Mahasiswa ITB Buka Sakola Kembara, Sekolah Gratis untuk Anak Desa
Sabtu, 25 Februari 2023 - 09:25 WIB
Mereka menawarkan kegiatan bimbel gratis untuk siswa SMA/MA kelas 12 sebagai persiapan masuk perguruan tinggi. Namun, hasil yang didapatkan kurang memuaskan. “Waktu itu yang daftar hanya berjumlah dua orang, itu pun siswa kelas 11,” katanya.
Baca juga: Perkuat Riset dan Inovasi ASEAN, UI-Victoria State Government Australia Berkolaborasi
Melalui diskusi panjang mereka menentukan langkah yang harus disiasati atas kondisi di lapangan. Kecamatan Cililin, sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, yang berlokasi lebih dekat dengan perkotaan memberi mereka harapan.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membagi dua tim, yaitu satu tim untuk tetap berada di Desa Cinta Asih sedangkan tim lainnya pergi ke Kecamatan Cililin. Keputusan yang mereka ambil terbilang tepat karena Sakola Kembara berhasil mengirimkan 11 dari 16 siswa MAN Cililin ke perguruan tinggi negeri.
Rommi mengungkapkan kegiatan belajar mengajar di Sakola Kembara masih terus berlanjut. Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap Sabtu pagi hingga Minggu siang. Relawan yang bersedia mengajar berasal dari berbagai kampus yaitu dari ITB, IPB University, Universitas Pendidikan Indonesia, Unpad, dan STKIP Siliwangi.
Selain itu, terdapat beberapa relawan non mahasiswa yang tergabung dalam tim pengajar. Tak hanya kegiatan belajar mengajar, Sakola Kembara mengadakan kegiatan bimbingan yang tidak hanya berfokus pada urusan akademik.
“Kami memposisikan diri sebagai fasilitator atau kakaknya. Kami bukan guru, tetapi kakak yang hadir untuk menemani mereka karena itu yang dibutuhkan. Untuk urusan belajar itu kuncinya ada di mereka,” tuturnya.
Selain itu, tim pengajar dari Sakola Kembara terkadang berkunjung ke orang tua siswa untuk meminta doa restu agar cita-cita para siswa tercapai. Rommi dan tim bersyukur karena mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan material, maupun dukungan moril.
Menurut Rommi, Sakola Kembara menjadi wujud kritik ke pemerintah yang menyatakan adanya ketimpangan pendidikan di Tanah Air. “Selama Sakola Kembara masih ada berarti kualitas pendidikan masih belum baik.” Tuturnya.
Ia berharap Sakola Kembara bisa menjadi penggerak pihak-pihak di luar sana yang juga ingin memperbaiki kualitas pendidikan di pedesaan. Rommi memiliki cita-cita besar untuk mendirikan sekolah dengan kurikulum internasional untuk anak-anak di desa secara gratis.
Baca juga: Perkuat Riset dan Inovasi ASEAN, UI-Victoria State Government Australia Berkolaborasi
Melalui diskusi panjang mereka menentukan langkah yang harus disiasati atas kondisi di lapangan. Kecamatan Cililin, sebuah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, yang berlokasi lebih dekat dengan perkotaan memberi mereka harapan.
Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membagi dua tim, yaitu satu tim untuk tetap berada di Desa Cinta Asih sedangkan tim lainnya pergi ke Kecamatan Cililin. Keputusan yang mereka ambil terbilang tepat karena Sakola Kembara berhasil mengirimkan 11 dari 16 siswa MAN Cililin ke perguruan tinggi negeri.
Rommi mengungkapkan kegiatan belajar mengajar di Sakola Kembara masih terus berlanjut. Kegiatan belajar mengajar dilakukan setiap Sabtu pagi hingga Minggu siang. Relawan yang bersedia mengajar berasal dari berbagai kampus yaitu dari ITB, IPB University, Universitas Pendidikan Indonesia, Unpad, dan STKIP Siliwangi.
Selain itu, terdapat beberapa relawan non mahasiswa yang tergabung dalam tim pengajar. Tak hanya kegiatan belajar mengajar, Sakola Kembara mengadakan kegiatan bimbingan yang tidak hanya berfokus pada urusan akademik.
“Kami memposisikan diri sebagai fasilitator atau kakaknya. Kami bukan guru, tetapi kakak yang hadir untuk menemani mereka karena itu yang dibutuhkan. Untuk urusan belajar itu kuncinya ada di mereka,” tuturnya.
Selain itu, tim pengajar dari Sakola Kembara terkadang berkunjung ke orang tua siswa untuk meminta doa restu agar cita-cita para siswa tercapai. Rommi dan tim bersyukur karena mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik dukungan material, maupun dukungan moril.
Menurut Rommi, Sakola Kembara menjadi wujud kritik ke pemerintah yang menyatakan adanya ketimpangan pendidikan di Tanah Air. “Selama Sakola Kembara masih ada berarti kualitas pendidikan masih belum baik.” Tuturnya.
Ia berharap Sakola Kembara bisa menjadi penggerak pihak-pihak di luar sana yang juga ingin memperbaiki kualitas pendidikan di pedesaan. Rommi memiliki cita-cita besar untuk mendirikan sekolah dengan kurikulum internasional untuk anak-anak di desa secara gratis.
Lihat Juga :
tulis komentar anda