Perbedaan Sistem Pendidikan Indonesia Vs Jepang, Bagaimana Sistem Kelulusannya?
Selasa, 15 Agustus 2023 - 12:02 WIB
Dalam mengimplementasikan sistem pembelajaran, sekolah-sekolah di Jepang lebih banyak menggunakan peer learning atau LS (Lesson Study) dengan bantuan tutor sebaya. Lain halnya dengan di Indonesia, yang menggunakan metode saintifik yakni mencoba, mengasosiasi, mengamati, dan bertanya.
Jam belajar siswa di Jepang rupanya juga lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Rata-rata waktu belajar di Jepang adalah 30 jam per minggu untuk setiap jenjang pendidikan. Di Indonesia, rata-rata jam belajar untuk siswa SD adalah 36 jam per minggu, SMP selama 38 jam per minggu, dan SMA adalah 44 jam per minggu.
Perbedaan lamanya waktu rata-rata belajar di Jepang dan Indonesia terjadi karena kepadatan mata pelajaran yang diberikan. Masih berpandu pada data yang ada di jurnal tersebut, ada 7 mata pelajaran yang diajarkan ke siswa SD, berkembang menjadi 10 mata pelajaran di SMP, dan lebih dari 11 mata pelajaran untuk siswa SMA.
Di Jepang, setiap sekolah cenderung diberi kebebasan untuk meramu sendiri kurikulum mata pelajaran yang ingin diberikan. Sementara itu, mata pelajaran yang ada berbasis pada standar nasional, seperti bahasa Jepang, sejarah, matematika, keterampilan, dan olahraga.
Baca juga: 10 Peluang Karier Lulusan Radiologi Beserta Gajinya, Cek di Sini
Kerukunan sosial merupakan nilai yang sangat ditekankan bagi siswa di Jepang. Hal itu dimaksudkan agar setiap siswa merasa nyaman saat belajar di sekolah.
Beranjak ke peran guru, Jepang bukan hanya menjadikan guru sebagai fasilitator. Namun, guru wajib menjalankan 3 prinsip mengajar yang sudah ditetapkan, seperti dekiru ko (anak harus bisa), Wakaru ko (anak harus mengerti), dan Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan).
Di Indonesia, guru juga berperan sebagai fasilitator dengan 5 prinsip pembelajaran pada kurikulum yang terdiversifikasi.
Menurut informasi yang ada di laman Kemdikbud, kelima prinsip tersebut adalah mempertimbangkan tahapan dan capaian peserta didik, membangun kapasitas demi menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung adanya perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik, menerapkan pembelajaran yang berkesinambungan, dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Sistem pendidikan antara Indonesia dan Jepang juga berbeda pada ujian akhir sekolah. Jika Indonesia menerapkan UAN (Ujian Akhir Sekolah) di setiap jenjang pendidikan, Jepang tidak melakukan itu.
Jam belajar siswa di Jepang rupanya juga lebih sedikit dibandingkan dengan Indonesia. Rata-rata waktu belajar di Jepang adalah 30 jam per minggu untuk setiap jenjang pendidikan. Di Indonesia, rata-rata jam belajar untuk siswa SD adalah 36 jam per minggu, SMP selama 38 jam per minggu, dan SMA adalah 44 jam per minggu.
2. Pelajaran
Perbedaan lamanya waktu rata-rata belajar di Jepang dan Indonesia terjadi karena kepadatan mata pelajaran yang diberikan. Masih berpandu pada data yang ada di jurnal tersebut, ada 7 mata pelajaran yang diajarkan ke siswa SD, berkembang menjadi 10 mata pelajaran di SMP, dan lebih dari 11 mata pelajaran untuk siswa SMA.
Di Jepang, setiap sekolah cenderung diberi kebebasan untuk meramu sendiri kurikulum mata pelajaran yang ingin diberikan. Sementara itu, mata pelajaran yang ada berbasis pada standar nasional, seperti bahasa Jepang, sejarah, matematika, keterampilan, dan olahraga.
Baca juga: 10 Peluang Karier Lulusan Radiologi Beserta Gajinya, Cek di Sini
Kerukunan sosial merupakan nilai yang sangat ditekankan bagi siswa di Jepang. Hal itu dimaksudkan agar setiap siswa merasa nyaman saat belajar di sekolah.
3. Peran Guru
Beranjak ke peran guru, Jepang bukan hanya menjadikan guru sebagai fasilitator. Namun, guru wajib menjalankan 3 prinsip mengajar yang sudah ditetapkan, seperti dekiru ko (anak harus bisa), Wakaru ko (anak harus mengerti), dan Tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan).
Di Indonesia, guru juga berperan sebagai fasilitator dengan 5 prinsip pembelajaran pada kurikulum yang terdiversifikasi.
Menurut informasi yang ada di laman Kemdikbud, kelima prinsip tersebut adalah mempertimbangkan tahapan dan capaian peserta didik, membangun kapasitas demi menjadi pembelajar sepanjang hayat, mendukung adanya perkembangan kompetensi dan karakter peserta didik, menerapkan pembelajaran yang berkesinambungan, dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
4. Penentu Kelulusan
Sistem pendidikan antara Indonesia dan Jepang juga berbeda pada ujian akhir sekolah. Jika Indonesia menerapkan UAN (Ujian Akhir Sekolah) di setiap jenjang pendidikan, Jepang tidak melakukan itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda