lambat namun kaya akan pemikiran dan memiliki cara pandang yang luas. “Saya menikmati prosesnya dan (masih) belajar soal bagaimana mengelola hubungan yang harmonis dengan publik,” tekannya.
Sebelum mengakhiri, Mendikbudristek memberi pesan kepada para kaum muda ASEAN. “Kalian harus terbuka dengan ide dan masukan dari luar dan terbiasalah bekerja sama dengan siapapun karena pada akhirnya dalam sebuah pelayanan publik bukan soal uang yang menjadi isu utama tapi bagaimana ketika kita bisa mendekati publik sasaran agar apa yang kita upayakan dapat dirasakan manfaatnya bagi orang banyak,” tutup Mendikbudristek.
Sekilas tentang ASEAN Youth Fellowship (AYF)